Liverpool tak pernag menang di di Stadion Stamford Bridge, kandang Chelsea, tiga tahun terakhir. Namun, pelatih Liverpool Juergen Klopp lebih ingin mengamati barisan pemain muda “The Blues”.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·4 menit baca
CHELSEA, SABTU – Chelsea masih berada dalam tahap transisi bersama pelatih Frank Lampard. Juara Liga Europa musim lalu itu tidak hanya beradaptasi dengan gaya permainan Lampard, juga sedang membangun skuad masa depan yang diperkuat barisan pemain muda.
Proses transisi di tubuh Chelsea ini menjadi perhatian khusus pelatih Liverpool, Juergen Klopp, jelang duel kedua tim di Stadion Stamford Bridge, Minggu (22/9/2019). Ketika melihat Chelsea, Klopp seperti melihat masa lalunya saat melatih tim Bundesliga, Borussia Dortmund pada 2008-2015.
”Chelsea adalah tim yang menarik dan membuat saya teringat Borussia yang beberapa tahun lalu juga memiliki para pemain muda. Bahkan, lebih muda dibandingkan para pemain Chelsea sekarang,” kata Klopp. Pelatih asal Jerman itu seperti melihat Lampard menjalani fase seperti yang dulu dilaluinya di Dortmund.
Sanksi dari UEFA membuat Chelsea tidak bisa berbelanja pemain musim panas ini. Oleh karena itu, manajemen klub dan Lampard hanya bisa mengandalkan pemain muda yang mereka miliki. Lampard pun lega karena barisan pemain muda itu ternyata menyimpan potensi yang luar biasa.
Para pemain jebolan akademi Chelsea seperti Tammy Abraham (21), Mason Mount (20), dan Fikayo Tomori (21) mendapat banyak kesempatan untuk menjadi pemain utama The Blues musim ini. Lampard juga masih memiliki Callum Hudson-Odoi (18) yang baru saja menandatangani kontrak di Chelsea hingga tahun 2024.
Klopp pun teringat ketika ia menjalani tahun-tahun pertamanya di Borussia, ia menjadi pelatih yang menangani skuad termuda di Bundesliga. Saat itu ia memiliki para pemain muda seperti Mario Goetze, Nuri Sahin, Shinji Kagawa, dan Robert Lewandowski.
Dengan diperkuat para pemain muda, Klopp justru bisa membawa Borussia melesat naik ke papan atas dan menghindarkan tim dari kerugian besar. Pada musim 2007-2008, Borussia finis di peringkat ke-13. Begitu Klopp masuk, Borussia finis di peringkat keenam musim berikutnya dan menjadi juara liga pada 2011 dan 2012. Borussia di tangan Klopp juga menjadi runner up Liga Champions musim 2012-2013.
Klopp pun melihat Lampard bisa meraih kesuksesan serupa.
”Chelsea adalah tim yang layak bersaing di semua kompetisi. Kini kami akan menghadapi mereka dan ingin mendapat poin,” katanya.
Mendapatkan tiga poin di Stamford Bridge merupakan tugas sulit bagi Liverpool. Mereka tak pernah menang di stadion itu sejak 2016.
Bukan pahlawan
Lampard tidak mau disebut sebagai pahlawan atau penyelamat yang melahirkan pemain muda berbakat. Ia mengatakan para pemain muda ini merupakan keberhasilan akademi dan ia tinggal melanjutkan.
”Banyak pemain muda (Chelsea) yang belum pernah merasakan bermain di tim utama. Jadi saya melihat, mengarahkan bagaimana mereka berlatih dan bersikap. Jika mereka sampai pada level tertentu, mereka akan bermain,” kata Lampard seperti dilansir laman Chelsea. Pintu ke tim utama masih selalu terbuka bagi para pemain muda lainnya.
Pendekatan yang dilakukan Lampard ke anak-anak muda itu mendapat sambutan positif. ”Lampard punya mental juara seperti yang kami butuhkan. Dia juga membuat saya percaya diri. Alangkah menyenangkan jika pelatih mempercayai anda,” ujar Hudson-Odoi.
Rasa percaya seorang pelatih terhadap pemain terlihat ketika Lampard menginginkan Mount untuk tampil melawan Liverpool. Padahal, Mount menderita cedera engkel saat Chelsea dikalahkan Valencia 0-1 pada laga Liga Champions beberapa hari lalu. Namun, Lampard berusaha keras agar Mount bisa tampil dan membuat Mount merasa sangat dibutuhkan tim.
Lampard hanya mengingatkan pemain belakang seperti Tomori untuk tidak kehilangan konsentrasi. Saat melawan Liverpool, lini belakang akan berurusan dengan tiga penyerang mematikan yakni Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino. Mereka juga tidak lupa, lawan yang akan mereka hadapi adalah pemegang trofi Liga Champions musim lalu.
Pada laga lainnya, Sabtu (21/9), Tottenham Hotspurs dikalahkan Leicester City 1-2. Runner up Liga Champions musim lalu itu belum bisa menemukan konsistensi. Dalam enam laga Liga Inggris, mereka dua kali kalah, dua kali imbang, dan dua kali menang. Di ajang Liga Champions, mereka baru saja ditahan imbang Olympiakos 2-2.
Spurs lebih dulu unggul melalui Harry Kane pada menit ke-29 dan bisa mengakhiri laga ini dengan skor imbang jika satu gol mereka lainnya tidak dianulir wasit yang menggunakan teknologi asisten video wasit (VAR). Gol itu dianulir karena Son Heung-Min terperangkap offside. “Begitulah sepak bola,” kata pelatih Tottenham Hotspurs Mauricio Pochettino kepada BT Sports. (AP/AFP/REUTERS)