Ikatan Alumni Universitas Indonesia akan membantu korban asap di Sumatera dan Kalimantan. Salah satunya, sebanyak satu juta masker akan dikirimkan.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Ikatan Alumni Universitas Indonesia akan membantu korban asap di Sumatera dan Kalimantan. Sebanyak satu juta masker akan dikirimkan. Selain itu, bantuan logistik seperti makanan sehat. Tak hanya itu, mereka sedang merancang tempat penampungan khusus.
Ketua Umum Ikatan Alumni (ILUNI) Universitas Indonesia Andre Rahadian mengatakan, pembagian sejuta masker bagi para korban asap sudah menjadi kebutuhan mendesak. Dalam sepekan ke depan, ILUNI UI akan segera menyalurkan masker ke daerah terdampak, terutama Kalimantan dan Sumatera.
“Kami berusaha mengumpulkan semua potensi yang kami miliki bukan hanya di Jakarta tapi juga di daerah,” ujarnya dalam jumpa pers UI Peduli Asap di Jakarta, Jumat (20/9/2019).
Koordinator ILUNI UI Peduli Endang Mariani mengatakan, bantuan logistik seperti makanan sehat juga akan disalurkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka yang hidup di tengah asap.
Penyaluran bantuan nantinya akan melibatkan ILUNI UI di daerah terdampak. Targetnya, bantuan tidak hanya menyasar korban di perkotaan, tapi juga di pedalaman.
“Selain ILUNI Kalimantan Barat, ada juga di Kalimantan Timur, Riau dan Jambi. Adapun Kalimantan Tengah kini sedang dibentuk ILUNI-nya,” katanya.
Selain itu, ILUNI UI lulusan Fakultas Teknik sedang merancang tempat penampungan khusus bagi korban asap. Di tempat ini, kualitas udara dipastikan bersih karena udara yang masuk dari luar sudah disaring. Tempat penampungan akan dirancang semudah mungkin agar bisa dibuat oleh masyarakat.
Selama kabut asap masih mengotori udara, Dekan Fakultas Kedokteran UI Ari Fahrizal Syam menyarankan masyarakat untuk tidak beraktivitas di luar rumah. Kalaupun terpaksa ke luar rumah, masyarakat dianjurkan menggunakan masker.
Masker penting untuk mencegah timbulnya penyakit akut atau kronik yang menyerang organ vital pada jangka panjang. Idealnya, masker yang digunakan adalah masker respirator seperti N95. “Ketika orang kekurangan oksigen, jantung akan bekerja lebih keras. Orang dengan riwayat penyakit paru-paru juga akan mudah kambuh,” katanya.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan, berdasarkan penelitian kasus kebakaran hutan dan lahan 2015, enam bulan pasca-kejadian, gejala-gejala penyakit saluran pernapasan masih terlihat. Beberapa korban masih mengalami batuk berdahak.
“Secara teori, jika setiap tahun kondisi ini berlanjut, lama-lama fungsi paru akan menurun, bronkitis kronik bahkan paru-paru kronik,” katanya.