Festival Kota Lama Semarang, Jawa Tengah yang berlangsung 12-22 September 2019 resmi dibuka oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Jumat (13/9/2019). Festival itu menjadi ajang memamerkan keelokan Kota Lama.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Festival Kota Lama Semarang, Jawa Tengah yang berlangsung 12-22 September 2019 resmi dibuka oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Jumat (13/9/2019) malam. Festival itu menjadi ajang memamerkan keelokan kawasan berjuluk "Little Netherland" itu.
Meskipun sudah delapan kali digelar, ini merupakan pertama kalinya Festival Kota Lama diselenggarakan dengan kondisi kawasan yang sudah dipoles sehingga lebih tertata. Proyek revitalisasi sudah rampung di beberapa ruas utama, seperti Jalan Letjen Suprapto, Jalan Branjangan, Jalan Kepodang, dan Jalan Cendrawasih.
Hendrar mengatakan, Kota Lama, yang direvitalisasi dengan dana Rp 175 miliar dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, mesti dirawat bersama. "Ini belum selesai, karena masih ada pembangunan lain seperti pompa air dan polder," ujarnya.
Menurut dia, terdapat empat subsistem di Kota Lama, yakni Kampung Melayu, Pecinan, Kampung Arab, dan Little Netherland. Dengan menjaga yang telah ditata, Kota Lama ke depan akan menjadi daerah papan ardalam meningkatkan kunjungan wisatawan di Semarang.
Hendrar pun mengapresiasi pelaksanaan Festival Kota Lama yang digagas Oen\'s Semarang Foundation. "Sejak 2012, eksistensinya terus dijaga. Bahkan, pada 2018, saat masih dalam perbaikan pun tetap terlaksana. Ini ajang untuk memamerkan keelokan Kota Lama," kata dia.
Selama Festival Kota Lama 2019 berlangsung, terdapat sejumlah daya tarik seperti Pasar Sentiling yang menghadirkan berbagai macam kuliner. Ada juga sejumlah kegiatan seperti pameran seni, aksi pertunjukan seni, pergelaran wayang kulit, dan bedah film.
Sekretaris Dinas Penataan Ruang Kota Semarang M Irwansyah, menuturkan, penataan Kota Lama, ke depan akan terus berlanjut. "Kami akan mengembangkan kampung-kampung di sekitar Kota Lama, seperti Kampung Melayu, Pecinan, dan Kauman," katanya.
Pengembangan nantinya akan terintegrasi dengan penataan kawasan Pasar Johar Semarang, yang saat ini tengah dilakukan. Pada akhirnya, penataan kawasan itu akan menjadi jalur warisan budaya, dengan pembangunan yang mempertahankan kaidah-kaidah cagar budaya.
Ervina (31), warga Semarang Barat, mengatakan, Festival Kota Lama kali ini terasa berbeda karena sudah tuntasnya penataan di ruas-ruas utama kawasan Kota Lama. Itu membuat ia dan teman-temannya memiliki banyak titik untuk befoto dengan latar gedung-gedung kuno.
Kendati demikian, padatnya pengunjung membuat kemacetan di jalan Letjen Suprapto atau di sekitar Taman Srigunting dan Gereja Blenduk. "Kalau sudah semakin banyak yang datang, mungkin memang perlu bebas kendaraan. Akan jadi lebih nyaman," ujarnya.
Pada acara pembukaan Festival Kota Lama, Pemkot Semarang juga meluncurkan inovasi layanan baru Dinas Kesehatan Kota Semarang, yakni 5G: Gesit, Gratis, Gak ribet, Gak antre, dan Go cashless. Nantinya, akan ada 37 puskesmas di Kota Semarang yang menerapkan itu.