Jalan Tol Trans-Jawa mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di Solo, Jawa Tengah. Infrastruktur itu memudahkan wisatawan datang menikmati kuliner dan mengunjungi obyek-obyek wisata di daerah tersebut.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·4 menit baca
SOLO, KOMPAS — Jalan Tol Trans-Jawa mendorong pertumbuhan sektor pariwisata di Solo, Jawa Tengah. Infrastruktur itu memudahkan wisatawan datang menikmati kuliner dan mengunjungi obyek-obyek wisata di daerah tersebut.
Berdasarkan pantuan Kompas, pada setiap akhir pekan, jalan di Solo dipadati kendaraan-kendaraan dari luar kota, antara lain Surabaya, Semarang, Madiun, dan Ngawi. Bahkan, ada pula kendaraan berpelat Bandung dan Jakarta.
Peter Wang (51), warga Surabaya, Jawa Timur, mengaku kerap melakukan perjalanan Surabaya-Solo melalui Jalan Tol Trans-Jawa untuk menikmati kuliner di Solo. ”Akses tol, kan, sudah jadi. Jadi, enak untuk perjalanan kendaraan Surabaya-Solo PP (pulang pergi),” katanya.
Kalau dulu mau ke Solo perlu waktu lama, sekarang dengan jalan tol lancar sekali.
Peter menyatakan, dirinya beberapa kali berkunjung ke Solo pada akhir pekan ataupun hari biasa. Sejumlah sajian kuliner khas Solo pernah dicoba, antara lain nasi liwet, ayam goreng, jajanan di Pasar Gede, hingga minum kopi di wedangan.
”Kuliner khas Solo itu, kan, tidak ada di Surabaya, itu yang jadi daya tarik. Kalau dulu mau ke Solo perlu waktu lama, sekarang dengan jalan tol lancar sekali sehingga sekarang sering Surabaya-Solo dengan keluarga dan teman-teman,” katanya. Sebelum tersambung tol, waktu tempuh perjalanan darat Surabaya-Solo sekitar enam jam. Namun, kini waktu tempuh Surabaya-Solo hanya 2-2,5 jam.
Kepala Dinas Pariwisata Solo Hasta Gunawan mengatakan, kunjungan wisatawan domestik ke Solo dari beberapa daerah yang dilintasi Jalan Tol Trans-Jawa melonjak. Karena itu, tol turut mendorong pertumbuhan kunjungan wisatawan.
”Pengaruh jalan tol luar biasa karena sangat memudahkan akses dan mempercepat perjalanan ke Solo. Faktor kecepatan dan kemudahan itu membuat turis domestik bertambah,” katanya di Solo, Selasa (17/9/2019).
Mereka wisata kuliner di akhir pekan, ini fenomena baru karena tol.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Solo, jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara tahun 2017 tercatat 4,5 juta dan tahun 2018 sebanyak 4,7 juga. Pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan ditargetkan menembus 5 juta.
”Kami sangat optimistis kunjungan wisatawan tumbuh karena secara kasatmata kelihatan pada Sabtu-Minggu Solo padat. Kendaraan-kendaraan berpelat nomor dari Surabaya dan Semarang itu banyak sekali. Mereka wisata kuliner di akhir pekan, ini fenomena baru karena tol,” kata Hasta.
Hasta mengatakan, Solo masih mengandalkan tiga daya tarik utama, yaitu wisata heritage, batik, dan kuliner. Di sisi wisata heritage, Keraton Surakarta masih menjadi tujuan wisata unggulan. Untuk kuliner, Solo memiliki banyak tempat yang menyajikan kuliner favorit, seperti sate, timlo, dan tengkleng.
Meski demikian, daya tarik wisata lain harus dikembangkan agar wisatawan tidak jenuh. ”Pekerjaan rumah besar bagi Solo adalah kalau dalam waktu 1-2 tahun ke depan tidak menambah atraksi dan kreasi wisata, tidak menambah kualitas pelayanannya, ya, nanti peningkatan itu akan menjadi stagnan lagi,” katanya.
Ketua Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo Abdullah Soewarno mengatakan, tingkat hunian atau okupansi hotel berbintang meningkat semenjak Jalan Tol Trans-Jawa tersambung dari Jakarta-Solo-Surabaya. Saat ini, okupansi hotel bintang tiga ke atas rata-rata mencapai sekitar 60 persen, sedangkan saat akhir pekan melonjak hingga 80 persen.
Tamu-tamu hotel kebanyakan menggunakan kendaraan pribadi memanfaatkan ruas Tol Trans-Jawa. ”Yang mendominasi adalah wisatawan Nusantara. Biasanya, mereka ada yang mulai datang Jumat, Sabtu itu padat, Minggu check out,” katanya.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Pri siswanto mengatakan, Tol Trans-Jawa mengubah pola perjalanan wisatawan ke Solo. Tidak sedikit wisatawan kini datang berombongan menggunakan bus-bus besar. Namun, mereka tidak hanya berwisata di Solo, tetapi juga ke obyek-obyek wisata di daerah sekitar, antara lain Karanganyar, untuk menikmati wisata alam di lereng Gunung Lawu.
Siswanto mengatakan, adanya jalan tol selain berdampak positif bagi pariwisata Solo sekaligus juga menjadi tantangan. Hal ini karena kota-kota yang dilintasi Tol Trans-Jawa juga akan berlomba-lomba menarik wisatawan ke daerah mereka. ”Tantangannya adalah bagaimana Solo ini bisa menarik wisatawan sebanyak-banyaknya untuk datang, bukan sebaliknya,” katanya.
Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Alpha Febela Priyatmono mengatakan, wisata edukasi batik di kampung batik itu saat ini tumbuh. Wisatawan antusias melihat proses membatik hingga belajar langsung membatik. Wisata edukasi ini turut mendorong penjualan batik.
”Banyak rombongan siswa sekolah, perguruan tinggi, hingga ibu-ibu PKK yang berkunjung. Ada yang dari Semarang dan daerah-daerah di Jawa Timur,” katanya.