Hujan buatan dari teknologi modifikasi cuaca menjadi alternatif untuk menekan kebakaran hutan dan lahan gambut yang sulit dikendalikan. Melihat potensi bibit-bibit awan di ruang udara Kalimantan, teknologi modifikasi cua
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS— Hujan buatan dari teknologi modifikasi cuaca menjadi alternatif untuk menekan kebakaran hutan dan lahan gambut yang sulit dikendalikan. Melihat potensi bibit-bibit awan di ruang udara Kalimantan, teknologi modifikasi cuaca berpotensi segera diterapkan di Kalimantan.
Modifikasi cuaca dilakukan dengan menaburkan garam dari pesawat terbang pada bibit-bibit awan untuk memicu hujan turun. Guyuran air hujan diharapkan dapat memadamkan kebakaran lahan dan membersihkan kabut asap.
”Di Kalimantan baru muncul kemarin bibit awan. Namun, kami sudah siaga dan siap,” kata Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Selasa (10/9/2019), dalam konferensi pers bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta.
Modifikasi cuaca telah dilakukan di Riau dan Sumatera Selatan beberapa waktu lalu. Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles Brotestes Panjaitan mengatakan, total 150 ton garam ditabur di kedua daerah itu. ”Nah, ini sekarang di Kalteng dan Kalbar sudah akan bergerak karena kondisi awannya sudah mencukupi,” katanya.
Sejauh ini, menurut Dwikorita, asap dari kebakaran hutan dan lahan di wilayah Indonesia tak sampai mengarah melintasi batas ke Semenanjung Malaysia.
Berdasarkan pengamatan citra Satelit Himawari-8 dan analisis Geohotspot BMKG, asap yang terdeteksi di Semenanjung Malaysia pada 5-7 September 2019 berasal dari wilayah Malaysia. BMKG mencatat lonjakan yang hampir merata di wilayah Semenanjung Malaysia, dari 1.038 titik panas pada 6 September menjadi 1.423 titik panas pada hari berikutnya.
”Kami apresiasi Malaysia menyatakan menyiapkan hujan buatan. Itu menunjukkan mereka menyadari bahwa banyak hotspot di negara dia sendiri,” kata Dwikorita.
Ganggu penerbangan
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan kemarin mulai mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Pada Selasa pagi, tujuh penerbangan tertunda akibat kabut asap pekat dengan jarak pandang di landasan pacu hanya 200 meter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalsel Wahyuddin mengatakan, kabut asap berasal dari kebakaran lahan gambut di sekitar bandara. ”Ada empat lokasi lahan gambut yang terbakar di sekitar bandara,” ujarnya.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, memperpanjang libur sekolah karena kualitas udara sangat tidak sehat. Kebijakan meliburkan sekolah juga diterapkan di Kota Pekanbaru, Riau.
Secara terpisah, upaya pencegahan kebakaran di Jambi diakui belum berlangsung sinergis. Kondisi itu menjadi penyebab meluasnya kebakaran hingga sekarang.
”Seharusnya (kebakaran) bisa dicegah, tetapi pencegahan belum berlangsung secara sinergis,” ujar Komandan Satuan Tugas Pencegahan Karhutla Provinsi Jambi Kolonel Arh Elphis Rudi dalam Diskusi Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Jambi, kemarin.
Di Palangkaraya, Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran meminta agar dugaan penyimpangan proyek pembuatan sumur bor di wilayahnya diusut tuntas. Keberadaan sumur bor yang dibuat asal-asalan ditengarai turut membuat upaya pembasahan dan pemadaman kebakaran di lahan gambut berjalan tidak efektif.
Kebakaran lahan dan asap juga terpantau di lokasi ibu kota baru, yakni di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. (JUM/ESA/RAM/SAH/ITA/JAL/CIP/IDO/ICH)