Tim promosi Norwich City mendobrak logika dengan mengalahkan juara bertahan Liga Inggris, Manchester City, 3-2. Kekalahan itu menjadi peringatan awal akan masalah laten di pertahanan “The Citizens”.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
NORWICH, MINGGU — Saat Manchester City sukses mempertahankan gelar juara Liga Primer Inggris, Mei lalu, Norwich City juga menjadi kampiun. Namun, prestasi itu mereka raih di kompetisi kasta kedua, yaitu Divisi Championship.
Karena itu, Norwich dan Sheffield United, sesama tim promosi, sempat dipandang ”anak bawang” di Liga Inggris musim ini. Tidak seperti Aston Villa, tim promosi lainnya yang menghamburkan uang untuk belanja pemain, Norwich tampil bersahaja. Mereka mengoptimalkan pasukan lama yang membantunya promosi, seperti striker Teemu Pukki.
Klub yang bermarkas di Stadion Carrow Road, itu hanya menghabiskan 4,17 juta euro (Rp 64 miliar) untuk belanja pemain di musim panas lalu. Nilai itu adalah pengeluaran klub terkecil dibandingkan dengan 19 klub lain di Liga Inggris. Apalagi dibandingkan dengan ”The Citizens”, julukan Manchester City.
Berdasarkan studi terbaru CIES Football Observatory, skuad City saat ini adalah yang termewah sejagat, melampaui Barcelona dan Real Madrid. City tercatat sebagai tim pertama yang menghabiskan lebih dari 1 miliar euro (Rp 15 triliun) untuk membentuk skuad mereka saat ini. Adapun Liverpool hanya menghabiskan 639 juta euro (Rp 9,9 triliun) untuk membentuk skuad juara di Liga Champions Eropa.
Tak hanya tim utama City yang mentereng, para pemain cadangan pun tak kalah bersinar. Posisi penyerang sayap kiri misalnya, diisi Raheem Sterling dan Leroy Sane yang kualitasnya nyaris setara. Begitu pula bek sayap kanan yang diperebutkan Kyle Walker dan Joao Cancelo.
”Dengan tim B sekalipun, Manchester City bisa menjadi juara Liga Inggris musim ini,” ungkap Jose Mourinho, mantan pelatih Chelsea dan Manchester United, Agustus lalu.
Namun, segala kemewahan itu tidak berarti di hadapan Norwich. Meskipun dipandang sebelah mata dan tampil pincang menyusul cederanya sejumlah pemain pilar, tim berjuluk ”Burung Kenari” itu menjungkalkan City, 3-2, Minggu (15/9/2019) dini hari WIB. Itu kekalahan pertama City dalam 19 laga Liga Inggris atau sejak dibekap Newcastle United, 1-2, Januari.
Dirayakan
Kemenangan istimewa itu pun pantas untuk dirayakan. Suporter Norwich bahkan sempat menyindir City terkait jurang perbedaan prestasi dan finansial kedua tim. Perbedaan itu menjadi tidak berarti di Liga Inggris yang penuh kejutan. ”Juara Inggris (City), Anda menjadi tertawaan,” teriak suporter Norwich seusai laga.
Meskipun tengah pincang, Norwich tampil kolektif dan menggebu-gebu. Pukki, pencetak gol tersubur Norwich di Divisi Championship musim lalu dengan 29 gol, kembali tampil sensasional. Ia menyumbang satu gol dan satu asis. Bahkan, Pukki (29) sempat menyabet gelar pemain terbaik Liga Inggris bulan Agustus. Padahal, ini debutnya di Liga Primer.
”Misi mustahil (Cardiff) menjadi kenyataan dalam laga paling dramatis yang pernah saya liput beberapa tahun terakhir. Mereka tampil heroik di tengah krisis cedera pemain. City mungkin masih memiliki banyak hari kejayaan ke depan. Namun, hari ini jelas milik Norwich,” tulis Ian Darke, jurnalis senior ESPN.
Daniel Farke, Manajer Norwich City, berkata, kemenangan itu tidaklah terlepas dari taktik ”spesial”, yaitu bergerak kolektif ketika bertahan maupun menyerang. Kemenangan itu membuat mereka melesat ke papan tengah, peringkat ke-12. Adapun City masih berada di peringkat kedua, tetapi tertinggal lima poin dari Liverpool di puncak klasemen.
”City adalah tim terbaik di dunia. Maka itu, kami harus punya taktik spesial di tengah maraknya cedera pemain. Kami layak menang karena tampil luar biasa. Ini hari yang spesial bagi kami dan klub ini,” tutur Farke seusai laga itu.
Sebaliknya bagi City, kekalahan itu menyingkap rapuhnya lini pertahanannya tanpa kehadiran bek tengah Aymeric Laporte. Bek andalan City itu absen menyusul cedera lutut. Ia kemungkinan absen lama hingga Februari 2020 mendatang. Padahal, City tak lagi diperkuat Vincent Kompany, bek andal dan kapten tim yang hijrah ke Anderlecht, Belgia.
Duet bek, Nicholas Otamendi dan John Stones, tampil buruk dan menjadi titik terlemah City pada laga itu. Menjelang duel itu, Manajer Manchester City Pep Guardiola sebetulnya telah mengingatkan bahwa timnya butuh bek baru menyusul cederanya Laporte. City pun sempat mengejar Harry Maguire dan Matthijs de Ligt sebagai calon bek-bek baru. Namun, Maguire memilih Manchester United dan De Ligt berlabuh ke Juventus.
Meskipun demikian, Guardiola tetap tenang dan menolak panik. ”Orang-orang tidak bisa terus-menerus berekspektasi kami akan menang dan mengumpulkan 100 atau 90 poin. Hal itu tidak mudah di kompetisi seketat ini. Kini kami perlu segera bangkit, dimulai di laga Eropa (Liga Champions),” tuturnya. (AFP)