Pekatnya kabut asap menyebabkan sinar matahari tak mampu menembus langit Jambi. Kebakaran gambut di wilayah itu semakin tak terkendali. Peningkatan luas areal terbakar naik tajam hampir tiga kali lipat.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
MUARO JAMBI, KOMPAS - Pekatnya kabut asap menyebabkan sinar matahari tak mampu menembus langit Jambi. Kebakaran gambut di wilayah itu semakin tak terkendali. Peningkatan luas areal terbakar naik tajam hampir tiga kali lipat.
Sepanjang Sabtu dan Minggu (21-22/9/2019), langit di Kota Jambi tampak gelap. SInar matahari pada siang hari hampir tak mampu menembus udara yang tertutup pekatnya partikel debu. Angka partikulat matter 2,5 terus menanjak. PM 2,5 sempat mencapai angka tertinggi pada level 1.174 alias berbahaya untuk kesehatan.
Di Kecamatan Kumpeh Ulu dan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi, yang merupakan wilayah terparah kebakarannya, langit bahkan sempat gelap kemerahan pada Sabtu siang. Kondisi itu merupakan fenomena baru yang menakutkan masyarakat setempat. “Baru kali ini langit begitu gelap dan suram seperti ini,” kata Yati, warga Desa Puding, Kumpeh.
Warga lainnya, Uniyati, mengungsikan seluruh keluarga ke rumah kerabatnya yang bertempat tinggal di seberang Sungai Batanghari. “Kami semua takut. Kebakaran di lahan perusahaan (PT BEP) sudah tinggal 200 meter jaraknya dari rumah,” katanya.
Peneliti Gambut dari Universitas Jambi, Asmadi Saad, menyebut partikel abu yang semakin tebal di Jambi menghalangi masuknya sinar berwarna biru dan hijau gelombang pendek. Hanya sinar merah gelombang panjang saja yang dapat menembusnya. “Itu sebabnya langit gelap dengan warna agak kemerahan,” katanya.
Baru kali ini langit begitu gelap dan suram seperti ini, kata Yati,
Penerbangan di Bandara Sultan Thaha Jambi pun terganggu. Minggu sejak pukul 10.00 hingga 15.30, jarak pandang sangat rendah hingga hanya 500 meter. Di Bandara Muara Bungo, jarak pandang bahkan sempat hanya 350 meter. "Setelah pukul 15.30 WIB, pesawat baru dapat mendarat di Jambi," kata Hendra Irawan, Manajer Eksekutif Bandara Sultan Thaha Jambi.
Tak hanya pernebangan komersial, aktivitas pemadaman udara juga tak berjalan akibat rendahnya jarak pandang. Praktis helikopter pemadaman hanya dapat terparkir di landasan.
Itu sebabnya langit gelap dengan warna agak kemerahan, kata Asmadi Saad
Di Jambi, sebaran titik panas terdeteksi paling banyak di Muaro Jambi, khususnya wilayah Kumpeh Ulu dan Kumpeh. Satelit Terra dan Aqua mendeteksi 381 titik panas pada tingkat kepercayaan di atas 80 persen. Sebanyak 339 titik di Kabupaten Muaro Jambi, dan sisanya menyebar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur 30 titik, Sarolangun 7 titik, Tanjung Jabung Barat 4 titik, dan Batanghari 1 titik.
Data Citra Landsat 8 menunjukkan perluasan signifikan areal terbakar di Jambi. Luas kebakaran kini mencapai 47.510 hektar. Dua pekan lalu, kebakaran terdeteksi masih 18.584 ha. Itu berarti dalam dua pekan, areal terbakar bertambah luas 28.926 ha.
Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Rudi Syaf, mengatakan sebagian luas kebakaran terjadi di gambut. Kebakaran gambut semula 8.168 ha, kini meluas jadi 28.889 ha, alias terjadi pertambahan luas 20.721 ha terbakar dalam dua pekan. Bandingkan pertambahan luas terbakar lahan mineral 8.205 ha.
Kebakaran gambut paling masif pada wilayah kubah gambut. Pada gambut berkedalaman di atas 4 meter, luas terbakar bertambah 11.719 ha. Pada gambut kedalaman 2 hingga 4 meter bertambah 8.256 ha, sedangkan gambut kedalaman hingga 0,5 hingga 2 meter, luas kebakaran bertambah 746 hektar.
Kepala Kepolisian Daerah Jambi, Inspektur Jenderal Muchlis, mengatakan sudah 37 tersangka ditetapkan dalam kasus kebakaran tahun ini. Seluruhnya merupakan tersangka perorangan. Sebanyak 18 orang di antaranya ditangkap pada Sabtu (21/9/2019) lalu dalam aktivitas perambahan liar Hutan Harapan di Kabupaten Batanghari dan Sarolangun.