Butuh Kerja Keras Tuntaskan Tol Cisumdawu pada 2020
›
Butuh Kerja Keras Tuntaskan...
Iklan
Butuh Kerja Keras Tuntaskan Tol Cisumdawu pada 2020
Oleh
Sharon Patricia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Target penyelesaian pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu sepanjang 60,47 kilometer pada 2020 membutuhkan komitmen tinggi, kerja keras, dan sinergi antarlembaga. Hal itu diperlukan untuk merampungkan kendala utama pembangunan, yaitu pembebasan lahan.
Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Yusrizal Kurniawan mengatakan, pembebasan lahan menjadi kunci utama untuk membangun dan menyelesaikan konstruksi Tol Cisumdawu. Koordinasi terus dilakukan, khususnya dengan pejabat pembuat komitmen (PPK).
“Kami berkoordinasi terus dengan PPK pengadaan tanah untuk mendorong percepatan proses (pembebasan lahan) baik di Badan Pertanahan Nasional maupun pengadilan. Itu selalu kami pantau dan monitor,” ujarnya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (5/9/2019).
Pembebasan lahan menjadi kunci utama untuk membangun dan menyelesaikan konstruksi Tol Cisumdawu.
Proyek pembangunan Tol Cisumdawu yang dibagi menjadi enam Seksi dikerjakan oleh pemerintah bersama Badan Usaha Jalan Tol. Untuk Seksi 1 dan 2 sepanjang 30,70 kilometer (km) dikerjakan oleh pemerintah. Sementara Seksi 3 sampai 6 sepanjang 29,77 km dikerjakan oleh PT Cipta Karya Jabar Tol (CKJT).
Yusrizal menuturkan, Seksi 1 Cileunyi–Tanjungsari sepanjang 12 km, dikerjakan oleh China Road and Bridge Corporation (CRBC)-PT Adhi Karya. Pembangunan itu menggunakan skema kerja sama penyertaan modal (joint venture) dua perusahaan itu, yakni 45,47 persen untuk konstruksi dan pembebasan lahan 72,77 persen.
Seksi 2 Tanjungsari–Sumedang sepanjang 17,51 km, pembangunannya dilakukan dalam 2 fase yakni fase I sepanjang 7,23 km konstruksinya sudah selesai penuh 100 persen.
Sementara fase II sepanjang 10,7 km, progres konstruksinya 74,62 persen dan lahan yang bebas 92,2 persen. Pengerjaan fase II oleh Metallurgical Corporation of China-PT Wijaya Karya-PT Nindya Karya-PT Waskita Karya dengan skema kerja sama operasional atau (joint operation).
Pada fase II, masih terdapat lintasan kritis sepanjang 800 meter yang harus digali sedalam 70 meter. Galian yang dilakukan pun harus berlapis sehingga membutuhkan waktu yang lama. Untuk itu, target awal yang seharusnya selesai pada 2019 diundur menjadi September 2020.
Untuk Seksi 3, Sumedang-Cimalaka sepanjang 4 km dikerjakan oleh PT Girder Indonesia dengan progres konstruksi 78,01 persen dan lahan sudah bebas 99 persen. Pengerjaan tinggal menggembur batu-batu dan ditargetkan selesai pada Desember 2019.
Seksi 4 Cimalaka-Legok sepanjang 8,20 km dan Seksi 5 Legok-Ujungjaya sepanjang 14,90 km belum ada lahan yang dibebaskan. Seksi 6 Ujungjaya-Kertajati 6,06 km belum memulai konstruksi dan progres lahan sebesar 16 persen. Pada Seksi 6, dari total luas lahan 109,01 hektar, sebesar 64,23 hektar adalah milik Perhutani sementara lainnya milik warga.
Kawasan hutan
Direktur SDM dan Lahan PT CKJT Ahmad Zaki mengemukakan, lahan milik Perhutani berada di Seksi 5 dan 6, yaitu sekitar 60 hektar di Seksi 6 dan 40 hektar di Seksi 5. Saat ini, PT CKJT sudah mendapatkan surat pertimbangan teknis dari Perhutani sebagai pemilik lahan.
“Selain itu untuk mendapat Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, kami masih menunggu surat rekomendasi teknis dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat,” kata dia.
Selain itu untuk mendapat Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, kami masih menunggu surat rekomendasi teknis dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat.
Sementara lahan lain milik warga, lanjut Ahmad, masih ada 19 desa di Seksi 4 sampai 6 yang masih harus dinegosiasikan. Dalam upaya mempercepat pembebasan lahan, PT CKJT didampingi oleh Tim Pengawal, Pengamanan Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D).
Pembebasan lahan untuk Seksi 4, 6, dan sebagian Seksi 5 itu ditargetkan dapat selesai pada 2019. Khusus untuk Seksi 5, pembebasan lahan secara penuh ditargetkan selesai pada Maret 2020.
“Jadi kalau empat bulan lagi sampai akhir tahun ini berat (untuk pembebasan lahan secara penuh di Seksi 4 sampai 6), sehingga prioritas kami ada di Seksi 4 dan 6 yang selesai pada 2019,” ujarnya.
Meski begitu, lanjut Ahmad, pengerjaan konstruksi di Seksi 5 pun sudah dapat dimulai sebagian. Tidak perlu menunggu hingga Maret 2020 untuk dimulainya pembangunan, sebab Seksi 5 didominasi jalan yang ada di tanah, bukan jalan layang yang harus ada pembangunan fondasi.
Direktur Teknik BUJT PT CKJT Bagus Medi mengatakan, pembangunan konstruksi Jalan Tol Cisumdawu untuk Seksi 4, 5, dan 6, masing-masing membutuhkan waktu setidaknya 14 bulan hingga 16 bulan. Menurutnya, medan pengerjaan Tol Cisumdawu di Seksi 5 dan 6 tidak sesulit Seksi 4 yang didominasi rumah warga dan perbukitan.
“Tapi pengalaman kami di Seksi 3 (kontur serupa dengan Seksi 4) yang dapat diselesaikan pada Desember 2019, kami tidak khawatir. Kalau September 2019 pembebasan lahan sudah selesai, maka September 2020 ‘bisa selesai konstruksi’,” ujar Bagus.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit pun tetap optimistis pembangunan Jalan Tol Cisumdawu akan selesai pada 2020. “Kita optimis tapi memang butuh kerja sama, khususnya dari para pemilik lahan,” katanya.