Iran Bertekad Hancurkan Agresor Setelah AS Umumkan Kirim Pasukan ke Saudi
TEHERAN, SABTU -- Iran menegaskan bakal memburu semua agresor, termasuk yang hanya melancarkan serangan terbatas, dan siap menghancurkan mereka. "Hati-hati, serangan terbatas tidak akan terbatas (balasannya). Kami akan memburu semua agresor," kata Mayor Jenderal Hossein Salami, Komandan Pasukan Garda Revolusi Iran di Teheran, Sabtu (21/9/2019).
Presiden AS Donald Trump di Washington, Jumat waktu setempat, menyetujui pengiriman tentara AS ke Arab Saudi guna memperkuat pertahanan udara dan pertahanan rudal negara kerajaan itu. Keputusan ini merupakan respons terhadap serangan pada kilang minyak dan fasilitas pengolahan minyak di Abqaiq dan Khurais, Arab Saudi, 14 September lalu.
Serangan itu diklaim oleh Houthi, milisi di Yaman yang beraliansi dengan Iran dan tengah berperang melawan pasukan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi. Akan tetapi, AS dan Arab Saudi menyatakan Iran berada di balik serangan tersebut. Iran membantah tuduhan Washington dan Riyadh.
"Kami akan memberikan hukuman dan kami akan melanjutkan (hukuman) itu hingga siapa pun penyerangnya hancur total," kata Salami dalam pidato di Teheran yang disiarkan televisi pemerintah.
Ia menegaskan, Iran siap menghadapi apa pun tipe skenario yang akan terjadi. "Siapa pun yang ingin tanah mereka menjadi medan pertempuran besar, silakan saja," lanjut Salami dalam konferensi pers.
"Kami tidak akan membiarkan perang mendekati teritorial Iran. Kami berharap mereka tidak melakukan kesalahan strategi," ujar Salami, sambil memaparkan sejumlah "petualangan" militer AS masa lalu terhadap Iran.
Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan bahwa Amirali Hajizadeh, kepala divisi udara Pasukan Garda Revolusi, menegaskan, setiap serangan terhadap Iran akan dihadapi dengan "balasan mematikan". Penegasan itu disampaikan dalam pidatonya pada pameran senjata bertema "Perburuan Burung-burung Pemakan Bangkai" di museum Revolusi Islam dan Pertahanan Suci di Teheran.
Dalam pameran tersebut, puing-puing pesawat nirawak yang ditembak jatuh di wilayah Iran, dan sistem pertahanan udara yang menembak jatuh pesawat tanpa awak militer AS pada Juni lalu dipajang. Dipamerkan juga puing pesawat tanpa awak RQ-4 Global Hawk yang hancur setelah ditembak jatuh oleh Iran pada Juni lalu, dan RQ-170 Sentinel yang ditangkap pada 2011 dan masih utuh.
Pameran itu merupakan bagian dari acara tahunan untuk memperingati awal Perang Iran-Irak 1980-1988. Pameran ini juga meliputi pameran kekuatan udara dan laut Iran di kawasan Teluk serta pergelaran parade militer. Garda Revolusi juga memajang sistem pertahanan Khordad 3 buatan dalam negeri Iran yang, disebutkan, digunakan untuk menembak jatuh Global Hawk.
Hajizadeh memperingatkan AS agar belajar dari kegagalan-kegagalannya di masa lalu dan meninggalkan retorika permusuhan. "Kami berdiri tegak dalam 40 tahun terakhir dan jika musuh membuat kesalahan, mereka pasti akan menerima pembalasan yang mematikan," tegas Hajizadeh.
Bantu pertahanan Saudi
Terkait persetujuan Trump untuk mengirimkan pasukan AS ke Arab Saudi, Pentagon mengatakan, personel pasukan yang akan dikirim dalam jumlah sedang, tidak sampai ribuan, dan menjalankan tugas utama pertahanan. Selain itu, Pentagon juga memerinci rencana mempercepat pengiriman perlengkapan militer ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
"Sebagai respons terhadap permintaan kerajaan (Arab Saudi), presiden telah menyetujui pengiriman pasukan AS, yang akan menjalankan tugas bertahan, dan fokus utamanya dalam pertahanan udara dan rudal," kata Mark Esper, Menteri Pertahanan AS, dalam pemaparan kepada media.
Baca juga: Arab Saudi Tunjukkan Keterlibatan Iran
"Kami juga akan bekerja mempercepat pengiriman perlengkapan militer ke kerajaan Arab Saudi dan UEA guna memperkuat kemampuan mereka mempertahankan diri sendiri," lanjut Esper.
