Perang dagang AS dan China membuka peluang bagi industri mebel Indonesia. Pemerintah berniat menjadikan industri mebel sebagai salah satu tumpuan untuk meningkatkan ekspor demi menekan defisit neraca perdagangan.
Oleh
ANITA YOSSIHARA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perang dagang Amerika Serikat dan China membuka peluang bagi industri mebel Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berniat menjadikan industri mebel sebagai salah satu tumpuan untuk meningkatkan ekspor demi menekan defisit neraca perdagangan.
Dalam dua bulan terakhir, setidaknya Presiden Joko Widodo dua kali menggelar rapat terbatas (ratas) khusus membahas industri mebel berbahan kayu dan rotan. Ratas kedua digelar di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (10/9/2019), dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, menteri terkait, dan pengusaha mebel.
Pemerintah mendengar masukan dari pelaku usaha mebel demi menggenjot ekspor.
Dalam sambutan pengantar ratas, Presiden Joko Widodo mengungkapkan peluang yang relatif besar untuk meningkatkan ekspor produk kayu dan rotan di tengah perang dagang AS-China. Perang dagang membuat AS mengurangi impor mebel serta produk kayu dan rotan dari China. Kebijakan itu bisa dimanfaatkan Indonesia untuk mengisi pasar AS dengan mebel serta produk kayu dan rotan Indonesia.
”Ada sebuah peluang besar yang bisa kita manfaatkan. Saya juga mendapatkan informasi yang sangat detail dari Bank Dunia bahwa mebel, produk kayu, dan rotan adalah kesempatan besar untuk masuk ke pasar, terutama berkaitan dengan perang dagang,” kata Presiden Joko Widodo.
Untuk itu, pemerintah akan menjadikan mebel, produk kayu, dan rotan sebagai salah satu tumpuan untuk menekan defisit neraca perdagangan.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, neraca perdagangan Indonesia defisit 1,896 miliar dollar AS pada Januari-Juli 2019. Adapun berdasarkan data Kementerian Perindustrian, nilai ekspor mebel pada 2017 sebesar 1,63 miliar dollar AS, yang naik menjadi 1,69 miliar dollar AS pada 2018.
Seusai ratas, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, Indonesia belum maksimal memanfaatkan perang dagang untuk meningkatkan ekspor. Pemerintah, tambah Darmin, berupaya memenuhi kebutuhan pelaku usaha mebel, rotan, dan kayu demi menggenjot kinerja ekspor. Pelaku usaha mebel, antara lain, menyampaikan soal penyederhanaan perizinan dan pembebasan Pajak Pertambahan Nilai. (NTA)