Usaha rintisan bidang teknologi yang berkembang sebagai perusahaan terbuka berusaha memperoleh permodalan lebih besar dari dana publik.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Usaha rintisan bidang teknologi yang berkembang sebagai perusahaan terbuka berusaha memperoleh permodalan lebih besar dari dana publik. Mereka pun bisa mengelola keuangan secara lebih bertanggung jawab.
Direktur Utama PT Telefast Indonesia Tbk atau Telefast Jody Hedrian, Selasa (10/9/2019), di Jakarta, menyampaikan, berinvestasi di perusahaan rintisan bidang teknologi tetap menarik bagi investor publik, terutama perorangan atau ritel. Investor seperti ini biasanya tertarik dengan inovasi teknologi yang akan dikembangkan.
”Kondisi makro-ekonomi seperti sekarang tidak terlalu memengaruhi minat investor untuk membeli saham perusahaan teknologi,” ujarnya.
Sejak Senin (9/9/2019) sampai dengan Rabu (11/9/2019), Telefast membuka penawaran umum saham perdana. Menurut rencana, perusahaan akan menawarkan maksimum 414.666.500 lembar saham baru atau setara 25 persen dari modal disetor. Harga saham untuk penawaran saham perdana atau IPO berkisar Rp 170-Rp 210 per lembar.
Jody optimistis saham baru yang ditawarkan akan laku.
”Kami memosisikan diri sebagai perusahaan rintisan teknologi yang menawarkan kebaruan solusi untuk manajemen sumber daya manusia. Kami juga menyediakan kebutuhan sumber daya manusia dengan cepat dan tepat dengan dukungan teknologi,” tuturnya.
Menurut Jody, sekitar 70 persen dana yang terkumpul akan digunakan sebagai modal kerja, 25 persen belanja modal, dan 5 persen untuk peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
Sekretaris Perusahaan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) Rachel Siagian mengatakan, MCAS menjadi perusahaan terbuka sejak November 2017. Total dana yang berhasil dikumpulkan dari penawaran saham perdana mencapai Rp 291 miliar. Dari dana itu, sekitar Rp 174,6 miliar dipakai untuk peningkatan modal kerja dan Rp 27,785 miliar untuk pembiayaan teknologi informasi komunikasi.
Setelah menjadi perusahaan terbuka, bisnis MCAS berkembang bukan sekadar distribusi produk digital, seperti isi ulang pulsa layanan seluler dan tiket pesawat penerbangan. Dia mencontohkan, solusi restoran digital. Setiap inovasi yang dibuat menyesuaikan dengan visi membentuk ekosistem produk digital.
Rachel mengatakan, saat menjadi perusahaan terbuka, pengelolaan keuangan dan pengembangan inovasinya lebih bertanggung jawab.
”Dengan kata lain, kami tidak bisa mengelola semata-mata berdasarkan ego sendiri. Kami bertanggung jawab kepada investor publik,” ujarnya.
MCAS mempunyai anak usaha yang juga sudah menjadi perusahaan terbuka, yaitu PT NFC Tbk dan PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. PT NFC Tbk melantai di bursa pada Juli 2019 dan mengantongi dana hasil penawaran saham perdana Rp 308 miliar. Sekitar 90 persen investornya berlatar belakang institusi. Pada semester I-2019, PT NFC Tbk membukukan pendapatan Rp 2,2 triliun atau naik 151,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018.
Sementara, PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk menjadi perusahaan terbuka sejak November 2018. Perusahaan ini berhasil mengumpulkan dana hasil penawaran umum saham perdana sekitar Rp 632 miliar. Sekitar 90 persen investor berlatar belakang institusi. Perusahaan ini mencatatkan pendapatan senilai Rp 1,7 triliun selama semester I tahun 2019 atau naik 231,9 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya.
Satu lagi anak usaha MCAS yang menjadi perusahaan terbuka adalah Telefast. Selain itu, di bawah PT NFC Tbk terdapat unit usaha PT Digital Mediatama Maxima yang rencanakan akan dijadikan perusahaan terbuka.
Menurut Rachel, alasan MCAS mendorong anak usaha beserta unit usaha di bawahnya menjadi perusahaan terbuka adalah agar mereka tumbuh mandiri. Permodalan mereka tidak tergantung dari perusahaan induk.
”Pencatatan kami sebagai perusahaan terbuka di papan pengembangan milik Bursa Efek Indonesia. Ketika kami mendorong anak usaha serta unit usaha mengikuti jejak kami, kami memperhatikan terlebih dulu perkembangan bisnis mereka,” ucapnya.
Head of Investor MCAS Stanley Tjiandra mengemukakan, PT Digital Mediatama Maxima saat ini telah memasuki tahapan registrasi pertama dan diharapkan melantai di bursa pada akhir 2019. PT Digital Mediatama Maxima merupakan perusahaan pengembang platform infrastruktur pemasaran digital. Solusinya mencakup manajemen konten, iklan terprogram, dan program akuisisi penjualan. (MED)