Ubah Gaya Hidup untuk Menahan Laju Perubahan Iklim
›
Ubah Gaya Hidup untuk Menahan ...
Iklan
Ubah Gaya Hidup untuk Menahan Laju Perubahan Iklim
Perubahan iklim semakin nyata mengancam kehidupan manusia. Suhu bumi kian panas dan tercemar polusi. Dibutuhkan komitmen mengubah gaya hidup untuk menahan laju perubahan iklim tersebut.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Perubahan iklim semakin nyata mengancam kehidupan manusia. Suhu bumi kian panas dan tercemar polusi. Dibutuhkan komitmen mengubah gaya hidup untuk menahan laju perubahan iklim tersebut.
Menyikapi ancaman itu, Aliansi Gerakan untuk Perubahan Iklim Jawa Barat berunjuk rasa di Kota Bandung, Jumat (20/9/2019). Mereka mengajak masyarakat lebih peduli terhadap perubahan iklim dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan kebiasaan memakai produk plastik sekali pakai.
Ujuk rasa digelar dengan melintasi sejumlah jalan utama di Kota Bandung, seperti Jalan RE Martadinata, Jalan Merdeka, dan Jalan Ir H Djuanda. Massa aksi berorasi di depan pusat perbelanjaan Bandung Indah Plaza untuk mengingatkan pengunjung mengurangi penggunaan plastik.
Selain berorasi, sejumlah peserta aksi juga membacakan puisi tentang kerusakan lingkungan. Unjuk rasa itu diikuti sekitar 50 orang dari berbagai organisasi, seperti Walhi Jabar, Sadar Kawasan, Leuweung Sunda, dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Bandung.
“Mari mulai dari diri sendiri. Ancaman perubahan iklim itu nyata dan harus segera ditahan,” ujar Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat Meiki W Paendong, salah satu orator dalam aksi itu.
Meiki mengatakan, berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada 2018, suhu bumi meningkat 1,5 derajat celcius dalam empat tahun. Kenaikan suhu itu memicu perubahan iklim. IPCC merupakan panel gabungan ahli perubahan iklim dari berbagai negara.
Kenaikan suhu disebabkan semakin maraknya penggunaan energi kotor, salah satunya batu bara. Penggunaannya menghasilkan emisi karbon yang dilepaskan ke udara sehingga dapat memicu pemanasan global.
Menurut Meiki, perubahan iklim juga menyebabkan anomali cuaca semakin sering terjadi. “Akibatnya, musim kemarau berlangsung lebih lama. Sementara saat musim hujan, intensitasnya tinggi sehingga sering memicu banjir,” ujarnya.
Meiki mengajak masyarakat mengubah kebiasaan menggunakan kantong plastik. Selain karena sulit diurai, plastik diproduksi industri yang menggunakan bahan bakar tidak ramah lingkungan.
Kenaikan suhu disebabkan semakin maraknya penggunaan energi kotor, salah satunya batu bara. Penggunaannya menghasilkan emisi karbon yang dilepaskan ke udara sehingga dapat memicu pemanasan global
Massa juga mengecam pelaku pembakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan. Sebab, hal itu memperparah kondisi udara sehingga membahayakan manusia.
“Pemerintah harus memperketat pemberian izin pengolahan lahan. Selain itu, komitmen pemegang izin konsensi dalam mencegah kebakaran juga patut dipertanyakan,” ujarnya.
Koordinator aksi, Elga Subangkit, mengatakan, masyarakat berperan besar untuk menahan laju perubahan iklim. Dia berharap, warga Jabar semakin peduli menjaga kelesetarian lingkungan demi mendukung kehidupan di masa depan.
“Pemanasan global sudah menjadi kegelisahan bersama. Jadi, butuh tindakan bersama juga. Salah satunya mengubah gaya hidup dengan mengurangi barang berbahan plastik sekali pakai,” ujarnya.
Sejumlah warga mengapresiasi ajakan pengunjuk rasa tersebut. Salah satunya Reska (30), pengunjung Bandung Indah Plaza. Sudah enam bulan dia rutin menggunakan tumbler untuk mengurangi penggunaan air minum kemasan.
Akan tetapi, menurut Reska, pengurangan pemakaian kendaraan pribadi masih sulit diterapkan. “Jika ingin meniru negara maju, seperti Jepang, angkutan massal harus dibenahi. Ini efektif untuk mengajak warga beralih dari kendaraan pribadi,” ujarnya.