Lumbung Pangan Sulawesi Tenggara Terdampak Kekeringan
›
Lumbung Pangan Sulawesi...
Iklan
Lumbung Pangan Sulawesi Tenggara Terdampak Kekeringan
Lumbung pangan Sulawesi Tenggara terdampak kekeringan. Ratusan hektar sawah di Konawe Selatan terancam gagal panen.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KONAWE SELATAN, KOMPAS - Lumbung pangan Sulawesi Tenggara terdampak kekeringan. Ratusan hektar sawah di Konawe Selatan terancam gagal panen.
Setelah beberapa waktu lalu dilanda banjir besar, kekeringan memang mulai melanda wilayah Konawe Selatan, beserta beberapa daerah lain di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan pantauan Kompas, tanah di ratusan petak sawah di Kelurahan Ranomeeto, Kecamatan Ranomeeto, kering dan retak. Sebagian petani telah membiarkan tanamannya tanpa dirawat sama sekali. Ada sekitar 150 hektar sawah di Ranomeeto yang terdampak kekeringan kali ini.
Total lahan sawah di Konawe Selatan mencapai 20.929 hektar. Produksi padi pada 2018 lalu mencapai 122.989 ton. Hasil produksi ini merupakan yang terbesar kedua di Sultra, setelah Kabupaten Konawe yang mencapai lebih dari 200.000 ton.
Suwito (65), salah seorang petani mengatakan, sawah seluas tiga hektar miliknya tidak mendapat air sejak seminggu terakhir. Dia baru saja menyemai benih akhir bulan lalu, saat hujan masih turun sesekali.
“Kali ini langsung tidak ada (hujan). Air di sungai juga sudah sedikit sekali. Padahal tahun lalu, kalau bulan begini masih bisa menanam dan hasilnya bagus,” ucapnya, Rabu (11/9/2019).
Menurut Suwito, ia mengandalkan hujan untuk mengairi sawah. Sebab, irigasi belum terbangun di tempatnya. Aliran kali yang berada di dekat lokasi sawahnya juga tersisa sedikit sehingga tidak mampu untuk mengairi sawah.
Mengairi sawah dengan memakai pompa, tambah Suwito, juga hanya memicu pemborosan. Satu kali memompa, ia harus mengeluarkan Rp 250.000. Namun, air bertahan hanya semalam saja.
Kami mengandalkan hujan untuk mengairi sawah. Sebab, irigasi belum terbangun di tempatnya
“Untuk cuci tangan pun besoknya sudah tidak ada,” tambah dia mengibaratkan kondisi itu.
Mesirante (50) petani lainnya menjelaskan, tahun ini, bertani lebih sulit dibandingkan sebelumnya. Saat masa tanam pertama awal tahun ini, hujan melimpah bahkan menggenangi sawah hingga masa panen. Namun, saat ini kemarau lebih cepat datang dibanding sebelumnya.
“Ini baru untuk tanam kedua susahnya minta ampun. Kalau tidak hujan sampai minggu depan, sudah tidak ada harapan. Tapi ini saya masih mau pupuk sebentar, karena sudah terlanjur tanam,” katanya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Konawe Selatan Budi Santono menjelaskan, masih mendata total sawah terdampak kemarau dan terancam puso. Petugas lapangan terus mengecek, mendata, dan mengamati perkembangan lapangan.
“Sebenarnya kami sudah menghimbau petani khususnya yang tadah hujan agar tidak menanam dua kali mengingat cuaca yang tidak bisa diprediksi,” ucap Budi.
Selain mendata, menurut Budi, pihaknya mengusahakan beberapa solusi agar sawah yang kekeringan masih bisa bertahan dan tidak puso. Pembuatan sumur tanah dalam adalah salah satu hal yang direncanakan.
Terkait pengairan, tambah Budi, setiap tahun pemerintah memprogramkan pembuatan embung dan irigasi pertanian di sejumlah wilayah. Hanya saja, hal ini tentu belum bisa memenuhi kebutuhan semua wilayah di Konawe Selatan.