Paris Saint-Germain enggan jemawa dengan kemenangan 3-0 atas Real Madrid. Mereka ingin tetap membumi untuk menghindari kekecewaan menyakitkan saat terhenti di babak gugur seperti musim-musim sebelumnya.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
PARIS, RABU — Paris Saint-Germain tidak mau larut dalam euforia setelah mengalahkan Real Madrid, 3-0, pada laga perdana Grup A Liga Champions di Stadion Parc des Princes, Kamis (19/9/2019) dini hari WIB. Mengingat sejarah masa lalu di Liga Champions dan kondisi Real saat ini, PSG sadar jika kemenangan besar ini bisa jadi hanya sebuah ilusi.
Dalam empat dekade terakhir di ajang Liga Champions, ”El Real”, julukan Real Madrid, merupakan klub yang mampu menjuarai turnamen ini sebanyak tiga kali beruntun pada musim 2015-2016 hingga 2017-2018. Dengan pencapaian tersebut, siapa pun lawan Real akan berusaha menampilkan permainan terbaik yang bisa mereka lakukan untuk menang.
Dalam situasi ini, PSG justru tidak bisa memainkan tiga pemain kunci di lini serang untuk melawan Real, yaitu Kylian Mbappe, Neymar Junior, dan Edinson Cavani. Mbappe dan Cavani masih cedera, sedangkan Neymar masih menjalani sanksi larangan bermain akibat mengomentari wasit saat PSG disingkirkan Manchester United pada babak 16 besar musim lalu.
Dengan hilangnya tiga pemain itu, peluang PSG untuk menang terlihat sangat kecil. Namun, PSG justru memberi kejutan sekaligus menambah luka Real. ”Kalau anda ingin mengalahkan Real, anda akan menemukan kesulitan. Mereka tim terbaik. Anda juga butuh keberuntungan untuk menang. Kami punya keberuntungan itu,” kata Pelatih PSG Thomas Tuchel seperti dilansir UEFA.
Tuchel beruntung karena ia memiliki striker Mauro Icardi yang baru saja dipinjam dari Inter Milan. Ia juga memiliki lini tengah solid yang diperkuat Marco Verratti, Marquinhos, dan Idrissa Gueye.
Di antara ketiga pemain itu, Gueye mendapat pujian terbanyak karena beberapa kali mampu merebut bola dan mengakselerasi serangan dengan kecepatannya. Tuchel menyebut Gueye seperti mesin karena tidak lelah berlari.
Namun, keberuntungan terbesar PSG adalah memiliki pemain seperti Angel Di Maria yang mencetak dua gol pada laga itu. Bantuan dari Icardi dan ketiga pemain tengah PSG membuat Di Maria bisa mempermalukan bekas klubnya. ”Di Maria tampil luar biasa malam ini. Dia selalu menjadi pemain yang berbahaya,” kata Tuchel.
Melepas beban
Kemenangan itu juga bisa diraih ketika PSG berhasil melepas beban yang muncul dari ambisi pemilik klub. PSG sangat berambisi meraih trofi Liga Champions untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, dengan gelontoran dana besar dari Qatar, PSG terus memperkuat tim, termasuk dengan mendatangkan Neymar dan Mbappe.
Namun, uang belum berhasil menjawab ambisi PSG. Mereka disingkirkan Real pada babak 16 besar musim 2017-2018 dan terhenti pada babak yang sama setelah disingkirkan MU pada musim berikutnya. ”Semua orang meragukan kami dengan pemain yang ada. Namun, itu artinya kami bukan tim favorit dan situasi ini membantu pemain untuk keluar dari tekanan,” ujar Tuchel.
Di sisi lain, Tuchel tidak mau terlena dengan kemenangan atas Real itu. Pada musim-musim sebelumnya, PSG juga tampil meyakinkan pada awal-awal turnamen, tetapi perjalanan mereka selalu berakhir menyakitkan.
Oleh karena itu, kemenangan besar atas Real belum bisa dipakai sebagai jaminan bahwa PSG musim ini bisa melangkah lebih jauh. Pada saat konferensi pers, Tuchel bahkan memperingkatkan wartawan bahwa ia akan langsung pergi jika ada yang bertanya apakah PSG bisa merebut trofi Liga Champions musim ini. Tuchel membuang jauh target yang terlalu tinggi, ia ingin melangkah setahap demi setahap.
Sikap Tuchel itu sudah tepat jika melihat kondisi Real yang sampai saat ini masih berusaha mencari konsistensi. Apalagi, Real pada malam itu juga tidak diperkuat Sergio Ramos, Luka Modric, Isco, Marcelo, dan Marco Asensio. Artinya, PSG juga belum benar-benar diuji ketangguhannya. Jika sudah cepat merasa puas dan terjebak dalam ilusi ini, PSG bisa kembali mengakhiri turnamen ini dengan terluka.
Kehilangan intensitas
Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane mengakui bahwa timnya tampil sangat buruk. Pada laga itu, Real bahkan sama sekali tidak bisa melakukan tembakan tepat ke arah gawang. ”PSG adalah tim yang kuat dan memiliki banyak peluang gol. Saya lebih mengkhawatirkan kondisi pemain yang tampil tanpa intensitas,” katanya.
Meski juga kehilangan banyak pemain, Zidane sebenarnya masih punya Eden Hazard, James Rodriguez, dan Gareth Bale yang saat ini justru semakin membaik penampilannya. Namun, Zidane sudah kehilangan harmoni yang pernah ia miliki bersama pemain ketika bisa menjuarai Liga Champions tiga musim beruntun.
”Zidane punya banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membangkitkan timnya,” ujar mantan pemain Brasil dan Barcelona, Rivaldo, seperti dikutip Marca. Pekerjaan besar itu meliputi pembenahan di lini tengah dan lini belakang yang masih sangat rapuh.
Sementara pada laga lainnya, rival Real Madrid, Atletico Madrid, menahan imbang Juventus 2-2. Tim asuhan Pelatih Diego Simeone ini mampu menyamakan kedudukan pada menit ke-90 melalui Hector Herrera. ”Hasil ini membuat kami lebih bisa mempercayai karakter yang kami miliki,” ujar Simeone.
Adapun finalis musim lalu, Tottenham Hotspur, juga ditahan imbang Olympiacos, 2-2. Pelatih Spurs Mauricio Pochettino merasa frustrasi karena pemain tidak menghormati rencana yang telah dibuat. (AP/AFP/REUTERS)