Tim nasional sepak bola Indonesia meredup dalam persaingan di level Asia. Namun, masih ada harapan di tim kelompok umur yang berjuang lolos ke Piala Asia U-16 2020.
Oleh
Yulvianus Harjono
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim nasional sepak bola Indonesia U-16 memikul harapan untuk mengangkat kembali gengsi Indonesia yang tengah anjlok di level Asia. Tim “Garuda Muda” akan berjuang dalam penyisihan grup G kualifikasi Piala Asia U-16 2020 yang digelar mulai Sabtu (14/9/2019) ini hingga 24 September mendatang di Stadion Madya, Senayan, Jakarta.
Di level senior, kans Indonesia lolos ke babak utama Piala Asia 2023 menipis seusai kekalahan beruntun dari Malaysia dan Thailand di Jakarta, sepekan terakhir, dalam laga grup G kualifikasi putaran kedua Piala Dunia 2022. Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) menyebutkan, delapan tim juara grup dan empat tim peringkat kedua terbaik di putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2022, akan lolos ke Piala Asia 2023.
Banyak pihak lantas menilai, timnas Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara Asia lainnya. Namun, di kelompok usia muda, khususnya U-16, kans Indonesia menembus level Asia masih terbuka lebar.
Dengan kerja keras, kami optimistis bisa lolos
PSSI maupun tim pelatih U-16 Indonesia menargetkan Garuda Muda lolos ke babak utama Piala Asia U-16 yang akan digelar 2020 mendatang. Indonesia akan bersaing dengan China, Brunei Darussalam, Filipina, dan Kepulauan Mariana Utara, di grup G untuk merebut tiket ke babak utama itu. Hanya juara grup dan lima runner-up terbaik dari total 11 grup yang berhak lolos ke Piala Asia U-16 2020.
Perjuangan Garuda Muda di kualifikasi itu akan dimulai dengan menghadapi Filipina pada Senin (16/9) malam di Stadion Madya, Senayan, Jakarta. “Dengan kerja keras, kami optimistis bisa lolos. Anak-anak sudah siap tampil dan tidak ada yang cedera. Kami harus fokus dan menyegani setiap lawan. Semoga kami mampu memberikan hasil yang terbaik nantinya,” ujar Pelatih Kepala Timnas Indonesia U-16 Bima Sakti dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (13/9/2019).
Tim favorit
Menembus babak utama Piala Asia U-16 sebetulnya bukan lagi hal asing bagi Garuda Muda. Indonesia tercatat sudah enam kali tampil di turnamen sepak bola kelompok umur itu sejak edisi pertama, yaitu 1985 silam. Pada edisi sebelumnya, yaitu 2018 di Malaysia, Garuda Muda bahkan sempat menembus perempat final dan memuncaki grup C yang dihuni tim-tim besar seperti Iran dan Vietnam.
Garuda Muda, yang kala itu diasuh Fakhri Husaini, bahkan tampil fenomenal di babak kualifikasi pada 2017 silam. Mereka kokoh memuncaki grup G babak kualifikasi itu dengan mengalahkan tuan rumah Thailand 1-0 dan tiga tim lainnya. Indonesia selalu menang dengan koleksi 25 gol dan hanya sekali kebobolan dari empat laga di grup itu. Mereka bahkan sempat menang fantastis, yaitu 18-0, dari Mariana Utara.
“Indonesia tim yang kuat. Kami pernah kalah 0-18 dari mereka. Mudah-mudahan, kali ini, kami bisa memangkas jurang (kualitas) itu. Kami telah bersiap dan akan mengerahkan kemampuan terbaik. Kualifikasi ini bakal menjadi pengalaman bagus untuk anak-anak,” ujar Michiteru Mita, Pelatih Timnas U-16 Mariana Utara, dalam jumpa pers yang sama.
Dorlas Bong Roxy, Pelatih Kepala Timnas U-16 Filipina, juga mengakui Indonesia sebagai lawan yang tangguh dan bakal sulit dikalahkan, apalagi tampil di kandangnya sendiri. “Kami pernah menghadapi mereka di Piala AFF (U-15 tahun 2019) dan kalah (0-4). Mungkin sekarang bakal lebih sulit karena atmosfernya berbeda. Namun, kami akan bekerja lebih keras dan disiplin dalam bertahan. Jika itu dilakukan, mudah-mudahan kami mampu mengimbangi permainan mereka,” ujarnya.
Meskipun demikian, Bima berharap anak-anak asuhnya tidak terbebani dengan target lolos ke babak utama maupun status sebagai tim favorit di kualifikasi grup G ini. Para pemain maupun jajaran pelatih di Garuda Muda yang tampil di kualifikasi itu tidak lagi sama dengan dua tahun lalu. Tidak ada lagi penyerang lincah, Amiruddin Bagus Kahfi, maupun Sutan Zico yang menjadi pencetak gol tersubur di babak kualifikasi kala itu dengan torehan sepuluh gol.
Timnas U-16 kini diperkuat muka-muka baru seperti gelandang Marselino Ferdinan dan striker Mohamad Faizal. Di era baru bersama Bima Sakti, mereka telah diasah dengan mengikuti sejumlah laga uji coba dan turnamen, salah satunya Piala AFF U-15 2019 lalu di Thailand. Ketika itu, mereka meraih peringkat ketiga. Mereka juga mengikuti turnamen U-16 di Qatar dan menempati peringkat kedua menghadapi lawan-lawan berfisik tangguh seperti tim tuan rumah dan Yordania.
Kriteria ideal PSSI
Ketua Umum Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Ignatius Indro optimistis, Garuda Muda bisa tampil lebih baik ketimbang para seniornya yang baru saja tampil di kualifikasi Piala Dunia 2022 sekaligus Piala Asia 2023. Ia bercerita, sempat muncul gerakan “kosongkan GBK (Stadion Utama Gelora Bung Karno)” pada laga timnas Indonesia asuhan pelatih Simon McMenemy kontra Thailand. Itu terjadi karena kekecewaan suporter akan anjloknya prestasi timnas dan melambungnya harga tiket yang tidak sebanding dengan pengamanan.
Menurut Ignatius, buruknya performa timnas adalah bentuk kegagalan PSSI. Untuk itu, ia berharap calon pemimpin PSSI ke depan memenuhi kriteria ideal yaitu berintegritas, tidak tersangkut kasus masa lalu, berani membenahi sistem di PSSI, dan paham seluk beluk sepak bola Tanah Air. Kamis lalu, Komite Pemilihan PSSI mengumumkan pembukaan pendaftaran calon ketua, wakil ketua, dan anggota Komite Eksekutif PSSI untuk periode 2019-2023 (bukan 2020-2024).
Salah satu terobosan PSSI untuk mendorong kredibilitas pengurus adalah menerapkan uji integritas yang dilaksanakan oleh Komite Disiplin PSSI. Namun, menurut Ignatius, uji itu seharusnya dilakukan tim independen, bukan organ internal PSSI seperti Komdis. “Seperti kita tahu, Komdis PSSI sebetulnya gagal menegakkan disiplin, terbukti dengan ditetapkannya 17 pengurus (dan anggota) PSSI oleh kepolisian dalam kasus-kasus pengaturan skor. Belum ada tindakan luar biasa dari mereka sejauh ini,” ujarnya.