Setelah lima tahun berkonflik, Rusia dan Ukraina akhirnya bertukar tahanan pada Sabtu (7/9/2019). Masing-masing negara membebaskan 35 tahanannya.
Peristiwa tersebut mengundang ucapan selamat dari para pemimpin dunia. Koran The New York Times, misalnya, merilis ucapan dari Kanselir Jerman Angela Merkel yang menyambut peristiwa itu sebagai ”pertanda harapan”. Presiden AS Donald Trump mencuit di Twitter: pertukaran tahanan itu ”kabar yang sangat baik, mungkin langkah besar pertama menuju perdamaian”.
”Akhirnya!” seru Donald Tusk, Presiden Dewan Eropa, di Twitter. ”Saya terus mendesak Rusia untuk membebaskan semua tahanan politik dan menghargai integritas wilayah Ukraina”.
Beberapa tahanan yang dibebaskan Rusia, antara lain, pembuat film Oleg Sentsov yang dipenjara dengan tuduhan tindakan teroris di Crimea; Roman Sushchenko, jurnalis yang ditahan di Moskwa tahun 2016 karena ”tuduhan spionase”, serta aktivis Mykola Karpyuk dan Stanislav Klykh.
Adapun di antara tahanan yang dibebaskan Ukraina ada satu nama yang menyedot perhatian, yaitu Volodymyr Tsemakh (58), komandan pertahanan udara pemberontak di timur Ukraina yang didukung Rusia. Tsemakh sedang dalam investigasi terkait penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina tahun 2014 yang menewaskan 298 orang.
Pertukaran tahanan bisa dilihat sebagai langkah awal menuju perdamaian. Namun, perdamaian adalah sebuah jalan panjang yang memerlukan lebih banyak langkah untuk mencapainya. Bahkan, ketika sudah tak ada lagi perang pun, belum tentu perdamaian sudah terwujud.
Pertukaran tahanan bisa dilihat sebagai langkah awal menuju perdamaian. Namun, perdamaian adalah sebuah jalan panjang yang memerlukan lebih banyak langkah untuk mencapainya.
Apalagi hingga kini Presiden Rusia Vladimir Putin tidak memberikan sinyal bahwa dirinya akan berhenti mendukung separatis pro Rusia yang dianggap oleh Ukraina sebagai ”teroris”. Ia juga dengan tegas mengesampingkan opsi mengembalikan Crimea kepada Ukraina.
Pertukaran tahanan itu tidak terjadi di ruang hampa. Analis Ukraina, Vadim Karasev, kepada Associated Press mengatakan, meski pembebasan Tsemakh mendapat kritik, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memenuhi salah satu janji kampanyenya.
Di satu sisi, pertukaran tahanan ini memperlihatkan ”fleksibilitas baru Rusia”, sekaligus memunculkan harapan di Rusia agar Uni Eropa melonggarkan sanksinya terhadap Moskwa. Atmosfer yang positif tersebut sepertinya akan dimanfaatkan oleh Perancis dan Jerman untuk menginisiasi pertemuan Normandy yang terdiri dari Perancis, Jerman, Rusia, dan Ukraina pada akhir September ini.
Florent Parmentier, peneliti di Sciences Po University di Paris, berpendapat, bagi Presiden Perancis Emmanuel Macron, ini saatnya dia memainkan peran untuk mempromosikan Rusia kembali ”berbulan madu” dengan Eropa. Apalagi Macron mulai getol menjalin hubungan dengan Rusia, seperti saat mengundang Putin menjelang KTT G-7.
Lantas, apakah pertukaran tahanan ini akan benar-benar berujung pada perdamaian Rusia-Ukraina atau hanya sekadar dinamika politik Eropa dalam menata kekuatannya? Waktu yang akan mencatat.