Malaysia perlu segera mengesahkan undang-undang yang memaksa perusahaan Malaysia untuk mengatasi kebakaran yang berada di wilayah yang dikuasainya di luar negeri.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Perusahaan Malaysia yang area perkebunannya di Indonesia terbakar diminta untuk ikut bertanggung jawab memadamkan kebakaran lahan.
KUALA LUMPUR, RABU — Malaysia perlu segera mengesahkan undang-undang yang memaksa perusahaan Malaysia untuk mengatasi kebakaran yang berada di wilayah yang dikuasainya di luar negeri. Demikian disampaikan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyusul kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia, Rabu (18/9/2019).
Selama bertahun-tahun kawasan Asia Tenggara menghadapi ancaman bahaya asap akibat kebakaran hutan dan lahan dari pembukaan lahan pada musim kemarau yang sebagian besar terjadi di Indonesia. Kekhawatiran akan dampaknya pada kesehatan dan pariwisata pun meningkat.
Seperti diketahui, asap atau kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dalam beberapa minggu terakhir kian buruk hingga memicu kemarahan negara tetangga. Kabut asap itu terbawa melintasi batas negara.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Siti Nurbaya Bakar, pekan lalu, mengatakan, sejumlah titik api kebakaran hutan dan lahan berada di perkebunan kelapa sawit milik perusahaan asal Malaysia.
Mahathir menyatakan, Pemerintah Malaysia akan meminta perusahaan Malaysia itu untuk memadamkan kebakaran di areanya.
”Tetapi, tentu, jika kita menemukan bahwa mereka tidak mau bertindak, kami mungkin akan meloloskan undang-undang yang akan memaksa mereka bertanggung jawab atas kebakaran lahan yang terjadi di dalam areanya sekalipun itu berada di luar negeri,” kata Mahathir.
Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok mengatakan, laporan apa pun soal kebakaran lahan di area milik perusahaan Malaysia adalah ”tuduhan yang serius”.
Ketika dihubungi, dua perusahaan Malaysia yang teridentifikasi oleh Pemerintah Indonesia mengatakan memang ada kebakaran kecil di areanya, tetapi sudah dipadamkan.
Dampak
Kemarin, hampir 1.500 sekolah dan sejumlah bandara di Malaysia ditutup akibat kabut asap dari kebakaran lahan di Indonesia. Lebih dari 1 juta anak sekolah pun terdampak.
Kualitas udara yang kian memburuk akibat kabut asap juga terjadi di Singapura hanya beberapa hari sebelum penyelenggaraan kejuaraan balap mobil Formula 1.
Kebakaran hutan dan lahan untuk membuka area perkebunan di Sumatera dan Kalimantan tahun ini merupakan yang terburuk sejak 2015 sehingga menimbulkan kekhawatiran kebakaran kali ini kian memperburuk pemanasan global. Jakarta mengerahkan ribuan tentara dan pesawat pemadam kebakaran untuk memadamkan api.
Rabu kemarin, kualitas udara kian buruk pada level ”sangat tidak sehat” di sebagian besar wilayah Semenanjung Malaysia hingga bagian timur Pulau Sumatera. Langit Kuala Lumpur pun diselimuti kabut asap tebal.
Untuk memicu hujan, Pemerintah Malaysia membuat hujan buatan dengan menyebar sodium klorida dan magnesium oksida ke udara menggunakan pesawat terbang.
Malaysia berharap bahan kimia itu bisa menyemai awan hujan dan memicu hujan turun. Jailan Simon, Direktur Departemen Meteorologi Malaysia, mengatakan, hujan akan membantu membersihkan udara. Akan tetapi, itu hanya bersifat sementara jika kabut asap dari Indonesia terus datang. (REUTERS/AFP)