Konsep Pekan Kebudayaan Nasional 2019 mirip dengan Pekan Olahraga Nasional yang dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga pusat.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
Pekan Kebudayaan Nasional diharapkan dapat mendorong interaksi kreatif antarbudaya di Tanah Air. Kegiatan nasional dua tahunan ini dimulai dari tingkat desa.
JAKARTA, KOMPAS — Konsep Pekan Kebudayaan Nasional 2019 mirip dengan Pekan Olahraga Nasional yang dimulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, hingga pusat. Namun, PKN tidak dikemas sebagai adu prestasi semata, tetapi lebih sebagai wujud representasi daerah atas kekayaan kebudayaan mereka di panggung nasional.
Penyelenggaraan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2019 pada 7-13 Oktober 2019 merupakan salah satu resolusi yang dihasilkan dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018. Kegiatan ini merupakan platform aksi bersama yang memastikan terjadinya peningkatan interaksi kreatif antara budaya dari seluruh penjuru Indonesia.
”Ini kegiatan dua tahunan yang prosesnya dimulai dari tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi, hingga pusat. Karena ini yang pertama, hanya daerah yang sudah siap yang ikut berkontribusi. Ada 25 provinsi yang akan ikut memeriahkan PKN 2019,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid pada akhir pekan lalu di Jakarta.
Ini kegiatan dua tahunan yang prosesnya dimulai dari tingkat desa, kabupaten/kota, provinsi, hingga pusat.
Sesuai amanat Pasal 8 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, pemajuan kebudayaan berpedoman pada Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PKKD) baik kabupaten/kota maupun provinsi, Strategi Kebudayaan, dan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan.
Sampai saat ini, dari total 514 kabupaten/kota, sebanyak 340 kabupaten/kota telah menyerahkan PPKD ke Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara itu, dari total 34 provinsi, baru 25 provinsi yang menyerahkan.
Lima aktivitas
PKN 2019 akan menampilkan lima aktivitas utama. Empat di antaranya akan digelar di Istora Senayan, yaitu pertunjukan seni daerah, kompetisi permainan rakyat, konferensi, dan pameran kebudayaan. Satu aktivitas lagi, yaitu pawai bertajuk ”Parade Digdaya Nusantara”yang akan dimulai dari Gedung DPR/MPR menuju Jalan Asia Afrika, Senayan, dan Kemdikbud sejauh 3,2 kilometer dengan peserta 10.000 orang dengan 200 penari Indonesia Permai dan pertunjukan Suara Anak Bangsa dan Rampak Nusantara dari 640 peserta Gerakan Seniman Masuk Sekolah.
”Dalam Parade Digdaya Nusantara, masing-masing kelompok dengan jumlah 50-100 penampil akan tampil dengan keunikan daerah masing-masing diiringi musik-musik tradisi yang dimainkan secara langsung. Setiap grup memainkan koreografi masing-masing dengan suara musik tanpa pengeras suara berlebih agar tidak mengganggu grup-grup lainnya,” ujar Direktur Artistik Pawai PKN 2019 Denny Malik.
Selain Parade Digdaya Nusantara, masyarakat juga bisa menyaksikan aneka macam pameran di Istora Senayan, mulai dari kiprah kementerian/lembaga dalam hal pemajuan kebudayaan, wastra Nusantara, warisan budaya tak benda, warisan dunia, kultur perkayuan, capaian pemajuan kebudayaan, seni rupa, desain percontohan pemajuan kebudayaan, hingga wayang daun. Selain itu, tersedia pula aneka macam konferensi yang membedah berbagai macam isu, mulai dari pengetahuan tradisional, florikultura, ekonomi budaya, asal-usul DNA, ekologi, etno astronomi, etno botani, hingga ketahanan pangan.
Setelah PKN digelar pertama kali tahun ini, ke depan PKN akan digelar rutin setiap dua tahun sekali. Di sela-sela itu, setiap kabupaten/kota dan provinsi bisa menyelenggarakan pekan kebudayaan sendiri-sendiri.
Setelah PKN digelar pertama kali tahun ini, ke depan PKN akan digelar rutin setiap dua tahun sekali.
Di tengah semarak selebrasi penyelenggaraan PKN 2019, upaya pemajuan kebudayaan diharapkan terus bergulir secara riil hingga ke tataran akar rumput. Selain itu, masyarakat juga masih menunggu manfaat pengelolaan dana abadi kebudayaan Rp 5 triliun yang akan mulai dianggarkan pemerintah tahun depan.