Jika menilik sejarah Mesir, sejak era kuno sebelum Masehi hingga era modern saat ini, ibu kota Mesir selalu berpindah mengikuti pasang surut kekuasaan pada setiap era.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN (DARI KAIRO, MESIR)
·3 menit baca
Jika menilik sejarah Mesir, sejak era kuno sebelum Masehi hingga era modern saat ini, ibu kota Mesir selalu berpindah mengikuti pasang surut kekuasaan pada setiap era. Oleh karena itu, keputusan Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi untuk membangun ibu kota baru, sebagai ganti dari ibu kota Kairo saat ini, sesungguhnya hanyalah bagian dari rangkaian sejarah panjang Mesir.
Pembangunan ibu kota baru diumumkan Presiden El-Sisi dalam forum konferensi ”Mendukung Pembangunan Ekonomi Mesir” pada Maret 2015. Dana yang dibutuhkan untuk membangun kota baru—berkisar 44 hingga 60 kilometer arah timur kota Kairo—mencapai 45 miliar dollar AS.
Pembangunan ibu kota baru itu segera menjadi megaproyek pemerintah di bawah Presiden El-Sisi dan menjadi pertaruhan politik Presiden El-Sisi untuk mendapatkan legitimasi pemerintahannya di mata rakyat Mesir setelah menggulingkan Presiden Muhammad Mursi pada 3 Juli 2013.
Pembangunannya pun dikebut sejak akhir 2015 dan dicanangkan pada 2020 pemerintahan Mesir secara bertahap pindah ke ibu kota baru itu.
Dalam perjalanan sejarah, ada tiga tahapan besar tentang kisah pembangunan ibu kota baru Mesir, yaitu era Islam, era Romawi-Yunani, dan era Mesir kuno. Kota Kairo yang menjadi ibu kota Mesir saat ini merupakan ibu kota yang dibangun pada era keemasan Islam, persisnya pada era Dinasti Fatimid pada 969 Masehi (M). Kota Kairo pun disebut ”Kota Seribu Menara” lantaran begitu banyak menara yang menjadi karakteristik era keemasan Islam saat tumbuh dan berkembangnya ibu kota Mesir itu.
Pada era Islam terjadi pembangunan beberapa kali ibu kota. Ketika Amr Ibn As (panglima perang era Omar bin Khattab) berhasil menaklukkan Mesir pada 641, ia langsung mendirikan kota Fustat sekaligus ibu kota wilayah kekuasaannya. Fustat yang terletak di tepi timur Sungai Nil merupakan salah satu titik tempat berada kota Kairo saat ini. Fustat menjadi ibu kota pertama Mesir era Islam.
Ketika Dinasti Abbasid berkuasa di Mesir pada 750 M, penguasa baru itu membangun ibu kota baru yang disebut Al-Askar, terletak arah timur laut kota Fustat. Tatkala Ahmed Ibn Tulun berkuasa di Mesir pada 869 M, penguasa baru itu juga membangun ibu kota baru yang disebut Al-Qatta’i, terletak tak jauh dari kota Fustat. Akhirnya, tiba era Dinasti Fatimiddi Mesir pada 969 M dan menetapkan ibu kota baru dengan nama Kairo.
Sebelum era Islam, Mesir berada di bawah kekuasaan Yunani-Romawi yang juga dikenal dengan era Dinasti Hellenistik dengan ibu kota Alexandria (sekitar 220 kilometer barat laut kota Kairo). Kota Alexandria didirikan oleh Alexander Agung pada 332 SM. Kota yang bertepi ke Laut Tengah itu kemudian menjadi ibu kota Dinasti Hellenistik di Mesir selama sekitar 1.000 tahun hingga Mesir ditaklukkan Amr Ibn As pada 641 M dan mendirikan ibu kota Fustat.
Pada era kuno, Mesir tercatat memiliki beberapa ibu kota. Pada era dinasti lama, 2700-2200 SM, yang membangun jaringan piramida di Mesir, dipercaya kota Memphis sebagai ibu kota saat itu. Pada era dinasti baru, 1550-1070 SM, dinasti itu memindahkan ibu kota dari Memphis ke Luxor.