JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menargetkan tambahan transaksi dagang dengan India senilai 500 juta dollar AS dalam enam bulan mendatang. Pemangkasan tarif bea masuk produk sawit menjadi salah satu alasan optimisme itu.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito mengatakan, India sepakat memangkas tarif bea masuk minyak sawit mentah (CPO) dari 50 persen jadi 45 persen. Dengan pemangkasan itu, tarif CPO Indonesia setara dengan CPO Malaysia.
”Saya terkejut karena penurunannya lebih cepat dari yang dijanjikan. Saya berterima kasih sudah disamakan,” kata Enggartiasto di sela Promosi Produk Pertanian India yang diselenggarakan Kedubes India di Indonesia dan Otoritas Pengembangan Ekspor Produk Pertanian (Apeda) India, Senin (16/9/2019), di Jakarta.
Selisih tarif bea masuk membuat ekspor CPO Indonesia ke India pernah terpangkas. Karena itu, Indonesia meminta India menyamakan tarif dengan Malaysia. "Tidak meminta keistimewaan, hanya kesetaraan saja," ujarnya.
Dengan pemangkasan tarif itu, Indonesia optimistis nilai ekspor produk sawit ke India bisa mencapai 500 juta dollar AS dalam enam bulan ke depan. Nilai tersebut memang lebih rendah dari penurunan yang mencapai 600 juta dollar AS. "Waktu turun, saya pertanyakan ke India. Mereka menanggapi dengan cepat," kata Enggartiasto.
Selama ini, sawit menjadi andalan ekspor Indonesia ke India. Sepanjang 2018, nilai perdagangan Indonesia-India mencapai 18,7 miliar dollar AS. Dari keseluruhan nilai itu, Indonesia menikmati 14 miliar dollar AS. India mendapat manfaat lebih kecil dibandingkan Indonesia dalam hubungan dagang kedua negara.
Enggartiasto tidak menampik ada kompensasi untuk India. Indonesia antara lain setuju menurunkan standar kepekatan warna (ICUMSA) gula impor menjadi 200. Dengan standar itu, ICUMSA gula India rata-rata 600.
”Kita harus adil, jika meminta akses besar, harus mengimbangi juga. Dengan cara ini, kedua negara akan bisa mencapai target perdagangan 50 miliar dollar AS pada 2025,” kata Enggartiasto.
Ia menambahkan, tidak ada penambahan kuota impor gula. "Kuotanya tetap, hanya sumber impornya bertambah," ujar Enggartiasto.
Selain gula, Indonesia juga setuju memprioritaskan impor beras dan daging kerbau dari India. Jakarta memastikan, selama sesuai kuota, New Delhi bisa mengekspor beras ke Indonesia. ”Untuk daging kerbau, tidak ada batasan. Selama terserap, silakan. Rasa (daging kerbau India) lezat, cocok untuk rendang,” ujarnya.
Indonesia membutuhkan rata-rata 620.000 ton daging per tahun. Peternak dalam negeri bisa memasok hingga 450.000 ton, sisanya diimpor.
Pada 2019, Indonesia membuka kesempatan India mengekspor hingga 100.000 ton daging kerbau. ”Kami memastikan daging kerbau India memenuhi standar halal dan sehat. Kendali mutu memastikan hanya produk terbaik dipasarkan. Hingga 93 persen daging kerbau India bebas lemak,” kata Ketua Apeda Paban Kumar Borthakur.
Saling melengkapi
Duta Besar India untuk Indonesia Pradeep Kumar Rawat mengatakan, India-Indonesia punya banyak persamaan produk. Meskipun demikian, Indonesia-India tetap bisa saling melengkapi soal pemenuhan produk-produknya. India-Indonesia perlu terus mencari terobosan untuk mencapai target perdagangan 50 miliar dollar AS pada 2025.
”India-Indonesia perlu mengeksplorasi cara-cara mendiversifikasi perdagangan melalui barang-barang terfokus, seperti daging kerbau, gula, dan beras,” katanya.
Setiap tahun, India rata-rata menghasilkan 169 juta ton beras. Pada 2018, India mengekspor hingga 3 juta ton gula.
Terkait kerja sama perdagangan, India dan ASEAN, termasuk Indonesia di dalamnya, tengah menggelar perundingan dagang. India antara lain sedang merundingkan perjanjian kawasan perdagangan bebas (FTA) dengan ASEAN.
Enggartiasto mengajak India terlibat dalam kerja sama ekonomi kawasan (RCEP) yang sedang dirundingkan. Ia yakin peluang dagang Indonesia-India masih sangat besar. Dengan gabungan penduduk hingga 1,5 miliar orang, India-Indonesia merupakan potensi pasar amat besar.
Di sisi lain, Enggartiasto menekankan masih rendahnya porsi produk Indonesia dalam daftar impor India. Total ekspor Indonesia hanya 4 persen dari keseluruhan impor India.