Persaingan dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2019 di Pattaya, Thailand, tetap ketat meskipun lifter-lifter tuan rumah tidak tampil karena sanksi doping.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
PATTAYA, SENIN — Kejuaraan Dunia Angkat Besi IWF 2019 akan bergulir tanpa kehadiran lifter-lifter tuan rumah Thailand karena tersangkut kasus doping. Meski lifter Thailand yang selama ini cukup kuat di sektor putri absen, persaingan tetap berat karena sudah banyak pemecahan rekor dunia.
Kejuaraan Dunia Angkat Besi bergulir pada 18-28 September 2019. Sebanyak total 734 atlet, terdiri dari 395 lifter putra dan 339 lifter putri, yang berasal 105 negara akan bersaing pada ajang yang termasuk dalam kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 ini. Kejuaraan Dunia akan memainkan sepuluh kategori lomba untuk lifter putra dan sepuluh kategori untuk putri.
Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) memastikan Thailand absen dari Kejuaraan Dunia karena tahun lalu sembilan lifternya dinyatakan positif doping. Berdasarkan aturan antidoping IWF, negara dengan tiga lifter atau lebih yang dinyatakan positif doping dalam satu tahun kalender kejuaraan mendapatkan larangan berlomba selama empat tahun.
Menanggapi aturan tersebut, Asosiasi Angkat Besi Amatir Thailand (TAWA) sempat meminta penangguhan agar atlet-atletnya punya kesempatan berlomba di Pattaya, Thailand, demi kesempatan lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Namun, IWF dengan tegas menolak permintaan itu.
”Dewan Eksekutif IWF tidak akan meninjau permintaan TAWA sehingga skors untuk atlet-atlet Thailand akan tetap diberlakukan dalam perlombaan angkat besi,” tulis IWF dalam siaran pers, pada Agustus lalu.
Sebanyak tiga dari sembilan lifter Thailand yang dinyatakan positif doping meraih emas pada Kejuaraan Dunia IWF 2018 di Ashgabat, Turkmenistan. Sebanyak dua di antaranya merupakan juara Olimpiade 2016, yaitu Srisurat Sukanya (55 kg) dan Sopita Tanasan (49 kg).
Presiden TAWA Intarat Yodbangtoey meyakini bahwa lifter telah diberi gel pereda rasa sakit oleh seorang mantan pelatih. ”Mereka tidak menyadari gel mengandung steroid anabolik,” ujarnya.
Meski lifter-lifter Thailand dinyatakan positif doping, Thailand tetap berkomitmen untuk menjadi tuan rumah Kejuaraan Angkat Besi Dunia karena ingin menjaga kehormatan dan kebanggaan negara itu terhadap olahraga angkat besi.
Thailand bukanlah satu-satunya negara yang absen pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi. Pada Agustus lalu, sebanyak 12 lifter Rusia juga mendapatkan larangan berlomba sementara hingga penyelidikan lebih lanjut karena tersangkut kasus doping pada pengujian di sejumlah kejuaraan.
Di antara atlet tersebut adalah peraih medali perunggu Olimpiade Beijing 2008, Dmitry Lapikov. Komite Olimpiade Internasional kemudian mendiskualifikasi perolehan medalinya. Sebelumnya, perolehan gelar juara Lapikov pada kelas 105 kg di Kejuaraan Eropa 2011 juga telah dianulir.
Gelar juara Olimpiade Beijing 2008 juga telah dicopot dari lifter putri kelas 75 kg Nadezda Evstyukhina karena adanya temuan zat penggenjot produksi sel darah merah Erythropoietin dan steroid anabolik Turinabol pada pengujian ulang sampelnya.
Anggota Komite Penelitian dan Pelatihan IWF Aveenash Pandoo mengatakan, meski banyak lifter absen karena kasus doping, persaingan angkat besi tetap ketat. ”Standar rekor dunia sangat tinggi, dan dari angkatan total yang didaftarkan terlihat ketatnya persaingan,” katanya.
Pandoo menuturkan, lifter-lifter Indonesia mempunyai peluang meraih medali. Eko Yuli Irawan, misalnya, tetap berpeluang mempertahankan gelar juara dunia pada kelas 61 kg. Eko Yuli bersama Qin Fulin dan Li Fabin (China) termasuk tiga lifter yang mendaftarkan angkatan total tertinggi. Hal ini menunjukkan ketiga lifter ini menguasai perlombaan.
”Sekarang saatnya lifter Indonesia fokus pada kejuaraan, melupakan sakit pascacedera, serta menjaga pikiran positif,” kata Pandoo, Senin (16/9/2019).
Lifter yunior kelas 73 kg, Rahmat Erwin Abdullah, menyatakan tidak takut bersaing pada kejuaraan yang didominasi lifter-lifter senior. ”Saya sudah menjalani persiapan sebaik mungkin. Saya hanya akan fokus pada penampilan diri sendiri,” tuturnya, dari Pattaya, Thailand, kemarin. (AFP)