Asap akibat kebakaran hutan dan lahan tidak hanya menyelimuti Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, tetapi juga kota-kota tetangga seperti Kota Sampit, Kotawaringin Timur dan Pulang Pisau
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Asap akibat kebakaran hutan dan lahan tidak hanya menyelimuti Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, tetapi juga kota-kota tetangga seperti Kota Sampit, Kotawaringin Timur dan Pulang Pisau. Kualitas udara pun kian memburuk.
Di Sampit, beberapa ruas jalan tertutup seperti di Jalan Trans Kalimantan dari Sampit menuju ke Seruyan. Jarak pandang pun turun hingga di bawah 100 meter.
“Kami harus sangat pelan membawa kendaraan karena tidak bisa melihat kendaraan dari depan,” kata Lis Suryani (30), warga Sampit, Minggu (8/9/2019).
Kebakaran mulai terjadi lagi setelah hujan terakhir terjadi dua minggu lalu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palangkaraya memprediksi September merupakan puncak kemarau.
Kami harus sangat pelan membawa kendaraan karena tidak bisa melihat kendaraan dari depan
Dari pantauan Kompas, di Kabupaten Pulang Pisau wilayah fokus kerja restorasi di Desa Tanjung Taruna masih terbakar sejak Juli lalu, bahkan lokasi itu meluas hingga ke Kelurahan Kameloh Baru, Kota Palangkaraya yang berbatasan langsung. Di Kabupaten ini, selain di Tanjung Taruna, kebakaran juga melanda di wilayah Maliku, Pandih Batu, dan sebagian besar Kecamatan jekan Raya.
Di Kota Palangkaraya, kebakaran terjadi di mana-mana. Kebakaran hebat melanda di dekat permukiman Tampung Penyang. Lokasi terbakar sejak Juli lalu di Mahir-Mahar pun masih terbakar.
Di Kalimantan Tengah, dalam 24 jam terdapat 289 titik panas dengan kepercayaan di atas 81 persen sehingga bisa disebut titik api. Sejak Januari hingga saat ini sedikitnya 10.469 titik panas muncul, dengan luas kebakaran mencapai 6.142 hektar dan jumlah kejadian kebakaran sebanyak 1.511 kali kejadian.
Selain di lahan masyarakat, kebakaran juga melanda di lokasi-lokasi konsesi. Pihak kepolisian dan juga Direktorat Jenderal Penegakkan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyelidiki setidaknya 16 perusahaan perkebunan sawit yang lahannya terbakar.
Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Kolonel Arm Saiful Rizal mengungkapkan, kabut asap di pagi hari memang sempat mengganggu penerbangan namun kabut itu menjadi lebih pekat karena bercampur dengan embun di pagi hari.
“Penerbangan pernah batal landing beberapa waktu lalu itu karena sikap hati-hati pilot, tetapi hari ini semuanya normal bahkan delay tidak ada,” ungkap Saiful.
Sekretaris Daerah Provinsi Kalteng Fahrizal Fitri mengungkapkan, pihaknya sampai saat ini berupaya keras untuk memadamkan titik api yang besar. Selain itu, secara bersamaan pihaknya juga melakukan penyelidikan terhadap konsesi yang terbakar.
"Polisi sudah bergerak, pemadam bergerak, semuanya bergerak, kami berupaya keras untuk menanggulangi kebakaran ini," kata Fahrizal.