Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Korea Selatan atau IK-CEPA ditargetkan diraih sebelum pelantikan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
jakarta, kompas Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan memastikan negosiasi IK-CEPA terus berlangsung dan ditargetkan secara prinsip selesai pada Oktober tahun ini. Sejauh ini negosiasi itu akan bermuara pada kesepakatan untuk membebaskan tarif impor masing-masing hingga di atas 90 persen.
Hal itu terungkap dalam acara bertajuk ”Indonesia-Korea Conference 2019: Charting A Blueprint for Robust Partnership” yang digelar Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Korea di Indonesia, Rabu (18/9/2019). Kegiatan tersebut digelar dalam rangkaian peringatan perayaan 46 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Korsel.
”Semoga bisa rampung sebelum pemerintahan Indonesia yang baru, yaitu 20 Oktober mendatang,” kata Duta Besar Korsel untuk Indonesia, Kim Chang-beom. Ia memastikan konflik perdagangan antara Korsel dan Jepang tidak akan mengganggu proses negosiasi IK-CEPA Indonesia-Korsel.
Kim menegaskan, IK-CEPA akan menjadi landasan baru hubungan bilateral Indonesia dan Korsel. Perjanjian itu selanjutnya bakal berguna untuk meningkatkan kerja sama di berbagai bidang.
”Saya berharap ketika nanti kedua negara mengimplementasikan IK-CEPA, akan banyak mekanisme yang dapat dipakai guna memonitor kegiatan bisnis kedua negara,” kata Kim.
Duta Besar RI untuk Korsel, Umar Hadi, mengungkapkan, proses negosiasi IK-CEPA terus bergulir. Diharapkan, mekanisme perjanjian ini rampung sebelum ASEAN Commemorative Special Summit 2019 di Busan yang menurut rencana digelar pada 25-26 November 2019. Ia mengungkapkan, putaran IK-CEPA berlangsung sejak Januari 2019.
”Sudah terjadi empat atau lima putaran (negosiasi), terakhir baru dua pekan lalu di Busan. Semoga bisa memenuhi target waktunya,” kata Umar. Ditegaskan bahwa proses negosiasi kedua pihak antara lain merujuk pada Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN- Korea.
Direktur Negosiasi Bilateral pada Kementerian Perdagangan RI Ni Made Ayu Marthini juga memastikan negosiasi kedua pihak terus berlanjut. Merujuk pada target waktu negosiasi, putaran negosiasi kesepuluh IK-CEPA akan digelar di Bali pada 8-10 Oktober mendatang. Targetnya saat itu adalah IK-CEPA secara substantif sudah disimpulkan.
Selanjutnya pengumuman bersama tentang simpulan substansi perjanjian itu ditargetkan digelar pada 16 Oktober. Finalnya, pada momen ASEAN Commemorative Special Summit 2019 di Busan itulah IK-CEPA bakal ditandatangani.
Terkait dengan akses pasar yang tengah dinegosiasikan, menurut Made, Indonesia akan membebaskan tarif hingga 92 persen dari total 10.813 tarif dengan pihak Korsel. Itu berarti bakal ada sekitar 9.947 hal yang bebas tarif. Sementara dari pihak Korsel, dari total 12.232 tarif impor, Seoul akan membebaskan 95 persen di antaranya atau sekitar 11.620 jenis tarif.
”Kita menawarkan sejumlah hal dalam IK-CEPA, antara lain game online, jaringan distribusi, layanan hukum, serta jasa konstruksi. Pada saat sama, kita menginginkan peningkatan kapasitas, kalangan profesional yang independen, serta kecakapan pelatihan,” kata Made.
Ingin akseleratif
Ketua Kamar Dagang dan Industri Korsel (Kocham) di Indonesia CK Song berharap IK-CEPA nantinya dapat meningkatkan kerja sama perdagangan kedua negara. Investasi langsung Korsel ke Indonesia pun diharapkan terus tumbuh.
”Periode kedua pemerintahan Pak Jokowi dikatakan tanpa beban, harusnya dapat akseleratif semuanya,” katanya.
Wakil Hubungan Internasional Kadin Indonesia Shinta W Kamdani menunjukkan data bahwa investasi langsung Korsel ke wilayah ASEAN sejak 2014 terkonsentrasi di Vietnam. Nilai investasi Korsel ke negeri itu melebihi investasinya ke Singapura. Indonesia sendiri berada di peringkat kedua di bawah Vietnam untuk ekspor ke Korsel. (BEN)