Kebakaran Lahan dan Hutan di Wilayah Pulau Sumatera Kian Parah
›
Kebakaran Lahan dan Hutan di...
Iklan
Kebakaran Lahan dan Hutan di Wilayah Pulau Sumatera Kian Parah
Pada Rabu (11/9/2019) pagi, satelit pengindera cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperlihatkan 1.211 titik panas yang tersebar di delapan provinsi.
Oleh
SYAHNAN RANGKUTI
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS — Kebakaran lahan dan hutan di wilayah Pulau Sumatera belum menunjukkan tanda-tanda berkurang. Bahkan, Rabu (11/9/2019) pagi, satelit pengindera cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperlihatkan 1.211 titik panas yang tersebar di delapan provinsi. Jambi memiliki titik panas terbesar 496 titik, disusul Sumatera Selatan (305) dan Riau (258), Bangka Belitung (77), dan Lampung (42).
Banyaknya titik api di Riau menyebabkan kondisi asap semakin pekat. Di Pekanbaru, jarak pandang sempat menyentuh angka di bawah 1 kilometer. Kabut asap membuat pemandangan kota yang berlokasi di tengah Pulau Sumatera itu memutih.
Dengan kondisi kabut asap seperti ini, banyak orang berpandangan sekan-akan pemerintah tidak bekerja dan tidak berbuat apa-apa terhadap kebakaran.
Meski demikian, Executive General Manager Bandara Sultan Syarif Kasyim II, Pekanbaru, Prastyo Yogi mengatakan, penerbangan kedatangan ataupun keberangkatan pesawat dari dan ke Pekanbaru masih berlangsung normal.
”Pada pukul 11.00 jarak pandang sudah mencapai 4.000 meter,” ucap Yogi.
Jalanan Kota Pekanbaru pada pukul 7.00 sangat lengang dan sepi. Hal itu disebabkan semua sekolah di Pekanbaru dari SD dan SMP hingga sebagian besar SMA diliburkan. Lalu lintas di Jalan Hang Tuah, di depan kompleks beberapa sekolah SD, SMP dan SMA yang biasanya macet, berjalan lancar tanpa hambatan.
Ratusan pegawai negeri sipil beserta anggota TNI dan masyarakat Pekanbaru pada Rabu pagi melakukan shalat Istisqa (meminta hujan) di halaman Kantor Gubenur Riau di Jalan Sudirman. Shalat hanya dihadiri Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution. Menurut Edy, Gubernur sedang bertugas di luar kota.
Edy mengatakan, kabut asap di Riau memang cukup mengkhawatirkan. Kabut asap telah mengganggu kehidupan warga Riau.
”Dengan kondisi kabut asap seperti ini, banyak orang berpandangan sekan-akan pemerintah tidak bekerja dan tidak berbuat apa-apa terhadap kebakaran. Saya informasikan, sampai pagi ini, tidak kurang dari 5.800 gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, KLHK, Masyarakat Peduli Api, dan sebagainya. Mereka sedang berada di lapangan untuk memadamkan api,” papar Edy.
Edy menyadari, meski tim pemadam sudah tergolong banyak, jumlahnya belum sebanding dengan luas kebakaran lahan dan hutan yang terjadi. Asap di Riau juga diperparah dengan kiriman dari tetangga, Jambi dan Sumatera Selatan.
”Asap sampai pagi ini masih kita rasakan karena cuaca tidak menentu. Kita bukan mencari yang benar atau salah. Mari kita memohon kepada Allah sembari memohon ampun agar segera diturunkan hujan,” tutur Edy.
Secara terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger mengatakan, pihaknya masih menunggu tambahan empat helikopter untuk membantu pemadaman dari udara. Empat helikopter itu saat ini masih berada di Pekanbaru, tetapi tidak dapat dipergunakan karena biaya sewa dan izin terbang sudah habis.
”Namun, ada kabar baik. Hari Kamis besok, Satgas Karhutla Riau mendapat bantuan pesawat Cassa TNI Angkatan Udara untuk penyemaian awan hujan atau teknologi modifikasi cuaca. Mudah-mudahan, ada potensi awan yang dapat disemai untuk hujan,” ujar Edwar.
Menurut Edwar, dalam dua hari terakhir telah terjadi penambahan luas kebakaran di beberapa daerah lebih dari 100 hektar. Secara total, luas kebakaran di Riau sejak Januari sampai 10 September mencapai 6.500 hektar.