Gelar Empu Ageng Fotografi Jurnalistik untuk Oscar Motuloh
›
Gelar Empu Ageng Fotografi...
Iklan
Gelar Empu Ageng Fotografi Jurnalistik untuk Oscar Motuloh
Fotografer Oscar Motuloh dianugerahi gelar Empu Ageng bidang Fotografi Jurnalistik oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta karena dinilai berjasa besar mengembangkan dunia fotografi jurnalistik di Indonesia.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
BANTUL, KOMPAS – Fotografer Oscar Motuloh dianugerahi gelar Empu Ageng bidang Fotografi Jurnalistik oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta karena dinilai berjasa besar mengembangkan dunia fotografi jurnalistik di Indonesia. Salah satu pencapaiannya adalah menghadirkan sintesis fotografi jurnalistik dengan menggabungkan dua gaya berbeda.
Penganugerahan gelar itu dilakukan dalam Sidang Senat Terbuka ISI Yogyakarta, Rabu (18/9/2019), di kampus ISI Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Promotornya adalah Soeprapto Soedjono, Guru Besar Bidang Fotografi ISI Yogyakarta dan Ko-promotornya Edial Rusli, dosen Jurusan Fotografi ISI Yogyakarta. Acara ini juga dihadiri anggota senat dan dosen ISI Yogyakarta, sejumlah seniman, serta para pewarta foto dari berbagai media massa.
“Anugerah Empu Ageng pada Oscar Motuloh ini telah melalui pertimbangan pada pencapaian karya-karyanya yang luar biasa, demikian juga jasanya dalam pengembangan ilmu dan dunia fotografi jurnalistik Indonesia,” kata Rektor ISI Agus Burhan, dalam penganugerahan gelar tersebut.
Oscar Motuloh adalah fotografer, yang sekarang menjadi penanggung jawab dan kurator Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta. Sebelumnya, pria kelahiran Surabaya, 17 Agustus 1959 itu pernah menjabat sebagai Direktur Antara Foto, bagian dari Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara.
Anugerah Empu Ageng pada Oscar Motuloh ini telah melalui pertimbangan pada pencapaian karya-karyanya yang luar biasa, demikian juga jasanya dalam pengembangan ilmu dan dunia fotografi jurnalistik Indonesia
Sepanjang kariernya sebagai fotografer, Oscar telah meraih sejumlah penghargaan, misalnya masuk dalam jajaran 30 Most Influential Photographers in Asia dari Invisible Photographer Asia, penghargaan Pelopor Fotografi Jurnalistik dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Lifetime Achievement Anugerah Pewarta Foto Indonesia dari organisasi Pewarta Foto Indonesia.
Agus Burhan menjelaskan, gelar Empu Ageng setara Doktor Honoris Causa. Gelar Doktor Honoris Causa diberikan untuk mereka yang memiliki pencapaian akademik tinggi. Sementara gelar Empu Ageng diberikan untuk orang-orang yang dianggap memiliki kompetensi seni yang tinggi.
Sebelumnya, ISI Yogyakarta telah memberikan gelar Empu Ageng terhadap empat orang seniman, yakni Ki Cokrowasito di bidang seni karawitan pada tahun 2004, Edhi Sunarso di bidang seni patung (2010), Ki Timbul Hadi Prayitno di bidang wayang kulit (2011), dan Abas Alibasyah di bidang seni lukis (2012).
Agus mengatakan, Oscar Motuloh layak menerima gelar Empu Ageng karena karya-karya fotografi jurnalistiknya dinilai memiliki pencapaian luar biasa. Menurut Agus, Oscar berhasil melahirkan sintesis fotografi jurnalistik, menggabungkan gaya fotografi ala Inggris Raya serta gaya fotografi Eropa daratan yang memiliki karakter berbeda.
Karakter fotografi jurnalistik ala Inggris diwakili kantor berita Reuters dengan gaya fotografi yang bersifat langsung atau straight photo. Sementara itu, gaya fotografi Eropa daratan diwakili oleh kantor berita AFP asal Perancis yang memiliki gaya fotografi dengan polesan estetis.
“Dari sintesis dua karakter gaya itulah muncul gaya Oscar Motuloh dalam karya-karya fotografi jurnalistik yang estetis dengan menggunakan simbol-simbol dan pesan yang kuat di dalamnya,” ujar Agus.
Agus menambahkan, selain memiliki capaian karya yang luar biasa, Oscar juga memiliki jasa besar mendidik para pewarta foto muda Indonesia. Upaya itu antara lain dilakukan Oscar dengan merancang kurikulum pendidikan Kursus Dasar Pewarta Foto (Susdafo) Antara yang menjadi dasar untuk pelatihan para pewarta foto baru di media tersebut.
Oscar juga mendirikan Galeri Foto Jurnalistik Antara yang aktif menggelar pameran, pelatihan, dan berbagai acara terkait fotografi jurnalistik. Saat ini, Galeri Foto Jurnalistik Antara bisa dibilang menjadi salah satu institusi yang paling berpengaruh dalam perkembangan fotografi jurnalistik di Indonesia.
Penghormatan
Sementara itu, Oscar menyatakan, penganugerahan gelar Empu Ageng itu bukan hanya kehormatan bagi dirinya, tetapi juga penghormatan terhadap dunia fotografi jurnalistik. “Anugerah ini menjadi metafora konstruktif di belantara jurnalisme yang belakangan ini meredup pamor dan eksistensinya,” katanya.
Dalam penganugerahan gelar itu, Oscar menyampaikan pidato berjudul “Sirkus Jurnalistik: Dari Penyusup Berita sampai Hanya Satu Kata: Lawan!” yang berisi refleksi pengalamannya bergelut di dunia fotografi jurnalistik selama sekitar 30 tahun. Pada pidato itu, Oscar antara lain, mengisahkan bagaimana dirinya bisa melahirkan sintesis dari dua gaya foto jurnalistik yang berbeda.
Menurut Oscar, saat mulai bertugas sebagai fotografer, ia mulai menganalisis gaya fotografi Reuters dan AFP yang berbeda. “Reuters memiliki gaya yang lebih straight (langsung) dalam pemberitaan foto, sementara AFP masih menyempatkan memberi polesan estetis dalam foto berita yang mereka publikasikan,” ujarnya.
Setelah menganalisis, Oscar meramu dua gaya tersebut, lalu memperkayanya dengan referensi dari koran dan majalah nasional. Hasil ramuan yang telah diperkaya itulah yang kemudian diolah menjadi model atau gaya fotografi jurnalistik Antara.
“Saya mencoba mengarangkan cetak biru langgam pemberitaan foto bagi para pewarta foto muda Antara kelak,” ungkap dia.
Dalam pidatonya, Oscar juga mengisahkan pengalamannya menyusun kurikulum pendidikan bagi pewarta foto muda. Dalam kurikulum yang disusun Oscar itu, para pewarta foto tak hanya diwajibkan mengikuti pelatihan fotografi, tetapi juga mesti menjalani pelatihan jurnalistik seperti wartawan tulis. Hal ini karena pelatihan jurnalistik tulis sangat penting untuk meningkatkan kualitas pewarta foto.
“Metode ini di kemudian hari ternyata membuahkan hasil yang positif dan konstruktif bagi pengembangan kemampuan dan karakteristik setiap pewarta foto,” ujar Oscar.