Peringatan Hari Maritim Jadi Awal Revitalisasi Sungai Batanghari
›
Peringatan Hari Maritim Jadi...
Iklan
Peringatan Hari Maritim Jadi Awal Revitalisasi Sungai Batanghari
Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, akan mengadakan Karnaval Arung Pamalayu di Sungai Batanghari untuk memperingati Hari Maritim Nasional pada 23 September 2019.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS - Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, akan mengadakan Karnaval Arung Pamalayu di Sungai Batanghari untuk memperingati Hari Maritim Nasional pada 23 September 2019. Karnaval itu menjadi langkah awal upaya revitalisasi Sungai Batanghari yang kian tercemar.
Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Senin (9/9/2019), menjelaskan, kondisi Sungai Batanghari saat ini sangat mengkhawatirkan. Aktivitas tambang emas di Sungai Batanghari, terutama bagian hulu di Solok Selatan, serta Dharmasraya, beberapa tahun lalu, mencemari sungai dengan merkuri.
“Kalau Batanghari kembali bagus, bisa jadi sumber kehidupan. Kami hendak mengembalikan itu. Sekarang, kalau hendak melihat Batanghari itu jernih, hanya seminggu sebelum dan sesudah Lebaran karena petambangnya libur,” kata Sutan Riska di Padang, Sumbar.
Sutan Riska menjelaskan, Sungai Batanghari punya nilai sejarah luar biasa. Pada masa lalu, Sungai Batanghari merupakan jalur utama transportasi serta jalur perdagangan rempah dan emas. Dalam ekspedisi Pamalayu pada abad XIII, Kerajaan Singosari juga melewati Batanghari untuk sampai ke Kerajaan Dharmasraya dalam rangka menjalin kerjasama.
Adanya Karnaval Arung Pamalayu diharapkan menarik perhatian warga ataupun pemerintah daerah dan pusat terhadap Sungai Batanghari. Dengan demikian, upaya revitalisasi mudah tercapai. Setelah karnaval, Pemkab Dharmasraya akan menjajaki kerja sama untuk revitalisasi sungai dengan enam kabupaten/kota lainnya di Sumbar dan Jambi yang juga dilewati Sungai Batanghari.
Menurut Sutan Riska, pulihnya Sungai Batanghari akan menguntungkan masyarakat ataupun pemerintah. Di Dharmasraya, misalnya, Sungai Batanghari selain jadi sumber daya alam juga punya potensi wisata. Apalagi di tepian sungai terdapat Candi Pulau Sawah yang belum terkelola dengan baik.
“Selama ini, orang ke Dharmasraya hanya lihat kebun sawit, karet, dan tambang saja. Kiranya melalui acara ini ada sesuatu yang harus digali dan disampaikan ke masyarakat, baik Sumbar maupun Nasional. Ujungnya nanti akan dapat wisata, sungai terjaga, dan warga hidup sehat,” ujar Sutan Riska, yang juga raja dari Kerajaan Koto Besar, kerajaan yang masih berdiri di Dharmasraya.
Pulihnya Sungai Batanghari akan menguntungkan masyarakat ataupun pemerintah. Di Dharmasraya, misalnya, Sungai Batanghari selain jadi sumber daya alam juga punya potensi wisata.
Sutan Riska menambahkan, Karnaval Arung Pamalayu juga untuk mengeksiskan kembali peringatan Hari Maritim Nasional yang diperingati tiap 23 September. Dalam kesempatan itu, Pengurus Langgam Institute Andri El Faruqi, rekanan penyelenggara acara, menjelaskan, peringatan Hari Maritim Nasional di Dharmasraya merupakan rangkaian Festival Pamalayu yang diadakan sejak 22 Agustus 2019 dan puncaknya 7 Januari 2020, bertepatan dengan hari ulang tahun ke-15 Kabupaten Dharmasraya. Peringatan itu dipusatkan di kompleks Candi Pulau Sawah.
Menurut Andri, dalam Karnaval Arung Pamalayu, akan ada seratus perahu yang berlayar di Sungai Batanghari sekitar candi. Pelayaran itu merupakan ilustrasi kedatangan rombongan Kerajaan Singosari dalam Ekspedisi Pamalayu pada Abad XIII. Rombongan Kerajaan Singosari datang ke Kerajaan Dharmasraya untuk menjalin aliansi dalam menghadapi serangan Kerajaan Mongol.
Karnaval juga akan diramaikan dengan prosesi adat pemotongan kerbau putih milik Kerajaan Koto Besar. Selain itu, ada pula acara bincang-bincang di tentang sungai di sekitar Sungai Batanghari dengan utusan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, sejarawan Gusti Asnan, sejarawan Wenri Wanhar, serta peneliti dari Institut Teknologi Bandung yang pernah meneliti pencemaran Sungai Batanghari.