Deretan mural di dinding makam menyambut kedatangan di Kampung Literasi Tapak Kali Bendo. Pada dinding, Pramoedya Ananta Toer berpesan: ”Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan”. Ia juga mengingatkan; ”Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.
Tidak jauh dari makam, tepatnya di perempatan jalan, sebuah diskusi kecil tengah berjalan, Rabu (7/8/2019). Dinaungi rimbun dedaunan pohon yang tumbuh di pinggir kali, diskusi yang dihadiri pegiat literasi dari berbagai kalangan itu mengalir ringan. Sepoi angin membuai peserta hingga lupa jeda.
Tiba-tiba perut terasa lapar, seakan alarm makan siang tengah bergetar. Tepat pada saat itu panitia membagikan bungkusan rujak cingur dan gado-gado. Aroma khas makanan tradisional masyarakat Jawa Timur itu langsung menguar, menusuk selera, dan mengoyak rasa lapar.
Sebotol minuman sari lidah buaya disajikan dingin menjadi pencuci mulut sekaligus makanan penutup. Di sekitar sungai, mudah dijumpai tanaman lidah buaya karena ditanam dan dipelihara untuk bahan baku produksi. ”Minuman sari lidah buaya ini bikinan sendiri. Ibu-ibu kampung yang membuatnya dengan bahan alami tanaman lidah buaya yang ditanam sendiri pula,” ujar Suroto, pegiat kampung literasi.
Selain diskusi, Suroto juga kerap menggelar pelatihan seni rajut makrame. Seni makrame ini adalah menyatukan simpul yang terdiri atas satu, dua, tiga, bahkan lebih tali atau benang untuk membuat sebuah karya tangan. Makrame berasal dari kata mikramah yang berarti hiasan tangan atau anyaman.
Seni ini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui produk yang dihasilkan. Peminat seni rajut ini banyak, mereka tidak hanya datang dari Sidoarjo, tetapi juga dari sejumlah daerah.
Kampung Literasi Tapak Kali Bendo berada di Desa Tebel, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo. Lokasinya menyebar di beberapa gang. Namun, paling gampang dijumpai di Jalan Terakhir dan Jalan Aja Dulu. Jalan Terakhir merupakan nama jalan menuju makam umum milik desa. Sementara Jalan Aja Dulu menghubungkan antara Kali Bendo dan permukiman warga.
Penamaan Jalan Terakhir pada jalan yang menuju kuburan, kata Suroto, sarat makna. Sebelum seseorang menuju kematian, orang itu harus mengingat pesan Pramoedya untuk berterima kasih pada segala yang memberi kehidupan. Cara terbaik berterima kasih pada kehidupan adalah mewariskan hal yang bermanfaat.
Perpustakaan mini
Persis di sebelah makam, berdiri perpustakaan mini berisi buku-buku bacaan yang menginspirasi. Buku itu bebas dibaca tanpa sekat ruang dan waktu. Tersedia tempat duduk mirip bangku taman yang mengitari sebuah meja kecil. Area itu enak dimanfaatkan sebagai ruang baca.
Selain di dekat makam, perpustakaan mini juga bisa ditemui di tepi jalan, di mushala, dan di pekarangan rumah warga. Oleh karena tempatnya mini, jumlah koleksi buku yang ditampung juga terbatas. Namun, jika pembaca masih haus buku, tinggal datang ke base camp, perpustakaan yang lebih besar dan lengkap.
”Buku adalah jendela dunia. Silakan baca sepuasnya, tak perlu membayar,” ujar pendiri Bait Kata Library yang menjadi pembina Kampung Literasi Tapak Kali Bendo, Iffa Suraiya. Perpustakaan mini memiliki bentuk unik karena mirip pagupon atau rumah burung dara. Hanya ada dua rak kecil untuk menyimpan buku.
Kampung Literasi Tapak Kali Bendo tak hanya menawarkan aktivitas membaca, tetapi juga kawah candradimuka mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Penilaian itu disampaikan artis Olga Lydia saat berkunjung April lalu.
Penulis cerpen, novel, dan naskah film Kirana Kejora juga memiliki kesan yang sulit dilupakan setelah bersinergi dengan para pegiat literasi dari berbagai kalangan di pinggir kali, awal Agustus lalu. Pada akun media sosialnya, Kirana mengatakan rugi jika tak datang.
”Kampung literasi swadaya ini tidak hanya penuh kreasi lintas seni, tetapi juga inovatif dan provokatif memicu adrenalin berkarya tanpa batas. Ada buku di base camp, perpustakaan mini di beberapa titik, dan workshop makrame.”
Kirana juga menuliskan, ada kebun lidah buaya penghasil minuman sehat. Ada mural di lorong-lorong dengan taman bunga beserta meja kursi kayu yang alami. Asri, instagramable, dan yang pasti makin banyak pengembangan ke depan dengan acara kajian seni dan ilmu.
Kampung Literasi Tapak Kali Bendo bagaikan oase kehidupan. Tempat ini cocok sebagai jujugan (tempat) mereka yang haus ilmu pengetahuan atau suka kemajuan. Sebab, kampung ini tak sekadar menghadirkan taman baca, tetapi juga menawarkan beragam aktivitas yang mengalirkan energi positif dan mendorong lahirnya gagasan-gagasan kreatif.
Seperti pesan Pramoedya yang terlukis di dinding makam, ”Menulis adalah bekerja untuk Keabadian”. Dalam konteks literasi, menulis bisa dimaknai lebih luas sebagai upaya melukiskan atau menorehkan karya yang terus dikenang dan tak lekang digerus zaman.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.