Indonesia-Australia Latihan Tempur Udara di Manado
›
Indonesia-Australia Latihan...
Iklan
Indonesia-Australia Latihan Tempur Udara di Manado
Latihan perang udara Air Maneuver Exercise Elang Ausindo 2019 antara Indonesia dengan Australia kembali digelar, Senin (16/9/2019), di Manado, Sulawesi Utara untuk memperkuat teknik tempur dan persahabatan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS - Latihan perang udara Air Maneuver Exercise Elang Ausindo 2019 antara Indonesia dengan Australia kembali digelar, Senin (16/9/2019), di Manado, Sulawesi Utara. Latihan tahunan ini dimaksudkan untuk memperkaya keahlian tempur angkatan udara kedua negara sembari memupuk persahabatan.
Latihan Bersama Elang Ausindo ke-12 ini diikuti 195 personel TNI AU dan 160 anggota Royal Australian Air Force (RAAF). Sebelumnya, latihan digelar di pangkalan udara (lanud) RAAF Darwin, Teritori Utara Australia, pada 2017.
TNI AU mengerahkan enam pesawat F-16 Fighting Falcon dari Skuadron 16 Lanud Roesmin Noerjadin, Pekanbaru, Riau. Adapun RAAF menyediakan enam pesawat F-18 Super Hornet dari pangkalan udara di Darwin. Latihan akan berlangsung hingga Jumat (27/9).
Komandan Lanud Sam Ratulangi Manado, Kolonel Johnny Sumaryana, mengatakan, latihan bersama ini rutin dilaksanakan dua tahun sekali sejak pertama digelar pada 1996. Pelaksanaanya berselang-seling dengan latihan Pitch Black bersama negara Asia Tenggara lainnya.
Kedua angkatan udara akan berlatih manuver dasar bertempur (basic fighting manoeuvre) pesawat yang meliputi pertarungan satu lawan satu, dua lawan dua, dan empat lawan empat. "Teknlologi dan teknik pertempuran udara terus berkembang. Melalui latihan ini, TNI AU dan RAAF akan saling melengkapi pemahaman tentang pertempuran di udara serta cara memenangkannya," kata Johnny.
Johnny mengatakan, Manado dipilih sebagai tempat latihan karena wilayah udaranya yang aman. Zona latihan akan dibagi ke dalam tiga wilayah udara, yaitu satu di wilayah timur dan dua di sebelah utara, tepatnya di atas Kepulauan Sangihe dan Talaud. Dua penerbangan komersial di pagi hari ke masing-masing kabupaten tersebut tidak akan terganggu.
Johnny menegaskan, latihan ini hanya latihan rutin biasa sehingga porsi latihan tidak terkait dengan persiapan menghadapi ancaman militer di kawasan.
Tak ada ancaman
Saat ini, tidak ada kekuatan asing yang berpotensi mengancam kedaulatan negara dan meresahkan warga negara Indonesia. Aktivitas China di Laut China Selatan yang konfrontatif terhadap beberapa negara tetangga, seperti Filipina dan Vietnam, dinilai tidak mengancam kedaulatan Indonesia.
"Negara kita besar, dan TNI AU bertugas menjaga keamanan negara di udara. Sejauh ini, saya tidak melihat ada ancaman keamanan yang signifikan. Jadi, yang kami tekankan dalam latihan ini adalah hubungan baik dan kerja sama Indonesia-Australia, serta berbagi ilmu kedirgantaraan," kata Johnny.
Hal senada ditegaskan Komandan Skuadron 1 RAAF Group Captain Chappel Steven Gareth. Latihan Elang Ausindo menjadi kesempatan bagi kedua angkatan udara untuk bertukar taktik dan teknik bertempur.
"F-18 Super Hornet Australia hanya berbeda sedikit dengan F-16 Indonesia, begitu jula taktik yang digunakan. Dari latihan bersama, kami akan bisa melihat cara apa yang ampuh dalam bertarung dan mana yang tidak. Kami akan belajar banyak dari sahabat-sahabat di TNI AU," kata Gareth.
Australia melihat Indonesia rekan dan tetangga yang sangat penting di Asia Tenggara, terutama karena wilayah geografisnya yang terluas di kawasan. Melalui latihan bersama, kata Gareth, saling pengertian antara kedua negara dan relasi antarwarga bisa terbentuk.
Menurut Gareth, Australia tidak sedang menghadapi ancaman kedaulatan. Namun, ada kepentingan yang sama dengan Indonesia, yakni menjaga komunitas global dan regional yang terbuka serta aman. Jika keamanan terjamin, hubungan yang saling menguntungkan, seperti ekonomi dan perdagangan juga dapat berkelanjutan.
Ada kepentingan yang sama dengan Indonesia, yakni menjaga komunitas global dan regional yang terbuka serta aman. (Steven Gareth)
"Latihan Elang Ausindo juga bisa menunjukkan pada negara sahabat di kawasan bahwa banyak keuntungan dari bekerja sama. Jika dua negara beserta warganya saling memahami satu sama lain, permasalahan di kawasan bisa diselesaikan dengan mudah," ujar Gareth.
Antisipasi
Pengajar Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Yunizar Adiputera mengatakan, latihan militer rutin digelar setiap tahun sebagai antisipasi terhadap instabilitas yang rawan di Laut China Selatan. Wilayah tersebut tengah menjadi medan perebutan pengaruh antara China dan Amerika Serikat.
"Latihan ini akan meningkatkan kemampuan teknis angkatan udara kedua negara sembari menjalin hubungan politik untuk menghadapi guncangan yang mungkin terjadi. Bagi Australia, Indonesia memang sangat penting demi menciptakan stabilitas kawasan karena statusnya sebagai negara terbesar dan paling demokratis di Asia Tenggara," kata Yunizar.
Skala latihan yang hanya melibatkan 12 pesawat tempur tergolong kecil. Menurut Yunizar, latihan ini bukan semata untuk mempersiapkan perang, melainkan untuk menunjukkan adanya kerja sama yang rutin dan berkelanjutan. "Ini cukup untuk menunjukkan kesiapan Indonesia dan Australia untuk menghadapi ancaman militer dan non-militer di kawasan Indopasifik," katanya.