Cuaca terik selama dua bulan terakhir membuat angka rendemen tebu di Kabupaten Malang, Jawa Timur, cukup tinggi. Hal itu mendongkrak harga jual tebu petani ke pabrik gula.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS – Cuaca terik selama dua bulan terakhir membuat angka rendemen tebu di Kabupaten Malang, Jawa Timur, cukup tinggi. Hal itu mendongkrak harga jual tebu petani ke pabrik gula dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.
Saat ini harga jual tebu ke pabrik gula di wilayah Malang mencapai Rp 70.000 per kuintal. Adapun jika dijual ke pabrik gula (PG) baru di Blitar (PG Rejoso Manis Indo/PG RMI) harganya mencapai Rp 84.000 per kuintal. Sebelumnya, pada awal musim giling Juli lalu, harga tebu di Malang hanya Rp 60.000 per kuintal. PG RMI saat itu belum beroperasi.
Beda dengan kondisi awal musim kemarau yang lebih basah. Saat itu, rendemennya cukup rendah.
“Cuacanya terik. Akibatnya, rendemen tinggi, kadar airnya habis sehingga saat ini tinggal gulanya saja. Beda dengan kondisi awal musim kemarau yang lebih basah. Saat itu, rendemennya cukup rendah,” kata Nasir, petani tebu di Pagak, Kecamatan Pagak, yang sekaligus menjadi pengurus Paguyuban Petani Tebu wilayah Pagak, Kamis (12/9/2019).
Menurut Nasir, rata-rata rendemen tebu di wilayahnya saat ini di atas 10 persen. Ini dinilai sebagai kualitas rendemen terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi serupa juga pernah terjadi tahun 2015.
Petani pun merespons positif membaiknya harga tebu. Apalagi, saat ini pembayaran gula petani oleh Perum Bulog cukup lancar. Beberapa waktu lalu, pembayaran oleh Bulog sempat molor lantaran proses yang berjenjang dari pusat sampai daerah.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sunaryo, yang dihubungi secara terpisah, membenarkan jika cuaca berpengaruh terhadap rendemen tebu dan tanaman pertanian lainnya. Rendemen tebu biasanya meninggi saat mendekati akhir musim giling, yakni kisaran September, Oktober, dan November.
Berdasarkan catatan Kompas, harga tebu di Malang pernah membaik saat mendekati akhir musim giling 2018, yakni di atas Rp 70.000 per kuintal. Saat ini, harga tebu petani juga di atas Rp 70.000 per kuintal. Harga ini lebih tinggi dibanding saat pertengahan musim giling yang hanya sekitar Rp 50.000 per kuintal.
Dikonfirmasi secara terpisah, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Wilayah Kebonagung Malang, Dwi Irianto, juga membenarkan jika kondisi rendemen ikut memengaruhi kenaikan harga beli tebu dari petani.
Ia membantah membaiknya harga disebabkan adanya pabrik gula baru di Blitar. Pabrik di Blitar masih menggiling gula mentah. Pada musim giling tahun ini, PG Kebon Agung menargetkan giling 19 juta kuintal tebu. Sampai pertengahan September, produksi sudah mencapai sekitar 14 juta kuintal.