Dengan pengumuman Pentagon tersebut, tampaknya tertutup kemungkinan serangan balasan terhadap Iran. Trump pada Jumat lalu menyatakan, ia yakin langkahnya menahan dari aksi militer sejauh ini memperlihatkan "kekuatan". Pada saat bersamaan, ia menjatuhkan serangkaian sanksi baru atas Teheran.
"Karena bisa saja hal paling mudah saya lakukan, \'Oke, lanjutkan. Hancurkan 15 hal utama di Iran\'... Tetapi, jika bisa, saya tidak ingin melakukan hal itu," ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Hubungan antara AS dan Iran memburuk sejak Trump secara unilateral menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tahun lalu dan kembali menjatuhkan sanksi pada Teheran, termasuk larangan mengekspor minyak. Setelah itu, selama beberapa bulan, pejabat Iran mengeluarkan ancaman terselubung bahwa jika Teheran dilarang mengekspor minyak, negara-negara lain juga tidak akan bisa melakukan ekspor minyak.
Meski demikian, Iran membantah tuduhan ikut berperan dalam serangkaian serangan dalam beberapa waktu terakhir, termasuk serangan pada tanker di Teluk Persia dan serangan ke kilang minyak di Arab Saudi.
Baca juga: Serangan ke Arab Saudi Memiliki Presisi Tinggi
Beberapa pejabat AS yang tak mau disebutkan namanya menunjuk wilayah barat daya Iran sebagai tempat untuk melancarkan serangan atas kilang minyak di Arab Saudi. Penilaian ini didasarkan setidaknya pada foto yang masih dirahasiakan, yang memperlihatkan Iran tampak menyiapkan serangan udara. Pejabat-pejabat AS itu menepis klaim Houthi yang mengakui serangan dilancarkan dari Yaman.
Salah seorang pejabat mengungkapkan kepada kantor berita Reuters bahwa serangan itu mungkin mendapat otorisasi dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Arab Saudi menyebutkan mendapat total serangan 25 pesawat nirawak dan rudal, termasuk pesawat nirawak Iran, Delta Wing, dan rudal jelajah ""Ya Ali".
Jenderal Marinir AS Joseph Dunford, pemimpin Kepala Staf Gabungan, mengatakan bahwa para pejabat masih merancang cara terbaik memperkuat kapabilitas pertahanan Arab Saudi. Ia mengingatkan adanya kesulitan dalam mengatasi serangan pesawat-pesawat tanpa awak.
Baca juga: Persenjataan Arab Saudi Mahal, tetapi Kebobolan Juga
"Tak satu pun sistem tunggal mampu mempertahankan diri dari ancaman serangan seperti itu, tetapi sistem kemampuan pertahanan berlapis bakal mengatasi risiko serangan sekumpulan pesawat tanpa awak dan serangan-serangan lain yang mungkin datang dari Iran," kata Dunford.
Sanksi baru AS
Pada Jumat lalu, AS juga mengumumkan sanksi baru terhadap bank sentral Iran, Dana Pembangunan Nasional Iran--dana abadi negara-- dan sebuah perusahaan Iran yang, menurut AS, menyembunyikan transfer keuangan dalam pembelian perlengkapan militer Iran.
Sebelumnya Washington telah menetapkan sejumlah sanksi pada bank sentral Iran. Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan, sanksi baru kali ini diarahkan pada upaya bank sentral Iran dalam mendanai "terorisme".
"Langkah ini menarget mekanisme pendanaan yang digunakan rezim Iran dalam mendukung jaringan terorisme, termasuk pasukan Quds, Hezbollah, dan kelompok-kelompok militan lainnya yang menebar teror dan mendestabilisasi kawasan," kata Mnuchin.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengecam sanksi baru AS tersebut. "Ini adalah tanda keputusasaan AS... Ketika mereka berulang kali menjatuhkan sanksi pada institusi yang sama, artinya upaya mereka agar bangsa Iran menyerah terhadap \'tekanan maksimum\' telah gagal," kata Zarif dalam pernyataan yang ditayangkan televisi pemerintah Iran, setiba di New York untuk menghadiri sidang tahunan Majelis Umum PBB.
"Tetapi, ini berbahaya dan tidak dapat diterima sebagai upaya memblokir... akses rakyat Iran pada makanan dan obat-obatan," tambah Zarif.
(AP/AFP/REUTERS)