Beberapa waktu terakhir, festival budaya Jepang tumbuh subur di Indonesia, salah satunya Jakarta Kizuna Ekiden.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Beberapa waktu terakhir, festival budaya Jepang tumbuh subur di Indonesia, salah satunya Jakarta Kizuna Ekiden. Ini menjadi peluang negara berkembang seperti Indonesia belajar langsung dari negara maju seperti Jepang, termasuk di bidang olahraga.
Jakarta Kizuna Ekiden diselenggarakan bersama harian Kompas dan harian Mainichi Shimbun sejak 2014. Penyelenggaraan keenam berlangsung di Parkir Timur Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (15/9/2019), diikuti 2.400 peserta dari 600 tim. Turut melepas peserta di garis start, Gubernur Jakarta Anies Baswedan dan Duta Besar Jepang Mashafumi Ishii.
Jakarta Kizuna Ekiden adalah ajang lari estafet yang menekankan kerja sama serta kekompakan tim. Setiap tim terdiri atas empat orang, gabungan antara warga Indonesia dan Jepang. Setiap peserta berlari sekitar 2,48 kilometer. Jumlah peserta ini terus meningkat, dari 720 orang pada tahun pertama, menjadi 1.280 orang (2015), 1.764 orang (2016), 1.600 orang (2017, 2018), hingga 2.400 orang tahun ini.
Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy mengatakan, Jakarta Kizuna Ekiden 2019 dan beragam kegiatan budaya Jepang di Indonesia itu menjadi tanda hubungan kedua negara semakin dekat. Sepekan lalu, Pemerintah Jepang dan Indonesia juga bekerja sama menyelenggarakan Festival Jakarta-Jepang Matsuri 2019 untuk memperingati 61 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang.
”Sampai tahun 1970-an, Jepang itu masih tertutup dengan bangsa lain. Kesempatan untuk belajar dari mereka menjadi sulit. Kini, antara lain lewat banyaknya festival budaya Jepang, hal itu memperlihatkan mereka sudah kian terbuka. Itu kesempatan kita untuk belajar dari mereka yang sudah lama maju,” ujar Ninuk.
Ninuk menuturkan, lewat acara seperti Jakarta Kizuna Ekiden, orang Indonesia bisa berinteraksi langsung dengan orang Jepang. Dari interaksi itu diharapkan timbul transfer pengetahuan. ”Selama ini, kita hanya menggunakan produk mereka. Melihat mereka hanya dari tayangan televisi. Sekarang, kita bisa interaksi langsung dengan mereka lewat acara-acara seperti ini. Dari itu, kita bisa melihat dan belajar langsung bagaimana etos hidup dan kedisiplinan mereka sehingga bisa maju,” tuturnya.
Disiplin
Direktur Pusat Pengembangan Bisnis Mainichi Shimbun Shingo Otsubo mengungkapkan, disiplin menjadi kunci kemajuan negaranya. Hal itu tak lepas dari kondisi alam Jepang. Mereka tinggal di negara kepulauan dengan luas terbatas dan jumlah penduduk mereka cukup padat. Apabila tidak disiplin, mereka akan kerepotan menjalani kehidupan sehari-hari.
Otsubo mencontohkan etos Jepang dalam menjalankan sistem transportasi kereta bawah tanah. Kereta datang setiap 3-5 menit sekali dan penumpang yang menggunakannya sangat banyak. Jika kereta tidak disiplin waktu, hal tersebut bisa berdampak luas pada roda ekonomi Jepang secara keseluruhan. ”Kedisiplinan itu penting sekali supaya tidak menimbulkan masalah lain dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Dubes Ishii menambahkan, kedisiplinan juga menjadi kunci sukses Jepang di bidang olahraga. Mereka tekun membina olahraga sejak awal 1900-an. ”Setelah itu, kami sabar dan konsisten menanti hasil pembinaan hingga membuahkan prestasi,” ujarnya.
Selain itu, Jepang juga memanggil pelatih asing di awal era membangun olahraga. Mereka kemudian mengembangkan sistem pembinaan yang terstruktur dan berkesinambungan dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, perguruan tinggi, hingga senior.
”Olahraga Indonesia sejatinya sudah bagus. Indonesia hanya butuh mendatangkan pelatih asing yang baik untuk mengembangkan olahraga. Dengan zaman yang lebih modern, Indonesia bisa maju lebih cepat dibandingkan dengan Jepang yang butuh waktu 100 tahun untuk maju,” katanya.
Ishii menambahkan, Jepang ingin membantu Indonesia. Jepang juga banyak belajar dari Indonesia yang menggelar Asian Games 2018. Hal itu jadi modal mereka untuk menggelar Olimpiade Tokyo 2020. ”Kita perlu saling tukar pikiran untuk kerja bersama dan maju bersama,” ucapnya menegaskan.
Adapun Anies Baswedan menuturkan, sudah sejak lama Pemerintah Indonesia dan Jepang menjalin hubungan baik dari sisi pemerintah ke pemerintah (G to G) serta bisnis ke bisnis (B to B). Hal itu terlihat dari banyaknya proyek besar di Indonesia yang digarap bersama Jepang. Di sisi lain, sejak lama, pelaku industri besar di Indonesia sangat banyak berasal dari Jepang.
”Namun, dari aspek masyarakat ke masyarakat (P to P), terutama terkait budaya dan olahraga, itu perlu kita dorong lagi. Dan, lewat kegiatan Jakarta Kizuna Ekiden dan Jakarta-Jepang Matsuri, aspek P to P itu bisa terus kita kembangkan,” katanya.