Avigdor Lieberman, Ketua Partai Yisrael Beiteinu yang pernah bergabung dengan kubu Benjamin Netanyahu, menentukan kendali dan arah terbentuknya pemerintahan baru di Israel.
KAIRO, KOMPAS —Lobi politik untuk membentuk pemerintah persatuan nasional Israel antara partai Likud dan partai Biru- Putih, Rabu (18/9/2019), mulai dilakukan. Ketua Partai Yisrael Beiteinu, Avigdor Lieberman, seperti diberitakan televisi Al Jazeera, mulai melobi sejumlah pimpinan Gerakan Biru-Putih agar bersedia membangun koalisi dengan Likud.
Situasi itu terjadi menyusul pemilu parlemen Israel, Selasa lalu, gagal mengantarkan dua kubu ideologi yang bertarung, yakni kubu kanan-agama (ortodoks) pimpinan partai Likud dan kubu Tengah-Kiri pimpinan partai Biru-Putih. Dari penghitungan sementara, diperkirakan kedua kubu itu masing-masing meraup sekitar 32 kursi Knesset (parlemen). Menurut undang-undang pemilu Israel, partai atau koalisi partai minimal harus mendapat 61 dari total 120 kursi untuk membentuk pemerintahan.
Ketua Gerakan Biru-Putih Benny Gantz, seperti dikutip harian The Jerusalem Post, berjanji akan membentuk pemerintah persatuan nasional. Ia siap mulai berbicara dengan para pemimpin partai-partai Tengah-Kiri.
Sebelumnya, pada Selasa malam lalu di Jerusalem, Lieberman di depan massa pendukungnya menyerukan dibentuk pemerintah persatuan. Ia menegaskan, hanya ada satu pilihan, yaitu pemerintah nasional liberal secara luas yang melibatkan partai Likud, Biru-Putih, dan Yisrael Beiteinu.
”Kami mengulangi lagi pernyataan, kami tidak akan memilih opsi lain,” katanya, Rabu.
Setelah proses penghitungan mencapai 92 persen hingga Rabu siang kemarin, kubu kanan dan agama (ortodoks) hanya meraih 55 kursi. Sebanyak 55 kursi itu dengan rincian Likud (31 kursi), partai agama Shas (9), partai ortodoks United Torah Judaism (8), dan partai ultrakanan Yamina (7).
Adapun kubu Tengah-Kiri meraih 56 kursi, dengan rincian partai Biru-Putih (32 kursi), Joint List—aliansi partai-partai Arab—(13), partai Buruh-Gesher (6), dan partai Uni Demokrasi (5). Di luar dua kubu itu, partai Yisrael Beiteinu pimpinan Lieberman memperoleh 9 kursi.
Secara ideologi, Yisrael Beiteinu masuk kubu kanan-ortodoks. Namun, sejak Lieberman dan Netanyahu selalu berbeda pendapat dalam kebijakan negara sejak akhir 2018 sehingga Lieberman keluar dari koalisi Netanyahu, media dan pengamat Israel tidak memasukkan Yisrael Beiteinu ke dalam kubu Netanyahu lagi. Partai itu diletakkan di posisi independen.
Tiga skenario
Para pengamat dan media Israel menyebut, ada tiga skenario pembentukan pemerintahan Israel pasca-pemilu, Selasa lalu. Pertama dan sekaligus peluang terbesar, yakni pembentukan pemerintah persatuan nasional yang melibatkan Gerakan Biru-Putih, partai Likud, dan Yisrael Beiteinu.
Skenario kedua, partai Yisrael Beiteinu (9 kursi) bergabung dengan kubu Kanan-Ortodoks (55 kursi) jika Netanyahu mengalah dan memberi konsesi kepada Lieberman.
Skenario ketiga, Yisrael Beiteinu (9 kursi) bergabung dengan Tengah-Kiri (56 kursi). Skenario ini paling kecil kemungkinannya. Lieberman sangat anti-partai Arab, di mana Joint List masuk kubu itu.
Bagi warga Arab di Israel, hasil pemilu Selasa lalu berdampak cukup positif. Ketua Joint List Ayman Odeh mengatakan, hasil pemilu menunjukkan gagalnya Netanyahu membentuk pemerintahan koalisi baru. Netanyahu dan partai- partai agama anggota koalisinya selama ini sangat anti-perdamaian dan menolak memberi konsesi apa pun terhadap Palestina.