Penelitian Maritim Pantai Timur Sumatera Minim Perhatian
›
Penelitian Maritim Pantai...
Iklan
Penelitian Maritim Pantai Timur Sumatera Minim Perhatian
Temuan kapal, permukiman, dan keramik kuno di pesisir timur Jambi jadi petunjuk awal mengungkap hubungan maritim Sumatera dengan dunia luar. Penelitian yang selama ini cenderung terlewatkan agar dapat dijalankan serius.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Temuan kapal, permukiman, dan keramik kuno di pesisir timur Jambi menjadi petunjuk awal mengungkap hubungan maritim Sumatera dan dunia luar. Penelitian yang selama ini cenderung terlewatkan agar dapat dijalankan serius.
Arkeolog senior, Junus Satrio Atmodjo, mengatakan, semangat Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur membiayai penelitian tentang kapal kuno di wilayahnya, yakni di Desa Lambur, patut diapresiasi. Sejak tahun 1990-an, lanjutnya, sudah cukup banyak temuan perahu dan kayu-kayu nibung.
Seluruh temuan itu mengindikasikan berdirinya permukiman kuno pantai timur Jambi di masa lalu. ”Bagus sekali kalau pemda mau lakukan itu. Harapannya penelitian dapat mengungkap kondisi permukiman kawasan rawa di masa lalu,” katanya, Kamis (12/9/2019).
Selama ini, lanjutnya, penelitian arkeologis lebih banyak terfokus pada kawasan percandian Muaro Jambi yang terletak jauh di daratan. Adapun penelitian dan pelestarian dalam konteks perairan masih terlewatkan. ”Temuan arkeologisnya sangat banyak, tetapi lepas dari perhatian,” ucapnya.
Meski begitu, ia mengingatkan kembali besarnya tantangan penelitian tersebut. Jauh sebelum penelitian dilakukan, perlu studi, diskusi, dan perencanaan mendalam. Setiap penelitian pun wajib melibatkan arkeolog yang berpengalaman dengan penelitian dan pelestarian situs maritim.
Bagus sekali kalau pemda mau lakukan itu. Harapannya penelitian dapat mengungkap kondisi permukiman kawasan rawa di masa lalu.
Junus menyesalkan ekskavasi kapal kuno di Lambur yang dinilainya berjalan kurang hati-hati. Ekskavasi bahkan tak melibatkan arkeolog maritim. Sejumlah aktivitas di lokasi, antara lain tim penggali menginjak-injak bagian kapal, sangat berpotensi merusak artefak.
Peristiwa serupa diakuinya pernah pula terjadi saat berlangsung penelitian dan ekskavasi perahu kuno di Punjulharjo, Kabupaten Rembang. Namun, tindakan tersebut dengan cepat dievaluasi sehingga tidak berulang pada tahapan berikutnya.
Ekskavasi kapal kuno Lambur yang telah berjalan sejak awal Agustus lalu merupakan yang kedua kalinya. Ekskavasi pertama berlangsung pada 1997.
Ketua tim ekskavasi itu, Agus Widiatmoko, dalam laporannya menyebutkan hasil penggalian menunjukkan susunan papan menggunakan pasak-pasak kayu yang ditancapkan pada lubang-lubang yang terdapat di kedua sisi papan. Untuk merapatkan dan memperkuat susunan, pada permukaan luas diikat menggunakan tali ijuk.
Kondisi lapuk telah disebutkan pula dalam laporannya. Agus menulis susunan papan terlihat menyatu dan utuh, tetapi pasak-pasaknya sudah banyak yang lapuk. Demikian pula sisa-sisa tali ijuk banyak yang putus dan hancur. Kemungkinan disebabkan kondisinya terpendam tanah dengan air yang kandungan asamnya tinggi.
Ketua Tim Ekskavasi Kapal Kuno Lambur Ali Akbar sepakat ekskavasi artefak maritim memerlukan kehati-hatian. Ia pun membenarkan soal tim penggali yang menginjak-injak bagian kapal, tetapi itu dilakukan seminimal mungkin.
Ia pun menambahkan, pada ekskavasi kapal-kapal kuno terdahulu menginjak artefak juga lazim ditemui, termasuk dalam ekskavasi kapal di Punjulharjo.
Ada indikasi bahwa sudah ada permukiman di sana. Namun, jenis apa dan skalanya sebesar apa masih perlu diteliti mendalam.
Penelitian kapal kuno Lambur, lanjutnya, menjadi jalan mengungkap banyak temuan lain dalam konteks yang lebih besar. Selama berlangsungnya penelitian, banyak warga berdatangan menyerahkan temuan-temuan arkeologis dari sekitar rumah mereka. Beberapa di antaranya perahu, gerabah, keramik, dan kayu nibung.
Temuan-temuan ini merupakan sisa permukiman di masa lalu. ”Ada indikasi bahwa sudah ada permukiman di sana. Namun, jenis apa dan skalanya sebesar apa masih perlu diteliti mendalam,” katanya.
Karena itu, ia mendorong dilakukannya riset bersama yang memungkinkan rekonstruksi wilayah di masa lalu.