Anak-anak Sekolah Pimpin Unjuk Rasa Terbesar Sejak 2003 di Australia
›
Anak-anak Sekolah Pimpin Unjuk...
Iklan
Anak-anak Sekolah Pimpin Unjuk Rasa Terbesar Sejak 2003 di Australia
Diperkirakan lebih dari 300.000 orang turun ke jalan di kota-kota besar dan kecil di seluruh Australia, Jumat (20/9/2019), untuk memprotes minimnya tindakan nyata untuk menahan perubahan iklim.
Oleh
Harry Bhaskara, dari Brisbane, Australia
·3 menit baca
BRISBANE, KOMPAS — Diperkirakan lebih dari 300.000 orang turun ke jalan di kota-kota besar dan kecil di seluruh Australia, Jumat (20/9/2019), untuk memprotes minimnya tindakan nyata untuk menahan perubahan iklim. Sebagian besar pemrotes adalah anak-anak sekolah, mahasiswa, anggota keluarga, dan para pekerja.
Surat kabar Australia, Sydney Morning Herald, melaporkan bahwa unjuk rasa itu merupakan protes terbesar di Negeri Kanguru sejak protes untuk menghentikan perang Irak pada 2003. Dalam unjuk rasa 16 tahun silam tersebut, sekitar 500.000 orang turun ke jalan. Pada bulan Maret dan November tahun lalu, jumlah anak sekolah yang protes secara berurutan mencapai sekitar 40.000 dan 15.000 anak.
Australian Broadcasting Corporation (ABC) memberitakan, protes berlangsung di semua ibu kota negara bagian yang berjumlah delapan kota dan 104 lokasi lainnya. Jumlah pemrotes terbesar tercatat di Melbourne, yakni 100.000 orang, disusul Sydney 80.000 orang, dan Brisbane 30.000 orang.
Unjuk rasa tersebut tetap berlangsung walau pemerintah negara bagian dan pemerintah federal telah meminta anak-anak sekolah agar tidak meninggalkan kelasnya. Pusat kota di Sydney, Melbourne, dan Brisbane nyaris lumpuh ketika para pemrotes menguasai kawasan pusat bisnis (CBD).
”Hari ini saya menyampaikan pada orang-orang dewasa tentang pentingnya lingkungan alam dan kita perlu melindunginya,” tutur Andrea Villafana (10), murid kelas V di Sekolah Negeri Richmond di Sydney, seperti dikutip Sydney Morning Herald.
Saya ikut protes karena saya takut dunia akan kehilangan penyu. Saya takut hidup di dunia tanpa Great Barrier Reef.
”Saya ikut protes karena saya takut dunia akan kehilangan penyu. Saya takut hidup di dunia tanpa Great Barrier Reef… Kalau saya menumpahkan sesuatu (di rumah), ibu saya membersihkannya. Kalau mereka pintar, mereka seharusnya juga membersihkan apa yang mereka bikin kotor,” tutur Villafana.
Karyawan diliburkan
ABC melaporkan, sebanyak 2.500 perusahaan ikut dalam protes dengan menutup kantornya atau merelakan karyawannya untuk tidak bekerja. Perusahaan-perusahaan membentuk aliansi Not Business As Usual untuk mendukung karyawan perusahaan seluruh dunia berpartisipasi dalam protes terkait perubahan iklim.
Para pelajar sekolah meminta generasi tua untuk ”membereskan persoalan mereka” dan menagih tindakan yang lebih nyata dalam melawan perubahan iklim.
Protes yang dikenal sedunia dengan nama Global Climate Strike, yang sebelumnya bernama gerakan School Strike 4 Climate, dipelopori tahun lalu oleh Greta Thunberg (16), seorang remaja putri dari Swedia. Aksi protes sedunia pada Jumat (20/9/2019) berlangsung tiga hari sebelum pertemuan puncak tentang perubahan iklim di Markas Besar Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS.
Protes juga berlangsung di kota-kota kecil Australia, seperti Mount Hotham dan Alice Springs. Di kota kecil Chincilla, sekitar empat jam perjalanan dengan mobil dari Brisbane, anak sekolah putri bernama Ariel Ehlers melakukan protes sendiri di luar pekarangan sekolahnya.
”Walau hanya beberapa murid kelas VI yang paham perubahan iklim, mereka tidak tahu cara melakukan protes,” tutur Ehlers, seperti dikutip Sydney Morning Herald. ”Saya memberi presentasi dengan PowerPoint buat mereka, dan mereka tampaknya menghargai usaha saya.”
Gerakan protes sekolah menuntut tiga hal, yaitu stop proyek batubara atau gas, 100 persen listrik pada 2030 dihasilkan dari energi yang bisa diperbarui, dan disiapkannya dana untuk mendukung transisi para pekerja dari sektor bahan bakar fosil ke sektor lainnya serta mendukung komunitas mereka.
Australia turut menanda tangani Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim pada 2015 dan berikhtiar untuk menurunkan emisi karbonnya sebanyak 26 sampai 28 persen dari 2005 hingga 2030. Namun, angka yang dirilis pada Agustus menunjukkan emisi karbon Australia terus menanjak.