Perancis merebut tampuk posisi ketiga Piala Dunia FIBA 2019 China seusai menaklukkan Australia di Wukesong Arena, Beijing, Minggu (15/9/2019) petang.
Oleh
KORANO NICOLASH LMS
·3 menit baca
BEIJING, MINGGU — Perancis merebut tampuk posisi ketiga Piala Dunia FIBA 2019 China seusai menaklukkan Australia di Wukesong Arena, Beijing, Minggu (15/9/2019) petang. Tim besutan Vincent Collet ini berhasil bangkit pada kuarter ketiga untuk membekap Australia dengan skor 67-59. Nando de Colo menjadi penyumbang poin terbanyak bagi Perancis dengan 19 poin.
Meskipun sempat tertinggal 11-16 pada kuarter pertama dan 21-30 di kuarter kedua, Perancis tak tinggal diam. Mereka merebut kendali permainan pada kuarter ketiga untuk membalikkan keadaan dan menghentikan asa tim Australia.
”Yang pasti hari ini adalah comeback yang hebat, tetapi kami pantas berada di tempat kami berada sekarang ini (posisi ketiga),” tutur Nando De Colo, point guard Perancis yang bermain di Fenerbahce, dari Liga Turki, seusai pertandingan. Bagi Perancis, hasil kali ini mengulangi apa yang mereka capai pada Piala Dunia FIBA 2014 di Spanyol.
Tidak menyerah
Selain mencetak 19 poin, De Colo juga membukukan 3 asis, 2 rebound, dan 2 kali steal. Menurut De Colo, Australia menyuguhkan permainan yang sangat baik, tetapi Perancis tidak menyerah dan terus bermain kompak. ”Ini yang membuat perbedaan. Dan, ini benar-benar bagus hasilnya bagi kami,” ujar De Colo.
Pelatih Vincent Collet pun tak dapat menyembunyikan kegembiraannya. ”Ini adalah hasil yang sangat istimewa dan penting karena kami dapat membalikkan keadaan setelah kuarter pertama dan kedua yang sulit. Banyak tim lain yang menyerah, tetapi kami tetap fokus dan tidak pernah menyerah,” ujar Collet, kepada wartawan, seperti yang juga dikutip fiba.basketball.com.
Pelatih yang sudah menangani Perancis sejak 2009 itu menyebutkan, tim Perancis mulai melakukan pergerakan bola dengan lebih baik pada kuarter kedua sebelum akhirnya menguasai permainan pada kuarter ketiga dan keempat. ”Kami mulai bermain lebih baik pada saat menahan serangan mereka atau saat kami mengepung mereka. Dan, itulah mengapa kami memenangi pertandingan ini,” kata lelaki asal Sainte-Adresse, Perancis, tersebut.
Evan Fournier, shooting guard Orlando Magic yang biasanya menjadi gudang poin bagi tim Perancis, menyumbang 16 poin dalam pertandingan ini. Adapun Rudy Gobert, pemain center terbaik dalam bertahan di NBA dari Utah Jazz serta Frank Ntilikina, point guard yang bermain untuk New York Knicks, malam ini sama-sama mencetak dua angka.
Gobert dimainkan Vincent Collet selama 19 menit dan 20 detik, sedangkan Ntilikina hanya 16 menit 11 detik. Adapun dua pemain Perancis lain, Mathias Lessort dan Paul Lacombe, tidak diturunkan oleh Collet dalam pertandingan ini.
Di tim Australia yang berjuluk Boomerang ini, Pelatih Andrej Lemanis tidak memasang tiga pemain, yakni David Barlow, Cam Gliddon, dan Nathan Sobey. Pencetak poin terbanyak bagi Australia pada pertandingan ini adalah Joe Ingles, forward Utah Jazz, yang menyumbangkan 17 poin, 5 rebound, dan 3 asis.
Adapun bintang Australia lain, Patty Mills, yang juga point guard San Antonio Spurs, hanya membuat 15 angka, 2 asis, dan sekali rebound. Selain itu, ada Nick Kay, pemain klub Perth Wildcats, yang menyumbang 9 poin.
Pertandingan sulit
Small forward Australia Mitch Creek mengakui, pertandingan melawan Perancis merupakan pertandingan yang sulit. ”Kami sudah memberikan semua yang kami miliki. Kalah dalam dua pertandingan terakhir ini tentu tidak seperti yang kalian inginkan. Sekalipun kami sudah berjuang sampai akhir laga dengan bangga dan penuh semangat,” tutur pemain yang juga menjadi small forward South East Melbourne Phoenix, di liga lokal.
Menempati peringkat keempat di Piala Dunia FIBA merupakan hasil terbaik bagi tim Boomerang ini. Akan tetapi, ini menjadi kali kedua Boomerang kalah dalam perebutan posisi ketiga. Sebelumnya, Patty Mills dan rekan-rekannya juga harus menyerah kalah menyakitkan dari Spanyol, Marc Gasol dan kawan-kawannya, dengan skor 88-89.
”Ada begitu banyak orang yang terlibat dalam bola basket di Australia dan mereka berharap medali. Kami juga ingin menang bagi mereka, sekalipun sayang karena kami tidak dapat mewujudkannya,” tutur Andrej Lemanis, sang arsitek Boomerang sejak 2013.