JAKARTA, KOMPAS - Volatilitas di pasar finansial secara global meningkat. Eskalasi tensi perdagangan masih berlanjut, bahkan di bulan Agustus terlihat Amerika Serikat maupun China sama-sama mengenakan tarif tambahan.
“Jika AS mengenakan tarif tambahan di bulan Desember, ada risiko terhadap pertumbuhan ekonomi dunia, karena banyak dari tarif tersebut dikenakan pada barang-barang konsumsi,” ujar Katarina Setiawan Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (16/9).
Katarina menambahkan, walaupun terjadi devaluasi dari mata uang China renminbi, tetapi ke depan, kita akan melihat bahwa pemerintah China akan tetap menjaga mata uangnya. “Karena devaluasi yang terlalu tajam bisa memicu arus modal keluar dan juga menurunkan tingkat konsumsi domestiknya,” tambah Katarina.
Menurut dia, devaluasi renminbi yang terjadi baru-baru ini, hanya respon formal saja terhadap eskalasi dari tarif tambahan yang dikenakan AS. Inversi imbal hasil terjadi pada obligasi pemerintah AS, US Treasury berdurasi 10 tahun dan dua tahun.
Tetapi, Katarina buru-buru menambahkan, saat ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa resesi pasti terjadi. Karena di periode-periode lalu, kalau inversi terjadi dalam dua bulan, baru dikategorikan sebagai signal kuat bahwa resesi itu akan terjadi.
Pasar obligasi
Sementara itu, para analis dari Eastspring Investment menyebutkan, pasar obligasi kembali diuntungkan dengan perbaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Keputusan Bank Sentral Eropa untuk melanjutkan program pelonggaran moneter dengan menurunkan tingkat suku bunga sebesar 10 basis poin menjadi -0,5 persen berimbas positif terhadap aset berisiko. Rupiah ikut terdongkak dan berada di bawah Rp 14.000 per dollar AS pekan lalu.
Hasil lelang obligasi juga solid, menambah keyakinan investor untuk melakukan akumulasi obligasi di pasar sekunder. Harga obligasi pada tenor-tenor pendek sudah mulai naik. Investor juga terlihat mengakumulasi tenor menengah dan panjang.
Pada pekan ini, ada beberapa hal yang menjadi perhatian di pasar keuangan. Di antaranya adalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Di dalam negeri, para investor di pasar saham sudah bereaksi terhadap wacana penambahan cukai rokok. Harga saham-saham rokok turun pada akhir perdagangan Senin ini.
Walaupun terjadi gejolak dan volatilitas di pasar finansial, Katarina menyarankan para investor tetap berinvestasi sembari memonitor perkembangan. Tetap ada peluang di tengah volatilitas global.
Editor:
M Fajar Marta
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.