Kepala Kepolisian Daerah Maluku Inspektur Jenderal Royke Lumowa meminta mahasiswa asal Papua dan Papua Barat tak perlu kembali ke daerah asal mereka. Keamanan mereka dijamin pihak kepolisian.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Kepala Kepolisian Daerah Maluku Inspektur Jenderal Royke Lumowa meminta mahasiswa asal Papua dan Papua Barat tak perlu kembali ke daerah asal mereka. Perwakilan mahasiswa menyatakan, mereka kini tak lagi takut meski belakangan sering diintai aparat intelijen.
Harapan itu disampaikan Royke dalam acara ramah tamah di kediaman Kapolda Maluku di Ambon pada Selasa (10/9/2019) malam. Selain perwakilan mahasiswa asal Papua dan Papua Barat, acara tersebut juga dihadiri Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Pattimura Ambon Yusuf Madubun.
”Tetap kuliah seperti biasa jangan takut. Kalian di Ambon ini dijamin aman. Jangan pulang dengan alasan takut. Belajar baik-baik, cari ilmu sebanyak-banyaknya untuk kembali mengabdi di tanah Papua. Ingat orangtua sudah berjuang untuk kalian. Tuntaskan studi agar orangtua kalian juga bangga dan bahagia,” kata Royke.
Seperti diberitakan sebelumnya, banyak mahasiswa asal Papua dan Papua Barat yang sedang kuliah di sejumlah kota memilih pulang kampung. Mereka merasa tidak aman karena sering diintai oleh aparat setelah aksi persekusi dan rasialisme di asrama mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, pertengahan Agustus.
Insiden itu kemudian memicu gelombang unjuk rasa berujung anarkistis di sejumlah kota di Papua dan Papua Barat mulai 19 Agustus. Hingga kini, gejolak itu belum sepenuhnya reda. Masih ada upaya dari kelompok tertentu yang memprovokasi mahasiswa yang sedang kuliah di luar Papua untuk kembali.
Royke mengatakan, dirinya lama bertugas di tanah Papua. Lulusan Akademi Kepolisian tahun 1987 itu pernah bertugas sebagai Kepala Polsek Sarmi. Jabatan terakhir yang diemban di tanah Papua adalah Kepala Polda Papua Barat. ”Saya punya ikatan emosional yang kuat dengan orang Papua,” katanya.
Dia mengatakan, kondisi Papua saat ini sudah jauh lebih maju dibandingkan dengan ketika dirinya pertama kali bertugas di sana. ”Dulu dari Sarmi ke Jayapura itu jalan kaki atau naik kapal ikan. Tidak ada jalan darat. Sekarang ini jalan sudah tembus,” ujarnya.
Yusuf Madubun juga meminta mahasiswa asal Papua dan Papua Barat tetap mengikuti perkuliahan seperti biasa. Saat ini, mahasiswa asal Papua dan Papua Barat yang mengikuti program afirmasi pendidikan di Universitas Pattimura sebanyak 109 orang. Mereka tersebar di sejumlah fakultas, termasuk kedokteran.
Program tersebut diperuntukkan bagi putra dan putri asal tanah Papua serta mereka yang berasal dari wilayah terluar dan terpencil. ”Kami di Maluku ini sebagai kakak kalian. Jangan khawatir, anggap saja kalian sekarang sedang tinggal di rumah kakak kalian,” kata Yusuf.
Erwin Abesay, perwakilan dari mahasiswa Papua, mengakui adanya kecemasan dari kalangan mahasiswa setelah insiden di Surabaya. ”Kami cemas karena intel dari TNI dan Polri sering datang intai kami. Namun, sekarang sudah aman. Semua sudah lancar,” katanya.