AS Siap Opsi Militer
Amerika Serikat mempertimbangkan aneka opsi, termasuk opsi militer untuk menanggapi serangan atas kilang minyak Arab Saudi.
Washington, senin Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Senin (16/9/2019), di Washington, melempar sinyal keras itu. Ia menegaskan siap membantu Arab Saudi untuk memastikan hal serupa tidak terulang lagi di masa depan.
”Ada alasan yang dapat dipercaya bahwa kita tahu pelakunya, untuk dipastikan dan diambil tindakan atasnya akan bergantung pada verifikasi, sedang ditunggu dari Kerajaan (Arab Saudi) tentang siapa yang mereka percaya sebagai penyebab serangan ini, dan dengan syarat apa kita akan melanjutkan!” kata Trump melalui Twitter.
Seorang pejabat AS mengatakan, semua opsi, termasuk tanggapan militer, ada di meja. Namun, ia menambahkan belum ada keputusan yang diambil. Saat ini AS tengah menyelidiki asal serangan atas instalasi minyak Aramco. Sejauh ini kemungkinannya dua, dari Iran atau Irak.
Namun, Pemerintah Irak segera membantah dugaan itu. Melalui sambungan telepon, Perdana Menteri Adel Abdel Mahdi mengatakan kepada Menlu AS Mike Pompeo bahwa Baghdad ”melarang wilayah Irak digunakan untuk melakukan serangan terhadap negara tetangga”.
Menurut pernyataan dari kantor perdana menteri, Pompeo mengatakan kepada Abdel Mahdi, informasi yang dikumpulkan AS ”menegaskan” bahwa tanah Irak tidak digunakan dalam serangan terbaru”.
Pompeo cenderung melihat Iran sebagai pihak yang berada di balik serangan itu. ”AS akan bekerja dengan mitra dan sekutu kami memastikan bahwa pasar energi tetap dipasok dengan baik dan Iran bertanggung jawab atas agresinya,” kata Pompeo.
Teheran segera merespons tuduhan itu. ”Tuduhan dan pernyataan buta dan sia-sia seperti itu tak dapat dipahami dan tidak berarti,” kata Menlu Iran Abbas Mousavi.
Serangan tersebut telah memangkas produksi minyak Saudi. Serangan itu, juga membuat Saudi dan AS mengumumkan, mereka dapat memanfaatkan cadangan strategis minyak yang dimiliki.
Dampak
Pasca-serangan pesawat nirawak atas instalasi Aramco, harga minyak melonjak. Wacana aksi balasan oleh AS juga menjadi sentimen lanjutan yang memengaruhi harga.
Harga minyak mentah Brent melonjak hampir 20 persen pada awal perdagangan Senin sebelum kemudian turun. Hingga petang, kisaran kenaikan 10 persen. Harga minyak Brent naik 6 dollar AS menjadi 66,28 dollar AS
per barel, kenaikan tertinggi sejak Timur Tengah dilanda krisis Teluk. Pada saat bersamaan, minyak mentah di bursa berjangka WTI naik 9 persen.
Rusia menyerukan semua negara agar menghindari langkah terburu-buru atau kesimpulan yang dapat memperburuk situasi sembari menegaskan bahwa serangan balasan dinilai bukan sebagai hal yang patut dilakukan. Uni Eropa menekankan semua pihak harus menahan diri sekuat mungkin. China pun mendesak AS dan Iran agar saling menahan diri.
Pihak Gedung Putih mengatakan, Trump mungkin bakal bertemu dengan Presiden Iran Hassan Rouhani pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa di New York pekan depan. Namun, Teheran meragukannya.
Ancaman Houthi
Di tengah dinamika itu, kelompok Houthi mengatakan kemungkinan kembali menyerang instalasi minyak Arab Saudi. Houthi mendesak perusahaan asing yang memiliki usaha di Saudi menjauh dari lokasi.
Juru bicara Houthi, Yahia Sarie, mengatakan, fasilitas seperti kilang pengolahan minyak Abqaiq dan ladang minyak utama Saudi lain, yang akhir pekan lalu diserang, dapat menjadi target serangan lain kapan saja.
(AP/AFP/REUTERS/BEN)