Kekeringan hebat yang melanda wilayah timur Australia telah menyebabkan kelangkaan air dan mengancam keseharian warga.
CANBERRA, KAMIS— Warga yang berada di kota-kota di Negara Bagian Queensland sampai Negara Bagian New South Wales menghadapi risiko yang disebut dengan ”Day Zero”. Istilah ini diterapkan di kota Cape Town, Afrika Selatan, di mana warga diajak mengurangi penggunaan air seketat mungkin. Day Zero adalah saat semua keran leding di kota bersangkutan mati.
Kondisi di Queensland dan New South Wales saat ini semakin terik, semakin kering, dan simpanan air yang ada terpaksa digunakan untuk memadamkan kebakaran lahan yang juga melanda wilayah pedalaman Australia.
Salah satu kota yang menderita adalah Stanthorpe di New South Wales. Meskipun berada di cekungan sungai, kota ini diyakini akan mengalami kelangkaan air dalam beberapa bulan ke depan. Otoritas setempat hanya memiliki pilihan dengan mengirimkan truk-truk berisi air bersih ke area itu, yang setiap bulan menelan biaya minimal 1 juta dollar Australia.
Di perkebunan jeruk dan anggrek milik petani Angus Ferrier, misalnya, pohon-pohon jeruk yang biasanya tumbuh rimbun dengan limpahan buah kini tak lebih dari jajaran pohon kering yang bengkok. Beberapa pekan ke depan, cadangan air di perkebunan ini akan habis. Itu sebabnya, Ferrier mencabuti ribuan pohon untuk mengurangi konsumsi air. ”Pohon-pohon ini berusia delapan tahun. Delapan tahun kehidupan hilang dalam sehari,” katanya.
Asosiasi-asosiasi petani memperkirakan, kekeringan akan membuat ekonomi daerah mengalami kerugian sekitar 100 juta dollar Australia untuk musim ini saja. Bagi kota kecil seperti Stanthorpe, angka itu sangat signifikan.
Untuk bisa bertahan, para petani mengambil langkah radikal dengan menghabiskan tabungan mereka untuk bisa bertahan dengan mendatangkan truk air atau menyewa lahan di wilayah yang tidak mengalami kekeringan hebat. Para petani lain memutuskan untuk menutup usahanya. Situasi ini berdampak langsung pada perekonomian di kota. Toko-toko di Stanthorpe satu per satu tutup.
Menuju ke selatan, seluruh wilayah di Negara Bagian New South Wales pada Desember lalu dinyatakan darurat kekeringan. Jaringan pipa air senilai 13 juta dollar Australia berhasil dipasang, tetapi hanya mampu mengalirkan air terbatas.
Perubahan iklim
Para ilmuwan menyebutkan, cuaca ekstrem diperparah oleh perubahan iklim, yang sebetulnya juga disadari warga Australia. Namun, Pemerintah Australia sampai saat ini menolak untuk menjadikan isu perubahan iklim sebagai agenda prioritas. Sebaliknya, pemerintah terus mendukung penambangan batubara besar-besaran.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan harapannya agar baik pemerintah maupun pebisnis berkomitmen meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim di New York, AS, Senin (23/9/2019). PBB berharap 60 negara menguatkan komitmen mereka pada Kesepakatan Paris untuk mencegah pemanasan global. ”Kita kalah dalam perang melawan perubahan iklim,” kata Guterres.
Sejumlah negara besar, seperti Jepang, AS, Korea Selatan, dan Australia, saat ini masih mengandalkan perekonomian mereka pada penambangan batubara. (AFP/REUTERS/MYR)