Operator Monetisasi Bisnis Layanan Seluler di Luar Jawa
›
Operator Monetisasi Bisnis...
Iklan
Operator Monetisasi Bisnis Layanan Seluler di Luar Jawa
Operator gencar membangun infrastruktur jaringan ke luar Jawa. Strategi ini merupakan upaya menambah sumber pendapatan bisnis.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Operator gencar membangun infrastruktur jaringan ke luar Jawa. Strategi ini merupakan upaya menambah sumber pendapatan bisnis.
Direktur Keuangan PT XL Axiata Tbk Mohamed Adlan bin Ahmad Tajudin, dalam konferensi pers paparan perkembangan semester II-2019, Kamis (5/9/2019), di Jakarta, mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, investasi infrastruktur jaringan ke luar Jawa mulai gencar. Monetisasi bisnis mulai tampak. Rata-rata pertumbuhan pendapatan bisnis di luar Jawa tumbuh 20 persen per tahun.
Harga paket layanan seluler di Jawa dan luar Jawa tidak berbeda. Ketika masuk ke kabupaten/kota baru di luar Jawa, perusahaan mengklaim hanya menawarkan promosi pemasaran untuk memikat calon konsumen.
Berdasarkan laporan paparan publik XL pada 29 April 2019, sekitar 80 persen wilayah di luar Jawa sudah terjangkau layanan seluler 4G dari XL pada akhir 2018.
Sampai dengan semester I-2019, XL telah membangun 19.000 pemancar baru, yang 14.000 unit di antaranya berlokasi di luar Jawa.
Adlan menambahkan, belanja modal pada 2019 sebesar Rp 7,5 triliun, yang saat ini sudah terserap 60 persen. Sebagian besar serapan belanja modal digunakan untuk membangun infrastruktur jaringan di luar Jawa.
Direktur Teknologi XL Yessie D Yosetya menambahkan, pembangunan pemancar baru di luar Jawa juga akan dikerjakan melalui program pelayanan universal (USO) Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI). Selama dua tahun, XL berkomitmen membangun 250 pemancar di 51 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua. Biaya pembangunan diambil dari dana USO.
Selain pembangunan pemancar baru, perusahaan juga memperbarui kabel lama ke serat optik. Jaringan serat optik diyakini mampu mengantarkan data dengan kapasitas lebih besar dan cepat. Saat ini, proses penggantian ke serat optik baru berjalan 30 persen, yang ditargetkan mencapai 50 persen pada akhir tahun ini.
”Fiberisasi juga bertujuan mempermudah kami saat menggelar layanan komersial 5G kelak,” ucapnya.
Menurut Yessie, pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi di luar Jawa akan memanfaatkan jaringan tulang punggung Palapa Ring Paket Barat, Tengah, dan Timur.
Perusahaan juga mempertimbangkan menjual 4.500 menara ke pasar. Dengan arsitektur jaringan yang baru, menara-menara tersebut dirasa tidak bernilai strategis.
Adlan menambahkan, pada semester I-2019, perusahaan membukukan laba bersih Rp 282 miliar. Laba bersih ditargetkan naik dua kali lipat pada akhir tahun ini.
Pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi di luar Jawa diharapkan bisa dimonetisasi.
”Total pelanggan XL telah mencapai 56 juta orang. XL telah menjadi merek layanan seluler pilihan bagi warga di luar Jawa,” ujarnya.
Presiden Direktur dan CEO XL Dian Siswarini menegaskan, perusahaan tidak akan ikut ”perang harga” layanan data. Perusahaan memilih fokus ke strategi pembangunan infrastruktur.
”Secara makro-ekonomi, pertumbuhan perekonomian Indonesia diperkirakan sejumlah ekonom masih stabil. Investasi asing masih akan terus masuk. Kompetisi antaroperator telekomunikasi semakin ketat, mulai dari urusan harga jual sampai inovasi produk digital,” tuturnya. (MED)