Uni Eropa kini mengantisipasi Brexit tanpa kesepakatan yang peluangnya semakin besar. Inggris dinilai belum menunjukkan kesungguhan untuk mencapai kesepakatan dengan Brussels.
Oleh
·2 menit baca
LONDON, RABU — Uni Eropa kini mengantisipasi Brexit tanpa kesepakatan yang peluangnya semakin besar. Inggris dinilai belum menunjukkan kesungguhan untuk mencapai kesepakatan dengan Brussels.
Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker di hadapan parlemen Eropa, Selasa (18/9/2019), mengingatkan, meskipun Perdana Menteri Inggris menginginkan adanya periode transisi pasca-Brexit, nyatanya Boris Johnson tetap bersikukuh Inggris akan keluar dari UE pada 31 Oktober, dengan atau tanpa kesepakatan.
”Waktu yang tersisa tinggal sedikit. Risiko terjadinya Brexit tanpa kesepakatan sangat nyata,” kata Juncker yang bertemu dengan Johnson, Senin lalu, di Luksemburg.
Menurut laporan yang dirilis Pemerintah Inggris, skenario terburuk jika terjadi Brexit tanpa kesepakatan adalah terjadinya guncangan dalam kesepakatan perdagangan, pasokan obat-obatan, pasokan makanan segar, dan kekacauan publik.
Juncker menggarisbawahi, keputusan drastis untuk mengakhiri kerja sama ekonomi yang sudah berlangsung selama 40 tahun itu merupakan pilihan Inggris dan tidak pernah menjadi pilihan UE.
Proposal Inggris
Sampai saat ini, Brussels masih menanti proposal yang akan ditawarkan Inggris sebagai alternatif terhadap kesepakatan backstop Irlandia Utara yang ditentang keras PM Johnson. Backstop Irlandia Utara itu sudah disetujui Inggris-UE pada November 2018, tetapi ditolak parlemen Inggris.
”Saya tak memiliki keterikatan sentimental dengan backstop Irlandia Utara. Saya sudah meminta PM Johnson agar mengajukan alternatif secara tertulis,” kata Juncker.
Beberapa pemimpin di Eropa, antara lain Kanselir Jerman Angela Merkel, juga telah ”menantang” PM Johnson agar mengajukan alternatif solusi yang lebih baik dari backstop. Namun, sampai saat ini, Inggris belum memiliki alternatif lain.
Sejumlah pengamat memperkirakan, Johnson memang tak punya alternatif solusi. Meski demikian, ia cenderung ingin menimpakan kesalahan kepada UE seandainya Brexit tanpa kesepakatan terjadi. Padahal, sejumlah kalangan meyakini, sejak awal menjadi PM, Johnson berniat agar Inggris bisa putus hubungan total dari UE, seperti apa yang ia kampanyekan dari dulu.
Juru runding Brexit dari UE, Michel Barnier, secara blak-blakan menuduh Johnson hanya pura-pura ingin berunding dengan Brussels. ”Dalam situasi yang genting seperti ini, sangat penting determinasi untuk bernegosiasi dengan tulus.”
Sikap oposisi
Di tengah krisis itu, Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn berjanji, jika partainya memenangi pemilu mendatang, Buruh akan melaksanakan referendum baru, dengan opsi Brexit dengan kesepakatan dan opsi tetap bersama Uni Eropa. ”Kami akan menyerahkan kepada rakyat untuk memberikan keputusan akhir, dengan pilihan Brexit dengan kesepakatan yang kredibel atau tetap bersama UE,” kata Corbyn.
Partai Liberal Demokrat menegaskan, jika Liberal Demokrat menguasai parlemen dalam pemilu mendatang, mereka akan membalikkan opsi Brexit. (AP/AFP/REUTERS/MYR)