Cedera tidak menyurutkan motivasi lifter Eko Yuli Irawan dan Deni. Mereka menyiasati kondisi fisiknya dengan lebih mengenal dirinya supaya bisa berprestasi di Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2019 di Pattaya, Thailand.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua lifter senior Indonesia, Eko Yuli Irawan (kelas 61 kg) dan Deni (kelas 67 kg), akan tampil dalam kondisi kurang prima karena belum pulih dari cedera dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2019 di Pattaya, Thailand, 18-28 September. Namun, mereka tetap berpikir positif dan bertekad tampil maksimal dalam ajang yang termasuk kualifikasi Olimpiade 2020 itu.
Kejuaraan Dunia 2019 akan diikuti 734 atlet, terdiri atas 395 lifter putra dan 339 lifter putri, dari 105 negara. Tim Indonesia mengirimkan delapan atlet putra dan putri untuk berlomba. Lifter andalan Indonesia, Eko Yuli Irawan, ditantang untuk mempertahankan gelar juara dunia kelas 61 kilogram dalam kondisi belum pulih dari cedera engkel kiri. Sementara Deni tampil di kelas 67 kilogram dengan kondisi cedera kambuhan di bagian lutut.
Deni mengatakan, cedera lutut pertama kali dirasakan pada 2009. Cedera kembali terasa dua pekan terakhir, atau setelah Deni tampil di Kejuaraan Nasional PABBSI 2019. Dengan waktu yang mepet ini, Deni dan Eko tidak bisa menjalani terapi dengan sempurna. ”Saya hanya bisa kompres lutut setelah latihan. Saya berusaha agar ngilu lutut tidak menjadi hambatan dalam kejuaraan,” ujarnya, dari Pattaya, Minggu (15/9/2019).
Di Kejuaraan Dunia, Deni ditantang melewati angkatan total 313 kg (snatch 140 kg, clean and jerk 173 kg). Itu merupakan angkatan terbaik yang diukirnya saat Kejuaraan Nasional PABBSI 2019 pada Agustus lalu. ”Mudah-mudahan tercapai. Dalam kondisi apa pun, yang penting berjuang,” ujarnya.
Selain Deni, Eko juga akan tampil dalam kondisi kurang prima. Saat ini, kesiapan fisik Eko Yuli sekitar 85-90 persen. Lifter peraih tiga keping medali Olimpiade itu belum bisa melakukan angkatan dengan sempurna, terutama pada jenis angkatan snatch yang membutuhkan gerakan ledakan bertumpu pada kaki. Meski masih cedera, Eko Yuli berusaha menjaga pikiran positif.
Menurut Eko, sebagai atlet, dia memang tidak mungkin selalu tampil dalam kondisi 100 persen prima. ”Saya pernah tampil dalam Kejuaraan Dunia dengan kondisi cedera lutut. Saat cedera, saya hanya perlu berusaha mengenal diri sendiri dan mencari celah untuk menyiasatinya,” kata lifter yang pertama kali tampil di Kejuaraan Dunia pada 2006 itu.
Untuk menyiasati cedera engkel, Eko tidak mau terlalu memaksakan mengangkat beban berat pada jenis angkatan snatch. Dia berusaha melakukan angkatan terbaik pada clean and jerk. Targetnya adalah bisa melakukan angkatan mendekati rekor pribadinya angkatan total 317 kg.
Kejuaraan Dunia akan memainkan sepuluh kategori lomba untuk lifter putra dan sepuluh nomor kategori putri. Sebanyak 14 dari total 20 kategori lomba yang dimainkan menjadi kelas Olimpiade sehingga mencuri minat peserta. Pada kategori putra, tiga kelas yang menjadi favorit adalah 67 kg, 81 kg, dan 96 kg. Adapun pada kategori putri, kelas yang paling disukai adalah 55 kg, 59 kg, dan 64 kg.
Pada kelas 67 kg, Deni akan bersaing dengan 48 lifter dunia, tiga di antaranya dari China, yaitu Huang Minhao, Feng Ludong, dan Chen Lijun. Nama terakhir merupakan juara dunia dan juara Asia 2018. Lijun mencatatkan angkatan total terbaik 339 kg (snatch 154 kg, clean and jerk 185 kg). Lijun diprediksi dapat mempertahankan gelar karena sepanjang tahun ini belum ada lifter yang melampaui angkatannya.
Ini menjadi pengalaman pertama Deni bersaing dengan banyak peserta. ”Biasanya paling banyak hanya ada 30 peserta dalam satu kelas. Sekarang kompetitor saya mencapai 50 orang,” ujarnya.
Kejuaraan Dunia 2019 menjadi favorit peserta karena termasuk dalam kualifikasi Olimpiade dengan level emas, atau menyediakan poin peringkat dunia tertinggi. Poin peringkat dunia dalam setiap kejuaraan yang diikuti akan diakumulasi untuk menentukan delapan lifter terbaik pada setiap kategori lomba yang berhak tampil di Olimpiade Tokyo 2020.
Wakil Ketua Umum PB PABBSI Djoko Pramono mengatakan, delapan lifter Indonesia punya tugas berat untuk merebut poin sebanyak-banyaknya karena sejauh ini hanya Eko yang aman berada pada peringkat delapan besar dunia. Untuk lolos ke Olimpiade 2020, lifter perlu masuk ke delapan besar dunia.
”Terutama lifter-lifter senior, seperti Deni, dan Triyatno (kelas 73 kg), harus bisa mendekati peringkat delapan agar lolos Olimpiade,” kata Djoko.