MINAHASA UTARA, KOMPAS Insentif yang diberikan Badan Karantina Pertanian meningkatkan ekspor Sulawesi Utara secara signifikan. Namun, pengusaha Sulut tetap mendambakan pembukaan jalur perdagangan internasional dari Pelabuhan Bitung.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil mengatakan, pemerintah ingin menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia pada 2045. Setiap komoditas hasil pertanian akan diupayakan menjadi komoditas ekspor. ”Karena itu, pemerintah menyediakan jalan tanpa hambatan bagi eksportir,” kata Ali, Jumat (20/9/2019), di Airmadidi, Minahasa Utara.
Data Barantan, pada 2018, dari Sulut ada 30 komoditas pertanian seberat 322.000 ton yang diekspor ke 46 negara. Selama Januari-Agustus 2019, jumlah ekspor meningkat drastis menjadi 477.000 ton.
Jumat sore, Barantan menerbitkan sertifikat ekspor bagi sembilan perusahaan di Sulut. Tepung kelapa, bungkil kopra, cengkeh kering, biji pala, serta bungkus biji pala (fuli) seberat 6.947 ton akan dikirim ke 13 negara. Total nilai lima komoditas itu Rp 19,43 miliar.
Menurut Ali, peningkatan itu disebabkan sejumlah program Barantan untuk menopang ekspor. Pertama, inspeksi barang ekspor di gudang perusahaan. Hal ini demi menjamin kesehatan produk dan mempercepat proses muat barang di pelabuhan/bandara.
Program lain, pengusaha dibimbing untuk menerapkan good manufacturing practice (GMP) mulai dari proses penanaman hingga pascapanen. ”Kami juga mendigitalisasi layanan untuk memperoleh sertifikat kesehatan produk. Para eksportir yang akan mengirim ke Belanda, Australia, Selandia Baru, dan Vietnam tidak perlu lagi mengirim sertifikat dalam bentuk cetak. Sistem kami akan mengirim sertifikat elektronik ke otoritas negara tujuan,” katanya.
Ali berharap kemudahan ini diikuti tumbuhnya ekspor komoditas lain, terutama pengolahan produk turunan kelapa yang berlimpah di Sulut. Selama ini pengusaha baru mengekspor kopra dan buah kelapa, belum mengolah air kelapa, sabut, tempurung, dan santan.
Azhar, Direktur Utama PT Royal Coconut, yang memproduksi dan mengekspor tepung kelapa, mengapresiasi kerja pemerintah. Pabriknya di Airmadidi bisa memenuhi permintaan tepung kelapa dari 82 negara. Tahun depan akan ada fasilitas produksi air kelapa dan santan di pabriknya.
Asisten II Gubernur Sulut Bidang Perekonomian dan Pembangunan Rudi Mokoginta menyatakan, posisi Sulut berpotensi menjadi gerbang perdagangan dari dan menuju kawasan Asia Pasifik. Karena itu, Pelabuhan Petikemas Bitung ditetapkan menjadi pelabuhan hub internasional bagi Indonesia timur. Namun, hingga kini jalur perdagangan internasional langsung dari Bitung belum dibuka.
Debora Manueke, Manajer Pemasaran PT Gunung Intan Permata, yang mengekspor biji pala dan fuli, mengatakan, komoditasnya harus transit di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, sebelum dikirim ke Rotterdam, Belanda, dan Livorno, Italia. Biaya pengiriman 2.700 dollar AS per peti kemas 20 kaki untuk memuat 16 ton biji pala. ”Harusnya pelabuhan hub internasional di Bitung segera difungsikan,” katanya.
Kerja sama
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Indonesia Port Corporation (IPC) menjalin kerja sama di sejumlah bidang dengan Otoritas Pelabuhan Sabah (Sabah Ports Authority), Malaysia. Kerja sama itu diharapkan bisa mendorong peningkatan volume perdagangan Indonesia dan Malaysia.
Hal itu dikatakan Direktur Utama IPC Elvyn G Masassya seusai penandatanganan nota kesepahaman antara IPC dan Otoritas Pelabuhan Sabah, Jumat, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Deputy Chairman Sabah Ports Authority Datuk Maisuri bin Besri mengatakan, pihaknya membawahkan delapan pelabuhan di Negara Bagian Sabah. Dengan kerja sama itu, pelabuhan-pelabuhan di Sabah terbuka untuk bekerja sama dengan 12 pelabuhan yang dimiliki IPC. (OKA/HRS)