Kondisi Asap Masih Pekat, Dinkes Berikan Masker kepada Pengguna Jalan
›
Kondisi Asap Masih Pekat,...
Iklan
Kondisi Asap Masih Pekat, Dinkes Berikan Masker kepada Pengguna Jalan
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan membagikan 6.000 masker kepada masyarakat di Palembang. Ini dilakukan untuk mengantisipasi bahaya asap akibat kebakaran lahan yang menyelimuti Palembang beberapa hari terakhir.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan membagikan 6.000 masker kepada masyarakat di Palembang. Ini dilakukan untuk mengantisipasi bahaya asap akibat kebakaran lahan yang menyelimuti Palembang dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, Rabu (11/9/2019) pagi, kualitas udara di Palembang sempat memasuki kategori sangat tidak sehat.
Pembagian masker diberikan di kawasan Simpang Lima Kantor DPRD Provinsi Sumsel dan di Jalan Radial, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang. Sejumlah pengendara motor yang melintas di kawasan tersebut diberikan masker. Langkah ini sebagai antisipasi pekatnya asap di Kota Palembang.
Di pagi hari, aroma asap cukup pekat terasa. Asap akan lebih pekat pada sore dan malam hari. Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak satu minggu terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, berdasarkan konsentrasi partikulat PM 10, per Rabu (11/9/2019), mulai pukul 03.00 WIB hingga 05.00 WIB, nilainya mencapai lebih dari 250 µgram/m³ atau masuk dalam kategori sangat tidak sehat.
Kami mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker saat keluar rumah.
Namun, setelah itu, kondisi udara kembali membaik hingga pada pukul 09.00, udara di Palembang masuk dalam kategori sedang, 86.01 µgram/m³. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Mulyono menerangkan, pembagian masker kepada warga bertujuan sebagai tindak lanjut dari pekatnya asap di Kota Palembang. ”Kami mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker saat keluar rumah,” katanya.
Kondisi ini juga untuk mengantisipasi kemungkinan masyarakat terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Namun, ujar Mulyono, asap hanya merupakan faktor risiko. Tidak semua ISPA disebabkan oleh asap, tetapi bisa juga dari debu atau virus.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sumsel, ujar Mulyono, jumlah penderita ISPA di Sumsel per Juli mencapai 37.536 orang, menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya, 39.683 orang. Dari minggu terakhir Agustus sampai 2 September terdata 5.241 orang, dengan 2.188 penderita berusia di bawah lima tahun.
Mulyono mengatakan, anak di bawah umur lima tahun lebih rentan terkena ISPA karena daya tahan yang belum sebaik orang dewasa. Untuk itu, perlu ada penanganan khusus agar risiko ISPA dapat diminimalkan. Langkah pertama yang harus dilakukan dengan menggunakan masker setiap keluar rumah, lebih banyak minum air putih, dan melakukan perilaku hidup sehat.
Mulyono mengatakan, pihaknya terus memantau kondisi kualitas udara di Sumsel. Setiap kategori kualitas udara ada langkah antisipasi. Apabila kualitas udara dalam kategori sangat tidak sehat, aktivitas di luar rumah harus dibatasi, perlu disiapkan ruang khusus untuk perawatan penderita ISPA berat di sejumlah fasilitas kesehatan.
Mulyono memastikan jumlah masker dan obat untuk antisipasi asap sudah tersedia di setiap fasilitas kesehatan. ”Bahkan, kami menyediakan 20.000 masker untuk disebarkan jika diperlukan,” ujarnya. Tidak hanya di Palembang, tetapi pembagian masker juga dilakukan di beberapa daerah yang terdampak.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Bambang Benny Setiaji mengatakan, BMKG akan selalu melaporkan kondisi perubahan kualitas udara sesuai dengan parameter alat PM 10 yang ada.
Sebenarnya, selain PM 10, ada juga alat ukur yang menginformasikan secara riil kondisi udara di lapangan. Selain itu, berdasarkan alat pengukur PM 2.5 per 07.00 WIB, kondisi udara berada pada nilai 123 µgram/m³ atau dalam kondisi tidak sehat.
Berdasarkan pantauan sebelumnya, asap yang masuk di Palembang merupakan hasil kebakaran di sejumlah kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Banyuasin. ”Asap baru akan hilang jika terjadi hujan,” katanya. Hanya sampai 16 September diperkirakan tidak turun hujan di Sumsel.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori menuturkan, kondisi lahan di Sumsel sangat kering. Hal ini membuat risiko kebakaran lahan semakin tinggi. Dalam tiga hari terakhir, jumlah titik panas di Sumsel tidak kurang dari 200 titik. Sepanjang September 2019, jumlah titik panas di Sumsel mencapai 1.364 titik. Angka ini sudah melebihi jumlah titik panas sepanjang Agustus.
Secara keseluruhan, Januari- September 2019, titik panas di Sumsel telah mencapai 3.239 titik. Jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah titik panas pada 2016-2018. Beragam upaya terus dilakukan mulai dari pemadaman di darat hingga udara.
Walaupun demikian, jumlah lahan terbakar terus saja meluas. Saat ini, jumlah lahan terbakar di Sumsel mencapai 2.738 hektar. Daerah yang kerap terbakar adalah Kabupaten Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, dan Penukal Abab Lematang Ilir. ”Untuk itu, kami berharap warga juga turut menjaga lahannya agar tidak terbakar,” kata Ansori.