Pemerintah Bakal Perbanyak Konstruksi Terowongan di Jalan Tol
›
Pemerintah Bakal Perbanyak...
Iklan
Pemerintah Bakal Perbanyak Konstruksi Terowongan di Jalan Tol
Pemerintah berencana membangun lebih banyak konstruksi terowongan di jalan tol. Selain untuk memperpendek jalur, konstruksi terowongan diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana membangun lebih banyak konstruksi terowongan di jalan tol. Selain untuk memperpendek jalur, konstruksi terowongan diharapkan dapat meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan.
”Terowongan bukanlah teknologi baru di Indonesia. Setiap membangun bendungan, pasti membangun terowongan pengelak. Ke depan, kita akan membangun terowongan di jalan tol agar tidak merusak lingkungan, tidak hanya di Tol Cisumdawu,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, dalam seminar ”Introduce Tunnel Planning and Technology”, Senin (16/9/2019), di Jakarta.
Basuki mengatakan, selama ini konstruksi terowongan lebih banyak diterapkan dalam pembangunan bendungan dan jalur kereta api. Sementara konstruksi terowongan untuk jalan umum masih belum ada.
Konstruksi terowongan telah diterapkan di jalur transportasi moda terpadu (MRT) di Jakarta. Demikian pula sudetan Sungai Ciliwung dan Kanal Banjir Timur. Di jalan tol, kini tengah dibangun terowongan di ruas Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).
Ke depan, konstruksi terowongan akan diterapkan di banyak ruas jalan tol. Salah satu ruas tol yang direncanakan akan menerapkan konstruksi terowongan adalah Yogyakarta-Bawen. Sebab, sebagian besar daerah yang dilalui merupakan daerah berbukit. Berkaca dari pengalaman pembangunan ruas tol Semarang-Solo, pembangunan tol telah menghilangkan atau memangkas banyak bukit.
Terkait biaya, kata Basuki, kebutuhannya variatif atau tergantung dari konstruksinya. Namun, yang penting adalah pemerintah mesti percaya diri untuk menerapkan konstruksi terowongan di jalan tol.
”Padahal, kalau dengan terowongan, kita bisa menjaga lingkungan. Yang penting, terowongan itu juga memperpendek jarak. Teknologinya tidak susah karena penyedia jasa konstruksi di Indonesia pasti bisa menyesuaikan,” kata Basuki.
Ruas tol yang dipastikan akan menerapkan konstruksi terowongan antara lain adalah di Trans-Sumatera untuk menembus Bukit Barisan. Yang direncanakan akan menggunakan terowongan adalah tol Padang-Pekanbaru dengan total konstruksi terowongan mencapai 9 kilometer di beberapa titik.
Selain itu juga ruas tol antara Bengkulu dan Palembang. Konstruksi terowongan diperkirakan juga diperlukan di jalur antara Parepare dan Bone, Sulawesi Selatan.
Menurut Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto, di perkotaan, konstruksi terowongan diperlukan untuk menyiasati keterbatasan lahan. Demikian pula konstruksi terowongan diperlukan di kawasan pariwisata agar tidak merusak alam atau pemandangan.
Tantangan besar dalam pembangunan terowongan di beberapa titik jalan tol Trans-Sumatera adalah memitigasi potensi bencana yang mungkin terjadi, seperti gempa bumi atau pergerakan tanah. ”Kalau di ruas Pekanbaru-Pangkalan, ada dua alternatif trase yang dinilai terbaik, terpendek, dan teraman, yang keduanya sama-sama menembus Bukit Barisan. Kita akan pilih salah satu,” kata Sugiyartanto.
Ahli terowongan dari Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) Nobuharu Isago mengatakan, perencanaan sebelum membangun terowongan harus dilakukan dengan baik. Meski demikian, tetap ada kemungkinan perubahan dalam pelaksanaannya karena faktor di lapangan.
”Saya menduga karakteristik geologi di Indonesia mirip dengan di Jepang, yakni memiliki berbagai jenis tanah dan mudah bergerak. Maka, kita perlu punya asumsi pelaksanaan yang tidak sesuai rencana,” kata Isago.