Guru dapat memanfaatkan teknologi digital yang terus berkembang untuk membantu proses pembelajaran. Namun, kehadiran guru tetap dibutuhkan sebagai pendamping siswa. Teknologi tidak bisa menggantikan peran guru.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Guru dapat memanfaatkan teknologi digital yang terus berkembang untuk membantu proses pembelajaran. Namun, kehadiran guru tetap dibutuhkan sebagai pendamping siswa untuk memahami materi yang diajarkan. Teknologi tidak bisa menggantikan peran guru.
Dosen Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta Cecep Kustandi mengatakan, teknologi digital dapat menjadi alat bantu guru dalam proses belajar mengajar.
“Teknologi dapat menjadi alat bantu untuk memaksimalkan potensi pembelajaran di kelas,” kata Cecep pada kegiatan Internalisasi Nilai Kebangsaan (Inti Bangsa) 2019 di Ambon, Maluku, Rabu (18/9/2019).
Menurut Cecep, di era modern, guru tidak dapat lagi dianggap sebagai sosok yang paling benar sehingga mereka harus mengembangkan sumber lain untuk memperkaya materi yang diajarkan. Teknologi dapat menjadi penunjang aktivitas belajar yang merupakan esensi dari proses belajar mengajar.
Guru dapat memanfaatkan berbagai aplikasi pembelajaran agar lebih menarik minat siswa dalam belajar. Aplikasi tersebut menjadi sarana agar siswa tidak cepat bosan dan lebih antusias karena dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari yakni menggunakan teknologi digital.
"Meskipun demikian, kehadiran guru tetap tidak dapat digantikan oleh teknologi digital. Guru tidak dapat membiarkan muridnya menggunakan teknologi digital dalam proses belajar mengajar tanpa pendampingan," kata dia.
Guru tidak dapat membiarkan muridnya menggunakan teknologi digital dalam proses belajar mengajar tanpa pendampingan.
Cecep mencontohkan, guru dapat menampilkan sebuah video singkat sebagai alat bantu. Selanjutnya, guru mengajak siswa mempelajari materi yang ada di video tersebut dalam sebuah diskusi. Dalam proses ini, guru dan murid dapat saling membagikan informasi.
Mereka akan saling memperdalam materi yang dapat diterapkan pada tugas di kelas. Tugas-tugas yang sudah dikerjakan murid kembali dievaluasi untuk melihat apakah materi yang disampaikan sudah dipahami atau belum.
Sebelum mengajar dengan alat bantu teknologi digital, lanjut Cecep, guru harus menguasai materi yang diajarkannya terlebih dahulu. Mereka bisa menciptakan materi sendiri atau menggunakan bahan yang sudah ada.
Namun, sebaiknya guru memilih terlebih dahulu materi yang akan diajarkan. “Guru tidak bisa membiarkan murid mencari materi sendiri tanpa pendampingan,” kata dia.
Dosen Sejarah Universitas Negeri Jakarta Humaidi mengatakan, media digital hanya menjadi pemantik dan sumber informasi sejarah. Guru tetap memiliki peran untuk menstimulus siswa agar mau belajar.
“Guru dapat mendampingi siswa untuk mencari informasi yang tepat lalu mengolahnya dengan menggunakan nalar,” ujarnya.
Media digital hanya menjadi pemantik dan sumber informasi sejarah. Guru tetap memiliki peran untuk menstimulus siswa agar mau belajar.
Humaidi menambahkan, proses pengolahan informasi tersebut berpusat pada siswa, sementara guru sebagai fasilitator untuk menguasai jalannya pencarian pengetahuan tersebut. Untuk itulah guru harus memiliki referensi yang banyak.
Pada proses ini, guru harus memiliki keahlian untuk meracik ilmu pengetahuan yang diperoleh menggunakan media digital. Karena itu, guru tidak dapat sembarangan dalam menggali informasi.
Kepala Sub Direktorat Pembinaan Tenaga Kesejahteraan Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Andi Syamsu Rijal mengemukakan, teknologi dapat mempermudah pengajaran, termasuk pada pelajaran sejarah. Namun, guru tidak dapat meninggalkan siswa tanpa pengawasan karena mereka harus mendampingi dalam proses belajar.
Masalah yang masih sering terjadi pada guru sejarah yakni mereka kurang memahami teknologi. “Mereka cenderung hanya menyampaikan materi pembelajaran dengan bertutur saja,” kata Rijal.
Hal tersebut, lanjut Rizal, membuat pandangan pelajaran sejarah membosankan. Padahal, ada banyak media yang bisa digunakan untuk menarik minat siswa agar mau mempelajari sejarah.
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru memiliki peluang yang banyak untuk berkreasi dengan menggunakan teknologi digital yang terus berkembang. “Kami akan terus meningkatkan kompetensi guru terkait dengan pengusaan teknologi secara teknis,” ujarnya.