Korut Terus Uji Rudal
Korea Utara sudah delapan kali meluncurkan rudal. Lewat peluncuran-peluncuran itu, Pyongyang terus menunjukkan kemajuan pengembangan senjatanya.
SEOUL, SELASA —Korea Utara terus menguji peluru kendali meskipun menyatakan siap merundingkan program nuklirnya. Uji coba terbaru dilancarkan Korut pada Selasa (10/9/2019) pagi.
Tentara Korea Selatan (Korsel) mengidentifikasi dua proyektil dari Kaechon. Dari kota di selatan Pyongyang itu, proyektil tersebut mengarah ke timur dan jatuh ke laut. Proyektil terbang sejauh 330 kilometer dari lokasi peluncuran menuju tempat jatuh di laut. Tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang proyektil yang diluncurkan tersebut.
Peluncuran tersebut merupakan yang ke-8 sejak Juli 2019. Terakhir kali Korut meluncurkan rudal pada 24 Agustus 2019.
Melalui tujuh peluncuran sebelumnya, Pyongyang menunjukkan rudal-rudal jarak pendek hasil pengembangan sendiri. Korut juga memamerkan sistem peluncuran roket yang bisa dikembangkan sebagai senjata pengancam tetangganya, Korsel. Roket-roket yang dikembangkan Korut dikhawatirkan bisa menjangkau seluruh wilayah Korsel, termasuk pangkalan Amerika Serikat di Korsel. Korut juga diketahui telah mengembangkan kapal selam yang dapat dipakai untuk meluncurkan rudal balistik.
Tentara Korsel terus memantau perkembangan Korut. Sampai Selasa sore, tidak ada laporan soal peluncuran lanjutan. ”Kami mendesak Korut menghentikan semua tindakan yang bisa memicu ketegangan,” demikian pernyataan tertulis markas besar tentara Korsel.
Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan tidak ada bukti bahwa uji coba terakhir mengancam Jepang. Tokyo juga tidak menemukan bukti uji coba rudal terakhir oleh Korut menjangkau zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang.
”Kami mengetahui laporan peluncuran proyektil dari Korut. Kami akan terus memantau keadaan dan berkonsultasi dengan sekutu di kawasan,” kata pejabat senior AS yang tidak diungkap namanya.
Peluncuran itu terjadi beberapa jam setelah Pyongyang menyatakan bersedia melanjutkan dialog dengan Washington. ”Kami mau duduk bersama AS untuk pembicaraan komprehensif atas masalah-masalah selama ini. Direncanakan, (dialog) akan berlangsung pada September,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son Hui dalam pernyataan yang disiarkan pada Senin malam.
Desak Washington
Ia menegaskan komitmen pemimpin Korut Kim Jong Un soal tenggat bagi AS. Pyongyang memberi kesempatan Washington sampai akhir tahun untuk menghentikan manuvernya. Pyongyang mendesak Washington membawa tawaran yang dapat diterima atau proses diplomatik akan rusak.
Tawaran itu harus mencakup kepentingan AS dan Korut. ”Tawaran itu juga harus berdasarkan metode yang bisa diterima kami,” ujarnya.
Ia memperingatkan AS untuk teguh pada perkataannya. Jika AS curang lagi, semua upaya perundingan akan berakhir.
Pyongyang menilai, Washington tidak tulus berdialog. Korut menilai, AS tidak mau membahas pencabutan sanksi dan hanya menuntut Pyongyang menghancurkan program nuklirnya. Sanksi AS dan internasional membuat perekonomian Korut terpuruk. Pyongyang sulit berdagang.
Selama ini, AS memang meminta Korut sepenuhnya menghentikan program pengembangan senjata nuklir dan rudalnya. Washington tidak mau mencabut sanksi apa pun sampai Korut melakukan itu.
Cabut sanksi
Sebaliknya, Pyongyang meminta sanksi-sanksi dicabut dulu sebelum perundingan berlangsung. Panel pakar bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa memastikan program nuklir Korut terus berlanjut. Padahal, Pyongyang pernah menyatakan telah menghentikan program itu. Bahkan, Korut menunjukkan penghancuran sejumlah fasilitas uji coba dan pengembangan senjata nuklirnya.
”Kalau mau sukses, Korut harus menyingkirkan penghalang proses perundingan dan mencari peluang berunding selama masih ada kesempatan,” kata utusan khusus AS untuk Korut, Stephen Biegun.
”Kami telah menyampaikan secara jelas kepada Korut bahwa kami siap berhubungan secepat mungkin dengan mereka. Kami siap. Akan tetapi, kami tidak bisa melakukannya sendiri,” ujarnya.
AS-Korut sudah lebih dari setahun berusaha merundingkan program nuklir Pyongyang. Pertemuan Kim dengan Presiden AS Donald Trump berakhir tanpa kesepakatan apa pun. Meskipun demikian, Trump menyebut hubungannya dengan Kim amat baik. Trump menyebut Korut mempunyai peluang besar menjadi negara sejahtera dan maju. Korut hanya perlu menghentikan program nuklirnya untuk meraih semua kenikmatan tersebut. (AFP/REUTERS/RAZ)