Kala Anies Tularkan Virus Bersepeda kepada Warga Jakarta
›
Kala Anies Tularkan Virus...
Iklan
Kala Anies Tularkan Virus Bersepeda kepada Warga Jakarta
Belum genap 100 meter keluar dari Jakarta International Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur, rantai sepeda yang dikendarai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lepas.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
Belum genap 100 meter keluar dari Jakarta International Velodrome, Rawamangun, Jakarta Timur, rantai sepeda yang dikendarai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lepas. Tiga protokoler pun bergegas membantu memasangkan rantai itu kembali agar Anies bisa lanjut bersepeda hingga 16 kilometer ke depan, sampai titik akhir, Balai Kota, Jakarta Pusat.
”Ini contoh kalau sepedanya lama, tetapi yang nggowes (pengayuhnya) terlalu bersemangat,” kelakar Anies, sambil disambut tawa para pesepeda dari berbagai komunitas, dalam acara Uji Coba Jalur Sepeda Fase Pertama, Jumat (20/9/2019) pagi.
Anies menambahkan, sepedanya itu telah dipakai semasa kuliah di Northern Illinois University, Amerika Serikat, pada 2001. Tak heran, kerusakan onderdil atau semacamnya suka terjadi tiba-tiba.
Setelah sepeda fit kembali, Anies mulai mengayuh dan membelah Jalan Pemuda. Jalur sepeda seluas 1,25 meter yang dibatasi dengan marka dan traffic cone (kerucut lalu lintas), telah disiapkan Dinas Perhubungan DKI dan kepolisian lalu lintas agar tak bersinggungan langsung dengan kendaraan bermotor.
Tontonan warga
Warga sekitar yang jarang menemukan momen itu terlihat mengabadikannya lewat foto dan video dari tepi jalan dan halte. Bahkan, ada beberapa pengendara sepeda motor atau mobil yang sengaja memperlambat laju kendaraannya sekadar untuk menyapa Anies yang sedang asyik bersepeda.
Anies pun menanggapi antusiasme warga sambil melambaikan tangan dan mengacungkan jempol. Bahkan, sesekali Anies terlihat mengeluarkan trik lepas tangannya bak pesepeda andal.
Bagi sebagian warga yang melihat aktivitas Gubernur DKI hari ini, mereka menilai, Anies telah memberikan contoh yang baik. Menurut salah satu pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Rangga (36), dengan bersepeda, masyarakat bisa ikut menekan polusi udara di Ibu Kota, apalagi kalau itu menjadi gerakan yang masif.
”Saya suka bersepeda, tetapi belum kesampaian bersepeda sampai Jakarta. Masih belum yakin soal keamanan dan kenyamanan. Tetapi, melihat Pak Anies tadi saja bisa, saya berniat mencoba,” ujar Rangga, yang sehari-hari naik sepeda motor dari rumahnya di Sawangan, Depok.
Pegawai swasta di kawasan Jalan Sudirman, Lutfi (46), juga menyampaikan hal serupa. Keselamatan bagi pesepeda harus menjadi prioritas kalau Pemerintah DKI ingin serius memberlakukan gerakan ”Jakarta Ramah Bersepeda”. Sebab, bukan tidak mungkin, dia yang kini sudah beralih dari transportasi pribadi ke transportasi umum, kelak akan menjajal bersepeda juga.
”Pengeluaran naik sepeda tentu tak sebanyak kalau kita naik kendaraan umum apalagi mobil pribadi. Jadi, patut dicoba. Bisa saja pakai sepeda lipat sehingga mudah dibawa ke mana-mana, termasuk ke dalam MRT (moda raya terpadu),” kata Lutfi.
Tak mulus
Nyatanya, benar. Perjalanan pesepeda di Jakarta memang tak selalu mulus. Di sepanjang Jalan Rawamangun-Balai Kota, kegaduhan bunyi klakson dari para pengendara sepeda motor ataupun mobil hampir sering terdengar. Tak hanya itu, pesepeda juga harus berkendara di tengah kemacetan Ibu Kota.
Tantangan itu makin terasa ketika terjadi pencampuran lalu lintas antara sepeda dan kendaraan bermotor. Marka jalan khusus sepeda hanya putus-putus dan tak ada lagi kerucut lalu lintas. Misalnya saja, di Jalan Pramuka, Jalan Proklamasi, dan Jalan Imam Bonjol.
Pembuatan jalur sepeda di sejumlah jalan itu memang tidak mungkin dilakukan karena jalan terlalu sempit. Jalan sudah penuh dengan tiga mobil, belum lagi ditambah sepeda motor. Bahkan, di Jalan Proklamasi saja, pesepeda masih harus berbagi jalan dengan bus Transjakarta rute Pulo Gadung-Dukuh Atas 2.
Kejadian mengagetkan pun sempat terjadi ketika ada pengendara mobil dengan kecepatan lumayan tinggi hendak putar balik di perempatan persis di bawah jalan layang (flyover) Pramuka-Salemba. Mobil tersebut hampir menabrak sepeda Anies. Anies hanya melirik mobil tersebut, lalu lanjut jalan lagi. Protokoler sempat menghampiri mobil itu dan menyuruh pengendara agar berhati-hati.
Tak melelahkan
Setelah perjalanan sekitar satu jam, rombongan Anies akhirnya sampai di Balai Kota. Meski berseragam kantor, dia tidak terlalu terlihat berkeringat.
”Sekali naik sepeda, ternyata terasa tak melelahkan karena sepeda bukan lari. Sepeda bisa rileks juga, kok,” katanya.
Sepeda, menurut Anies, jangan dianggap sekadar sebagai alat olahraga, tetapi alat transportasi. Dengan begitu, tak perlu dianggap sulit menyiapkan perlengkapannya.
”Jadi, kalau pergi yang dekat-dekat, rutin, dan mudah terjangkau, gunakanlah sepeda, sekaligus kita olahraga. Tetapi, kalau bersepeda sebagai alat transportasi, tak perlu pakai pakaian khusus, sepatu khusus. Cukup ada sepeda dan helm,” ujar Anies.