PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Bank Panin di usia 48 tahun semakin menunjukkan kemapanan, bahkan masuk daftar Bank Unit Kegiatan Usaha IV dengan modal inti minimal Rp 30 triliun.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Bank Panin di usia 48 tahun semakin menunjukkan kemapanan, bahkan masuk daftar Bank Unit Kegiatan Usaha IV dengan modal inti minimal Rp 30 triliun. Namun, bank yang masuk daftar emiten Kompas100 itu berhadapan dengan tantangan kondisi perekonomian dan perkembangan industri digital.
Menghadapi berbagai tantangan itu, Bank Panin mulai fokus untuk membangun digitalisasi bisnis dalam tiga tahun mendatang. Sementara itu, kondisi perekonomian dunia yang lesu dihadapi dengan berbagai langkah efisiensi.
Presiden Direktur Bank Panin Herwidayatmo menyampaikan strategi menghadapi tantangan industri perbankan dalam perbincangan santai di Menara Kompas, Jakarta, Jumat (20/9/2019). Berikut petikannya.
Anda sudah berpengalaman di dunia ekonomi, sudah pernah di pemerintahan, swasta, hingga Bank Dunia. Proyeksi kondisi ekonomi agak suram untuk tahun ini dan tahun depan. Dari pengalaman selama ini, bagaimana menyiasati kondisi ini?
Indonesia bagian dari dunia ini, tidak bisa dilepaskan. Kegiatan ekonomi juga terpengaruh pihak luar. Kembali ke masalah resesi ekonomi, kita sudah terbiasa menghadapi krisis.
Teori ekonomi dulu kalau sudah di kurva menurun krisis, akan ada efisiensi dan inovasi yang membuat bangkit lagi. Saya optimistis manusia akalnya banyak, akan banyak temuan baru. Ini suka-duka yang harus kita hadapi.
Bagaimana kondisi bisnis Bank Panin dalam kondisi ekonomi saat ini?
Perbankan tidak terlepas dari potret negara ini. Indonesia masih beruntung karena ada pertumbuhan ekonomi walaupun masih sangat tipis. Potretnya kelihatan sekali dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan konsumer, level menengah ke bawah. Kalau kredit tidak tumbuh, jumlahnya sama, berarti ada sesuatu yang salah. Memang kita semua harus mulai sadar.
Dari segi bisnis, tahun lalu kami mencetak laba Rp 3 triliun lebih. Semester I-2019 sudah membukukan laba Rp 1,6 triliun. Kami berharap dalam 3-4 bulan ini bisa menggenjot pertumbuhan kredit yang masih datar dari sisi UMKM dan komersial.
Panin menjadi bank nomor tujuh terbesar di Indonesia dari sisi aset meskipun dari segi pangsa pasar masih sekitar 3 persen.
Bagaimana Bank Panin menjaga performanya?
Kalau kredit tumbuh tidak terlalu tinggi, suka tidak suka, pendanaan harus dijaga. Kalau menerima simpanan terlalu banyak dengan biaya terlalu tinggi, jadi berdarah-darah. Kalau saluran untuk menjual masih agak mampet, kita agak ngerem. Bisa dilihat tingkat bunga Panin tidak semenarik bank lain. Harus pintar mengelola.
Kami masih membukukan profit di bottom line. Ini memang satu tantangan tersendiri buat kami. Kami tidak memaksakan. Kalau menggenjot kredit, nanti yang susah kami juga. Bisnis bank, kan, kombinasi, kita nyari imbal hasil yang baik, juga mengelola risiko dengan baik.
Bagaimana melihat industri bank secara umum?
Kalau di industri, saat ini likuiditas cukup longgar. Oleh karena itu, tren suku bunga turun sangat tinggi. Kami tidak bisa melawan pasar. Kalau pasar turun, kami juga harus ikut. Kalau tidak, nasabah pindah ke bank lain.
Jika dilihat, rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Bank Panin tinggi, di atas 100 persen. Bagaimana menyikapi hal itu?
Kalau kita lihat LDR Panin sedikit tinggi, padahal tidak masalah. Sekarang memang di 100 persen lebih sedikit. Akan tetapi, modal dan obligasi belum diperhitungkan, padahal kami yang cukup tinggi obligasinya. FDR (rasio pembiayaan) kami masih oke karena obligasinya Rp 12,5 triliun sampai Rp 15 triliun.
Di tengah disrupsi digital, khususnya industri perbankan, bagaimana Bank Panin menyikapi dan beradaptasi?
Panin tetap komitmen untuk berkembang menyesuaikan zaman. Suka atau tidak suka, kita menghadapi nasabah yang semakin dimudahkan perkembangan teknologi. Mau tidak mau, kita harus masuk ke sana. Tidak ada pilihan lain bagi perbankan. Kami sudah menyiapkan peta jalan digital, yang proyeknya dimulai tahun ini. Investasi belanja modal sekitar 10 juta dollar AS-12 juta dollar AS untuk tiga tahun.
Konsep digital apa yang akan dikembangkan dan kapan?
Sementara ini, Panin punya strategi, sambil melihat berjalannya waktu, mana yang lebih murah dan fit. Teknologi, semakin ke depan, investasinya tidak terlalu mahal. Tetapi, tingkat kekunoan teknologi cepat sekali. Kami sudah siap, sudah memetakan kondisi industri dengan bank-bank lain. Kami juga sudah menunjuk satu vendor untuk membantu kami. Kami sudah punya perbankan internet dan perbankan mobile. Kami mau yang lebih berkembang.
Dengan adanya disrupsi digital, bagaimana fungsi kantor cabang? Dari laporan tahunan 2018, dalam lima tahun, karyawan Bank Panin berkurang lebih dari 5.000 orang. Apakah ini bagian dari adaptasi budaya digital atau efisiensi?
Bank-bank lain juga mempertimbangkan keberadaan jaringan karena nasabah lebih senang menggunakan gawai. Nah, sekarang teknologi sudah sedemikian rupa. Beberapa performa jaringan kami tidak terlalu bagus, jadi kami pindahkan ke tempat lain atau ditutup saja.
Sebenarnya, banyak karyawan yang dibajak bank lain juga. Akan tetapi, dari sisi efisiensi, memang ada beberapa hal, seperti ada yang bisa dikerjakan manual, tetapi digantikan teknologi. Tren ini tidak hanya di Bank Panin, tetapi juga bank-bank lain.