TNI berupaya meningkatkan kemampuan melalui latihan gabungan. Kali ini tiga matra menggelar latihan bersama dengan simulasi peperangan berbasis integrasi komunikasi.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
SITUBONDO, KOMPAS — Tiga matra TNI menggelar latihan gabungan dalam sebuah simulasi peperangan berbasis integrasi komunikasi via satelit atau yang dikenal network-centric warfare. Latihan ini dianggap berhasil karena semua sasaran yang dibuat berhasil dilumpuhkan.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Ketahanan Wiranto, saat hadir di lokasi latihan puas dengan latihan itu. ”Kami melihat latihan gabungan ini sukses, tidak ada satu pun yang meleset dan semua sasaran dapat dihancurkan. Satu demonstrasi baru yang menunjukkan kekuatan kita, yaitu melalui drone. Drone yang mampu melaksanakan pengintaian, penembakan, dan pengeboman ini kemajuan atau lompatan teknologi yang luar biasa,” tutur Wiranto, di Titik Pantau 12 Pusat Latihan Tempur Marinir Asembagus, Situbondo, Jawa Timur.
Menurut Panglima ABRI pada era Presiden BJ Habibie ini, latihan dilakukan untuk kesiapsiagaan menghadapi berbagai ancaman. Latihan juga dibutuhkan untuk meningkatkan dan merawat profesionalitas prajurit di semua tingkatan di semua matra.
Latihan kali ini melibatkan sekitar 12.000 personel TNI Angkatan Udara, Angkatan Laut, dan Angkatan Darat. Salah satu kekuatan tempur yang unjuk kebolehan dalam latihan ini ialah pesawat nirawak (drone) bersenjata CH4. Pesawat drone bersenjata CH4 ini merupakan jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang terbang di ketinggian sedang, tetapi mampu bertahan dalam waktu terbang yang lama.
Pesawat nirawak ini mampu terbang selama 12 jam dengan radius jangkauan hingga 1.000 kilometer jika menggunakan satelit Beyond Visual Line of Sight (BVLOS). Namun, kali ini pesawat nirawak tersebut diterbangkan menggunakan sistem Visual Line of Sight (VLOS) dari Bandara Juanda Surabaya dan daya jelajah mampu sampai 30 jam nonstop. Adapun jarak Surabaya hingga lokasi latihan di Karang Tekok, Situbondo, sekitar 250 kilometer.
Pesawat nirawak bersenjata CH4 mampu melakukan pengintaian sekaligus penyerangan menggunakan bom dari ketinggian 15.000 kaki, dengan hasil yang sangat presisi dalam waktu 25 detik menuju titik target.
Wiranto menyaksikan atraksi Fire Power Demo 2019, yang merupakan puncak latihan gabungan TNI dengan sandi ”Dharma Yudha 2019”.
”Salah satu kebanggaan adalah kekuatan angkatan bersenjatanya. Indonesia telah memiliki satu kekuatan angkatan bersenjata yang dapat mengimbangi kekuatan negara lain. Satu latihan lengkap baik manuver yang tergabung dalam satu operasi yang rumit dan sulit dapat dilaksanakan dengan sangat akurat,” ujar Wiranto, Kamis (12/9/2019).
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Letnan Jenderal TNI Besar Harto Karyawan menuturkan, latihan ini merupakan upaya untuk menghadapi sekaligus mengembangkan terjadinya pertempuran modern. Skenario latihan diawali dengan adanya serangan sistem siber yang menyerang keamanan negara.
”Setelah mengetahui adanya serangan, kami juga segera melakukan serangan balasan melalui siber untuk melawan operasi musuh. Sebab, pertahanan terbaik adalah melakukan penyerangan,” ujarnya.
Serangan diawali dengan penyusupan intelijen untuk mendapatkan data khusus lawan. Tugas ini dilakukan dalam beberapa upaya, salah satunya menggunakan pesawat nirawak.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, selain meningkatkan profesionalisme dan kesiapsiagaan prajurit, latihan gabungan ini ditopang oleh interoperabilitas yang didukung network-centric warfare di semua matra.
Interoperabilitas yang diharapkan Hadi ialah kemampuan berperang menggunakan berbagai ragam sistem untuk bekerja sama. Selain itu, ia juga berharap latihan ini membuat prajurit mampu membangun sebuah sistem untuk bekerja ataupun untuk dikerjakan oleh sistem lain.
Adapun network-centric warfare ialah dogma perang yang mengandalkan penggunaan dan penyebaran informasi untuk memperoleh kemenangan di medan perang. Konsep itu dilakukan dengan membangun sistem komunikasi antarmatra yang mampu terintegrasi ke seluruh kekuatan kendaraan tempur, radar, rudal, peluncur roket, hingga pasukan infanteri ke dalam satu jaringan komunikasi terpusat.
”Pada 2020, kami berharap sudah memiliki alat yang mampu menggabungkan tiga sistem (dari setiap matra). Saat ini, kami masih membangun perangkat jaringan untuk menghubungkan tiga sistem dengan dukungan penggunaan satelit,” ucap Hadi.