Kabut asap di Pontianak, Kalimantan Barat, kembali pekat pada Kamis (5/9/2019) akibat kebakaran lahan gambut yang hingga kini belum berhasil diatasi.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA/NINA SUSILO
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kabut asap di Pontianak, Kalimantan Barat, kembali pekat pada Kamis (5/9/2019) akibat kebakaran lahan gambut yang hingga kini belum berhasil diatasi. Luas lahan yang terbakar sejak Januari hingga 31 Agustus sudah mencapai 2.326 hektar.
Kabut asap di Pontianak beberapa hari lalu hilang karena hujan lebat, tetapi dua hari terakhir kembali muncul. Bahkan, hari Kamis kabut asap kian pekat. Kabut asap itu disertai dengan bau yang menyengat.
Kabut asap muncul pada malam dan bertahan hingga pagi. Meskipun belum terlalu berdampak pada jarak pandang, bau yang menyengat cukup mengganggu. Bahkan, masyarakat cukup banyak yang menggunakan masker.
Berdasarkan pemantauan melalui citra satelit, titik panas di Kalbar masih tinggi. Pantauan pada Kamis, titik panas di Kalbar mencapai 935 titik. Titik panas itu tersebar di Kabupaten Sambas (1), Mempawah (1), Sanggau (119), Sintang (117), Kapuas Hulu (46), dan Bengkayang (13).
Titik panas juga terpantau di Landak (25), Sekadau (60), Kayong Utara (41), Melawi (16), dan Kubu Raya (38). Sementara itu, titik panas terbanyak masih terpantau di Ketapang yang mencapai (452).
Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pontianak Sahat Irawan Manik mengatakan, berdasarkan data Manggala Agni dari sejumlah daerah operasi di Kalbar, luas lahan yang terbakar periode Januari hingga 31 Agustus sudah mencapai 2.326 hektar (ha).
Dari total luasan yang terbakar itu, 467,40 ha di daerah operasi Pontianak, 417,23 ha di daerah operasi Ketapang, 1.003,30 ha di daerah operasi Singkawang, dan 438,07 ha di daerah operasi Sintang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalbar Lumano mengatakan, kebakaran masih terjadi di daerah-daerah yang belum ada curah hujan, terutama Ketapang dan Kayong Utara. Tim pemadam terus berupaya memadamkan api, baik melalui satuan tugas darat maupun udara.
”Kerja sama petugas pemadam dengan masyarakat peduli api juga masih solid. Saat ada lokasi yang terbakar, mereka cepat menginformasikan kepada petugas sehingga cepat pula tim bergerak ke lapangan,” ucap Lumano.
Presiden Joko Widodo seusai membagikan sertifikat tanah dan surat keputusan tanah obyek reforma agraria (SK TORA) di Pontianak mengatakan telah meminta kepada Gubernur Kalbar Sutarmidji agar jangan sampai kabut asap meluas. Hal itu dikhawatirkan mengganggu penerbangan dan perekonomian.
”Dengan penyerahan sertifikat tanah dan SK TORA, diharapkan masyarakat dapat menjaga tanahnya agar jangan sampai terbakar. Untuk korporasi yang jumlahnya 19 disegel di Kalbar, jangan sampai ada lagi terbakar,” ujar Presiden.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan, upaya pemadaman terus dilakukan. Kebakaran di Kalbar ada yang sudah padam, ada pula yang belum padam sepenuhnya. Dari 19 korporasi yang sudah disegel beberapa waktu lalu di Kalbar, tiga sudah masuk penyidikan.
Kerja sama petugas pemadam dengan masyarakat peduli api juga masih solid. Saat ada lokasi yang terbakar, mereka cepat menginformasikan kepada petugas sehingga cepat pula tim bergerak ke lapangan.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Supadio Pontianak, Debi, menjelaskan, Ketapang daerah yang masih kemarau hingga kini. Kemarau di Ketapang diperkirakan hingga pertengahan Oktober.
Curah hujan di Ketapang kurang dari 50 milimeter. Hal itu berbeda dengan wilayah lain di Kalbar yang relatif sudah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sehingga kondisi titik api tidak sebanyak di Ketapang.